setelah ujian nasional terlaksana, semua kelas tiga masih sibuk belajar untuk masuk ke perguruan tinggi terbaik.
termasuk aku.
harapan untuk masuk ke perguruan tinggi negeri nyatanya tidak terealisasi ketika pengumumannya menunjukkan latar berwarna merah. sedih? pasti. tapi berlarut dalam kesedihan bukan jalan keluar, jadi aku memilih untuk mendaftar ke salah satu universitas swasta di jakarta.
setelahnya, tidak terasa sudah dua bulan aku menyandang status mahasiswa aktif di kampus tersebut.
"ayolah temenin gue ngumpul, malem ini."
"gue besok kelas pagi, don," tolakku halus. entah sudah berapa kali donna berbicara hal yang sama padaku hari ini, "terakhir kali ngumpul sama lo semua, besoknya gue bolos."
"kali ini kalo lo mau balik, janji gabakal gue tahan!" ujarnya dari ujung telepon.
"lo tau sendiri, 'kan, kosan gue jam 10 udah digembok?"
"lo jam sembilan gue anter balik," yakinnya.
"yaudah deh." kataku akhirnya, "tapi jam sembilan anter gue balik ya?"
"yes, gitu dong!"
"jawab dulu, iya atau enggak?"
"iya, sumpah. pager kosan lo biar sekalian gue yang gembokin kalau mau."
dan aku hanya tertawa menanggapi ucapan donna.
•••
pukul tujuh, aku dan donna sampai di salah satu tempat yang dekat dengan sekolah kami dulu.
berkonsepkan angkringan, beberapa tempat duduknya sudah diduduki wajah-wajah yang sering kutemui sejak satu tahun yang lalu. aji— yang saat itu ada di situ juga— mengangkat tangannya dan menyapa kami berdua begitu kami mendekat.
"wih, ini nih yang sombong banget semenjak lulus."
"ya wajar, gue cakep," jawab donna enteng.
lucas mendecih, "kok lo geer sih anjir orang maksud gue ini," katanya sambil menujukku yang membuatku langsung tertawa.
"gimana kuliah lo?" tanyaku pada lucas begitu duduk di salah satu bagian kursi yang kosong.
yang ditanya mendecak, "baru dua bulan absen gue udah jebol."
"tambal, lah! bukannya pas sma lo jualan surat dokter?" sahur salah seorang yang duduk di kursi dekatku.
"masalahnya dosen gue gak bodoh."
"iyalah, yang bodoh cuma lo doang," ujar calvin yang langsung diikuti tawa semuanya.
dalam diam, aku melirik orang di hadapanku yang malah sibuk memakan jasuke-nya tanpa mengindahkan omongan lucas.
calvin masih sama. yang membuatnya berbeda hanyalah rambutnya yang lebih panjang dari pada terakhir kali aku melihatnya pada saat perpisahan beberapa bulan yang lalu.
aku menyenggol donna yang duduk di sampingku, "calvin anak mana deh, don, sekarang?"
donna tertawa kencang, "wah, cal, masa dia gatau lo sekarang kuliah di mana!"
mataku membesar, sedangkan calvin mendecak, "parah lo, masa gatau gue satu kampus sama lo?"
"hah, demi apa, cal?" tanyaku.
jujur aku memang tidak tahu. wajar saja, akun instagram calvin aku hide dengan tujuan meminimalisir kemungkinan sakit hati akan postingan-nya.
"kacau sih, bang, gue jadi lo sedih," sahut aji yang lansung kulempar tissue.
"eh tapi beneran, cal?"
yang ditanya mengangguk, "jurusan hukum gue. gedung kita jauh sih, jadi wajar lo gapernah liat gue."
alisku terangkat, "emang lo tau gue jurusan apa?"
"manajemen, kan?"
aku terdiam, tiba-tiba merasa gugup entah karena apa. hal itu kemudian berusaha kututupi dengan dehaman, "lo rektor ya?" candaku.
calvin hanya mengangkat bahunya cuek sambil tetap memakan jasuke-nya, "kadang suka liat kalo main ke fakultas lo."
kalau tadi aku bisa menutupi rasa gugupku dengan dehaman, kali ini aku tidak tau harus menutupi rona merah di pipiku dengan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
moving on from someone you've never dated | changbin
Fanfictionkalau harapan dan kenyataan tidak sejalan, siapa yang mau disalahkan? ◜seo changbin au • amaranthara, 2020◞ ➥ all stray kids face-claimed characters are belong to @lokaleska on twitter.