▪ 18 ▪ flashback (2)

2.4K 286 8
                                    

Vote dulu ya, sebelum membaca......
Sorry for typo 😉😉

------------------------------------------

Happy reading

*
*

"Apa kalian sudah tau alasan Papi mengumpulkan kalian?" tanya Hamdan pada Galih dan Nando. Sebenarnya tak hanya mereka bertiga yang ada di ruangan itu. Masing-masing, Galih dan Nando membawa istrinya masing-masing.

Ya, mereka sudah menikah sejak tiga bulan lalu. Mereka memang nikah di usia yang terbilang masih muda, terlebih Nando. Galih saat itu berusia 18 tahun, dan Nando masih berusia 17 tahun. Muda sekali bukan? Mereka juga mendapat istri yang sama-sama cantik. Luna, wanita dengan paras anggun bak bulan, seperti arti namanya yang menjadi pendamping hidup Galih. Itupun atas pilihan Hamdan, walau tak ada rasa cinta di antara mereka. Luna dan Galih sama-sama menerima pernikahan ini dengan hati yang lapang.

Wanita pilihan Hamdan untuk Nando juga tak kalah cantiknya. Meski Nando sempat menolak untuk menikah muda, karena menurutnya kebebasannya bakal terenggut saat ia sudah memiliki tanggung jawab sebagai suami. Ia juga mau menikah jika itu dengan wanita yang sekarang tengah duduk di samping Galih. Selalu saja Galih mendapatkan semuanya. Galih selalu merebut segalanya dari Nando. Dan Nando hanya bisa menurut saat Papinya terus memaksanya untuk menikahi Desy. Malah mereka sekarang sudah dikaruniai anak yang masih dalam kandungan Desy. Yang usianya masih 2 bulan.

"Memangnya Papi mau membicarakan apa?" Kini Galihlah yang balik bertanya.

"Umur Papi tentunya sudah gak muda lagi. Sudah saatnya Papi mewariskan perusahaan pada kalian berdua," ujar Hamdan to the point. "Perusahaan inti akan dipimpim oleh Galih. Sedangkah, dua cabang yang lain Papi serahkan pada kamu, Nando," jelas Hamdan.

"Pi, kenapa Papi memberikan kendali perusahaan inti pada orang asing seperti dia." Nando berujar tak terima. Bisa-bisanya Papinya malah menyerahkan perusahaan keluarganya pada anak pungut itu. Dia anak kandungnya, pewaris sah keluarga Adrian.

"Nando!! Galih bukan orang asing. Dia sudah sah menjadi bagian keluarga kita," sergah Hamdan.

"Tapi, aku anak kandung Papi. Aku lebih berhak untuk mewarisi perusahaan itu dibanding dia yang hanya anak pungut." Nando masih saja menentang keputusan sang Papi.

"Iya, memang benar. Tapi, Galih juga berhak, ia selaku anak sah Papi. Juga kemampuan Galih dalam berpikir tentang pengembangan bisnis, sangat mengagumkan. Papi yakin, perusahaan akan semakin maju bila dipegang oleh Galih." Nando semakin memasang raut tak suka. Terlebih ketika Hamdan kembali mengelu-elukan kecerdasan Galih.

"Apa Papi ngeraguin kemampuan aku dalam memimpin perusahaan?" tanya Nando sarkas.

"Papi gak pernah sekalipun meragukan kemampuan kalian berdua. Namun, Galih memang memiliki keunggulan tersendiri yang tak kamu miliki. Jadi, Papi lebih yakin memberikan hak penerus perusahaan inti pada Galih."

"Papi gak adil." Nando berdiri setelah menyelesaikan ucapannya. Ia menatap tak percaya Hamdan. Yang lebih percaya pada orang asing di bandingkan dirinya yang anak kandungnya.

Hamdan sudah mengira hal ini akan terjadi. Ia cukup hapal dengan sifat Nando. Keras kepala, egois, dan serakah. Beberapa sifat buruk yang Nando miliki. Oleh karena itu, dengan berat hati Hamdan memberikan perusahaan pada Galih. Walau orang asing, Hamdan tau Galih tak akan menyia-nyiakan apa yang diberikan padanya. Sekalipun itu hal yang buruk, Galih pasti dapat merubahnya menjadi hal baik.

Hamdan tau kalau Nando itu baik dalam hal memimpin perusahaan. Otak cerdasnya tentu saja menurun pada Anaknya. Namun, sifat buruk yang tertanam di diri Nando, membuat keyakinan hati Hamdan sedikit goyah. Hamdan hanya ingin Nando belajar, agar menjadi lebih baik. Sebagai seorang Ayah, ia akan mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Dan Hamdan ingin melihat bagaimana usaha Nando membesahkan dan memajukan perusahaan cabang.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang