14. Everyboy loved me

19 1 0
                                    


............✏



Sekolah ramai sekali dengan anak-anak berseragam putih merah. Pemandangan yang menyenangkan sekaligus melelahkan bagi para senior. Menyenangkan karena mereka menggemaskan dan... lihatlah wajah-wajah baru itu. Selalu antusias untuk melakukan banyak hal di sekolah baru mereka.

Aku sedang makan spaghetti saat Teguh dikerumuni banyak anak berseragam putih merah. Yang lain sembunyi di dalam ruang osis, tapi sepertinya dia terlambat untuk masuk ke markas.

“Aileen! Bantuin gue dong. Lo malah asik makan gitu.”

Padahal aku tidak ikutan sembunyi dan asik makan di samping pohon pinggir lapangan, tapi mereka adik-adik yang baik, nggak mau membuatku repot.

“Coba sebagian ke kak Aileen ya.”

Lalu mereka menoleh ke aku, yang ku balas dengan senyuman manis sambil menggeleng. Teguh tidak berhasil membubarkan kerumunan itu. Aku tertawa dalam hati.

Ini hari terakhir masa orientasi. Aku tidak mengerti kenapa ada acara peserta harus ngejar-ngejar senior untuk dimintai tandatangan, tapi saat itu juga, senior malah melarikan diri dan sembunyi agar tidak ditemukan.

Jadi, apa faidahnya?

“Aileen, kok lo bisa sih, makan dengan tenang dan santai begitu?”

Aku hanya mengedikkan bahu. Teguh pasti tau apa alasannya.

Oh ya, cowok yang dikenal sebagai bos anak geng itu telah memindahkan jabatannya sejak dua semester yang lalu. Tidak ada yang menyangka kalau dia tiba-tiba mengikuti perekrutan anggota osis saat itu. Meski begitu, menjadi anggota osis tidak menjadikan cowok itu menjadi baik seutuhnya.

Galak, suka ngehukum anak-anak yang melanggar peraturan dengan semaunya sendiri, sering bolos pelajaran dan malah mangkal di ruang osis padahal nggak ada kegiatan apa-apa, dan yang paling parah, dia menegur siswa lain untuk tidak melanggar peraturan sekolah, tapi dia dengan terang-terangan malah melanggar. Everybody hate him.

Tapi... ayolah... dia tetap Teguh.  Si cowok menyebalkan dengan sejuta pesona.

Tetap saja dia masih di takuti oleh anak-anak cowok, dan semua yang di katakannya selalu di patuhi. Masih seperti bos saja meski katanya sudah bukan. Pesonanya masih selalu membuat cewek-cewek di sekolah selalu memujanya.
Ya, hampir semua... kecuali aku!

“Kak Teguh, ayo dong buruan tanda tanganin. Kita udah capek nih,” suara nyaring milik salah satu siswi terdengar. Dia berbadan paling gemuk, astaga... mirip sekali dengan Keela saat dulu. Jadi ingat Keela karnanya.

“Yaudah sih lo tanda tanganin aja mereka satu-satu. Lagian siapa suruh bikin acara kayak gini segala,” ucapku lalu memasukkan sesuap spaghetti ke dalam mulut.

“Oke.”

Dia akhirnya pasrah dan tidak berusaha kabur lagi. Lalu anak-anak mengantri dengan heboh dan tidak sabaran. Mereka berebutan untuk dapat tanda tangan duluan. Rasanya ingin tertawa sekencang-kencangnya melihat Teguh kualahan menghadapi mereka.

“Kak Aileen.”

Suara seseorang mengalihkan perhatianku dari pemandangan itu, sebuah kotak berwarna hitam disodorkan di hadapanku. Kirain ada yang berani minta tanda tangan ke aku.  Aku mendongak untuk melihat siapa yang menghampiri itu.

“Buat kakak,” katanya.

Tidak langsung menerima dan malah menatapnya dengan mata menyipit, seolah bertanya ‘untuk apa?’.

“Eh, jadi gini kak... mmm, aku itu-”

“Kayaknya gue harus ke markas deh, lupa kalau ada briefing,” aku buru-buru menyela pembicaraannya, lalu beranjak dari sana.

“Kak Aileen aku suka sama kakak!” teriak cowok yang masih mengenakan seragam putih merah itu.

Aku menepuk jidat. Astaga, nekat sekali sih dia. Kalau begini kan, dia sendiri yang akan malu. Tuh kan, lihat saja semua orang yang ada jadi memperhatikan kami. Aku kan, jadi bingung bagaimana menyikapinya. Perlahan, aku membalikkan badan menghadapnya. Masih bingung mau bilang apa.

“Kak Aileen sukanya sama gue,” timpal Nugo dengan suara yang sangat percaya diri. Membuat bisik-bisik mulai terdengar.

Beberapa hari ini memang ramai dengan rumor kalau Nugo dan aku ada sesuatu yang spesial. Padahal aku hanya numpang berangkat dan pulang sekolah bareng karna searah. Sama sekali nggak nyangka kalau Nugo berpikir demikian. Jadi, bagaimana aku harus menyikapi dua adik kelas ini, God?

“Ehem..” tau-tau Teguh sudah ada di samping dan melingkarkan lengannya di pundakku.

“Yang suka sama Aileen gak lo doang. Berani taruhan, semua cowok yang ada di sini juga pasti suka Aileen.” Dia melirikku sambil tersenyum miring.

“Gue juga suka Aileen.”

Tanganku bergerak refleks untuk mencubit perutnya. “Gue gak suka lo!”

“Eh sakit.. sakit,” aduhnya sambil berusaha menggenggam pergelangan tanganku agar berhenti mencubit.

“Liat sendiri, kan? Gue yang ganteng dan keren gini aja, gak di sukain sama Aileen,” Teguh terkekeh padahal menurutku tidak ada yang lucu.

“Dan lo Nugo, Aileen nggak mungkin naksir sama anak kecil.” Kalimat Teguh terdengar kasar sekali.

“Gue suka kok sama lo...” aku membaca nametagnya “Zidan...”

“Gue juga suka sama Nugo. Gue suka sama anak-anak yang bersikap baik dan nggak melanggar peraturan,” imbuhku.

“Kok gue merasa tersindir sih, Leen?” Teguh menyipitkan matanya.

Zidan bergerak maju untuk lebih dekat ke aku. “Yaudah aku mau kasih ini buat kakak.”

Kotak hitam itu langsung ditepis oleh Teguh. “Aileen nggak pernah mau nerima sesuatu kalau bukan dari pacarnya.”

Lucu sekali, bisa-bisanya Teguh berlagak seperti orang yang sangat mengenal dan dekat denganku. Padahal kami baru berdamai setelah menjadi rekan osis, setelah sebelumnya kami sangat bermusuhan.

“Kita ada briefing, kan, Leen? Ayo nanti terlambat.”

Teguh menarik tanganku agar ikut berjalan bersamanya. Wajah Zidan terlihat kecewa, tapi ya mau bagaimana lagi? Aku tidak suka memberi harapan palsu ke orang yang memang tidak mungkin untuk ku beri harapan. Apalagi Nugo. Duh, sepertinya aku mematahkan hati pria kecil itu. Lagian bisa-bisanya berpikiran begitu, padahal aku sama sekali nggak pernah mengatakan apapun ke dia.

Kami pergi meninggalkan kerumunan yang kemudian ramai oleh suara bisik-bisik. Baru tiga hari mereka jadi bagian dari warga sekolah, tapi sudah menjadikan aku sebagai trending topik untuk gosip mereka.

Kenapa sih Aileen, nggak bisakah sehari aja tanpa dijadikan bahan gosip oleh warga sekolah?

“Pake pelet dari dukun mana? Laku amat sih, Leen?” suara itu membuat emosi tiba-tiba memuncak hingga ubun-ubun.

“Teguh!!!”



...............✂




Sad Girl [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang