SEE ME - 7

111 26 1
                                    

SEE ME – 7

Don't go breaking my heart. Don't go .....

Hari itu tepat musim semi yang hangat. Untuk beberapa hari kedepan, mungkin Ilsan akan tersikap dari banyak kabut yang kerap menyelubunginya di musim penghujan. Di musim dingin, ketika salju berjatuhan, hanya ada kepekatan yang tidak terbatas. Soobin tidak menyukai musim penghujan dan musim dingin, jadi dia dapat mengunjungi neneknya di musim saat segalanya hangat dan cerah.

Nenek terduduk di kursi kesayangannya sedangkan rajutan berada di pangkuannya. Baru beberapa bulan belakangan ini nenek Soobin gemar merajut sepertinya itu pun berhasil—membuat sosok renta itu jadi punya kegiatan dan kesibukan tersediri.

"Nek, kau sudah makan?" tanya Soobin seraya terduduk di dekat paha neneknya. Sesaat, dia mendongak untuk menatap sosok yang sudah rapuh dan termakan usia. Separuh rambut nenek sudah seputih kapas sedangkan tulang pipinya nampak runcing dan tajam, membuatnya nampak kurus.

"Hmm."

"Nenek tidak senang aku berkunjung? Seoul terasa terlalu ramai, dan aku rindu nenek yang bercerita kepadaku. Apakah Nenek tidak mau bicara sekarang?" tanya pemuda tersebut dengan bibir mengerucut.

"Soobin-ah," katanya lemah. Perlahan, dia menaruh rajutan beserta alatnya di dekat meja, nampak kesulitan. Setelahnya, baru dia dapat mengusap rambut cokelat pemuda itu, dengan perlahan-lahan. "Soobin, mau dengar cerita Nenek?"

"Tentu!"

"Soobin-ah, sebelumnya. .. dengarkan Nenek baik-baik. Kau .. punya sahabat kan? Jaga mereka. Jaga ... mereka dengan baik," katanya dengan serak. "Nenek, percaya kepadamu, Nak."

Soobin terkesiap singkat. "Memang ada apa? Tentu saja, aku akan menjaga mereka."

"Jangan sampai .. jangan sampai terpisah, harus bersama-sama seterusnya bahkan hingga kalian .. tua," ujarnya lagi. Nenek jarang bicara panjang lebar dalam beberapa waktu, bahkan Bibi sampai curhat kalau nenek lebih pendiam dari biasanya. Soobin sontak terkejut. Hanya ada mereka berdua di sana dan Soobin tidak dapat menahan reaksinya selain terkejut.

Tanpa disangka, Nenek justru memejamkan matanya dengan air mata bergulir lembut di ujung matanya. "Keabadian. Kalian harus saling menjaga, oke? Bersihkan hati kalian dan buat permohonan di Hutan Sunyi. Di sana, kau akan diberkati," katanya.

Soobin belum paham—jelas sekali, dia hanya dapat mengangguk dan mengerjap bingung. Mengapa Nenek mendadak menangis? Mengapa Soobin merasa dadanya sesak mendengar suara neneknya yang tersaruk-saruk menyiksa? Mengapa .. mengapa Soobin tidak dapat membuka mulut untuk bertanya."

"Aku .. pernah gagal mempertahankan, tapi.." Nenek menunduk membuat pandangan mereka bertemu. Nenek sudah senja, dengan sorot matanya yang redup dan kosong. Soobin mencari-cari jejak kehangatan di sana, tapi hanya ada iris hitam bagaikan danau kelam. "kau bisa membuatnya abadi. Aku akan memberikanmu ... buku yang penting." Beberapa saat, Nenek Soobin terbatuk hebat, membuat Soobin bangkit dengan panik dan memanggil Bibi serta yang lainnya.

*

*

CAN'T YOU SEE ME?!

Taehyun ingin berteriak geram dan sekuat tenaga. "Apakah kalian semua tidak melihatku? Aku yang asli! Aku sudah mengenal kalian setahun ini! Apakah kalian .. bodoh?" pekiknya dengan nada pahit.

"Kau! Jangan banyak bicara!" Soobin menukas cepat kemudian menarik Kai agar menjauh. Sementara itu, Yeonjun masih terbatuk dengan darah yang mulai menyembur dari dalam mulutnya. Beomgyu terus berteriak memanggil Yeonjun agar tetap tesadar. Yeonjun sudah kehilangan banyak darah bahkan membuat pakaian mereka penuh noda kemerahan kental, bermandikan darah.

CAN'T YOU SEE ME? | txt ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang