Tittle : Pemain Illegal
Genre : Sci-fi, Comedy.
Char : Edgar Valden, Naib Subedar, Kevin Ayuso, Vera Nair, Melly Pliny, Helena Adams, William Ellis, Joseph Desaulnier._______________________________________
Hening...
Dalam sebuah desa nelayan kecil dengan cahaya remang-remang, itupun masih tertutupi kabut samar yang menghalangi pandangan. Sebutannya adalah desa, namun Edgar tidak menemui seorang penduduk pun disini. Tempat ini seperti desa yang mati, atau karena semua ini adalah kepalsuan?
Mereka tidak benar-benar berada di desa nelayan, ini semua hanya tiruan dari tempat yang sebenarnya. Naib disebelahnya tampak santai berjalan-jalan bahkan tak sungkan untuk bersiul. "Kau terlihat seperti memikirkan sesuatu". Naib masih dengan santainya meletakan kedua tangan dibelakang kepalanya, berjalan-jalan tanpa beban.
"Ya...", Si pelukis agak gusar, menoleh ke kiri kanan, "Disini tidak ada siapapun".
Mendengar itu Naib tertawa, tawa yang terdengar menyenangkan, "Karena ini belum waktunya untuk Match, hei mau lihat kincir angin? Kau pasti mau, ayo!". Dengan antusias Naib menarik tangan Edgar, membawanya sedikit berlari bahkan tanpa meminta persetujuan dari sang empunya tangan. Untung saja Edgar tidak keberatan untuk itu.
Dan disinilah mereka berdiri, berdekatan dengan ladang jagung dan lumbung padi. Ia dapat melihat kincir angin besar yang baling-balingnya berputar dengan lambat. Meski tempat ini tiruan, Edgar dengan pasti dapat mengatakan kalau tempat ini asli. Benar-benar ada tanaman-tanaman, bangunan, dan bahkan danau yang ada perahu besar ditepinya.
"Bagaimana menurutmu?", Naib berkata hanya untuk berbasa-basi.
Edgar tersenyum, "Lumayan, meski hanya kurang penduduknya saja. Tempat ini agak menyeramkan jika sepi begini".
Mendengar menuturan sang pelukis, Naib berkesimpulan jika pemuda manis yang bersamanya ini merupakan orang yang ramah. Bagus, ia senang mendapat rekan baru yang menyenangkan pada tim penyintas, "Omong-omong kita belum berkenalan dengan benar", Mantan tentara bayaran itu mengulurkan tangannya, "Naib Subedar, aku Marcenary".
Tentu Edgar menyambut jabatan tangan itu dengan baik, ia sedikit menyukai kepribadian Naib, "Edgar Valden, aku Painter".
"Wohoo.. satu lagi seniman Oletus Manor". Naib bersiul agak senang, "Di tim Hunter ada Jack, dan Joseph yang merupakan seniman, lalu tim Survivor hanya Aesop".
"Aesop, seniman?".
Naib mengangguk bangga, "Well, dia hanya pembalsem mayat, tapi dia melakukannya dengan sangat artistik. Dia bahkan membuat mayat itu seolah tampak hidup kembali". Ia lalu terkekeh pelan, "Makanya Joseph tampak tertarik padanya, pada satu-satunya seniman di kubu Survivor. Dan sekarang ada kau".
Begitu?
Edgar tampak memikirkan sesuatu yang mendalam, ia bahkan tidak tau apa itu kubu survivor dan hunter. Permainan macam apa yang ada disini?
"Naib, Match itu apa sih?".
Naib tertawa pias lantas mengusap tengkuknya yang tidak gatal, "Itu hmm... Pertandingan antara hunter dan survivor".
"Pertandingan.. seperti apa?". Lagi, Edgar bertanya. Ia benar-benar bingung dengan segala hal yang ada disini. Kenapa sebelumnya ia tidak menanyakan ini pada Andrew, Victor, ataupun Luca? Oh salahkan pikirannya yang melambat hingga tidak memikirkan itu untuk ditanyakan lebih awal.
Naib sendiri tampaknya kebingungan, mantan tentara bayaran itu tidak pandai menjelaskan sesuatu, itu bukanlah keahliannya, "Itu... Jadi begini, err- survivor itu harus bertahan, memecahkan 5 mesin sandi, dan keluar melalui gerbang sebelum ditangkap pemburu".
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradigmatic Scenario [Identity V]
FanfictionDunia tidak adil bukan? Mereka tidak pernah berpihak padamu, ya benar. Kau tersingkiran, layaknya sampah tak berharga.. Semua diskriminasi, penghinaan, rasa sakit telah kau lalui. Tapi apa yang kau dapat setelah berjuang sejauh itu? Dunia tetap sam...