Aku melangkah keluar sekolah, diikuti Bumi di belakangku. Dengan tangan kanannya yang terbebas dari borgol, menarik papan tipis itu untuk kembali menutup dinding. Setelahnya, Bumi kembali menggenggam tanganku, membawaku menuju tempat yang biasa gengnya berkumpul.
"Ngapain sih lo bawa gue ke sini? Gue tuh mau belajar!" Kesalku padanya yang sudah duduk di kursi panjang, lain denganku yang masih berdiri. Bahkan tangannya masih terus menggenggam tanganku. Aku ingin melepasnya pun tak bisa.
"Emangnya lo mau gue bawa ke mana? Ke ranjang?"
"Sumpah! Gue benci banget sama lo, Bum! Gue nggak tau tujuan dan alasan lo bawa gue ke sini!"
"Duduk aja dulu." Santainya, dengan terpaksa aku duduk di sampingnya.
"Kenapa tangan gue segala di borgol sih?"
"Biar lo nggak kabur, simple!"
"Lepas nggak?"
"Gue nggak akan lepas lo!"
"Lo ngeselin banget sih!"
"Temenin gue apa salahnya sih?" Ujarnya santai sembari mengeluarkan satu batang rokok dari saku bajunya.
"Lo siapa gue, hah! Penting banget gue nemenin lo."
"Eh iya, kita kan enggak kenal." Ucap Bumi terdengar menggodaku. "Kenalan dulu deh. Ada pepatah, tak kenal maka tak sayang. Udah kenal malah enggak disayang."
"Eh lo sehat?"
"Kenapa? Lo mau ngerawat gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kenangan
Teen FictionIni kisahku di 10tahun lalu, semasa aku masih menjadi remaja labil. Tentang cinta pertama yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sebelum mengenalmu--- Aku pernah patah hati, tetapi tidak pernah sesakit karenamu. Aku pernah bahagia, tetapi aku ing...