Arlington tidak marah atau bertanya, ini bukan saat yang tepat. Ia langsung menarik tubuh istrinya dan mendekapnya dengan erat, tak peduli jika Starry berada di antara mereka.
Melihat Abbey yang menangis sangat menyakitkan, Arlington tidak bisa melakukan apa pun selain memeluknya.
"Maaf... maafkan aku," lirih Arlington, tangannya tak henti-hentinya mengusap kepala serta punggung Abbey. "Maaf..."
Tangis Abbey semakin kencang dan membahasahi kemeja Arlington. Meski Abbey akan meludahi kemejanya pun, Arlington tidak merasa keberatan asal perempuan itu bisa berhenti menangis.
"Kenapa kamu berbohong... aku membencimu..."
Siapa orang terbodoh di dunia ini? Ya, jawabannya adalah Arlington. Pria itu tidak bertanya dan hanya meminta maaf, membuat Abbey semakin kesal. Setidaknya Arlington harus melakukan pembelaan atau perlawanan.
Tetapi Arlington justru memeluknya, membawa Abbey masuk ke dalam kamar dan menenangkan perempuan itu hingga tangisnya meredah.
Abbey tidak ingin berlama-lama menangis karena sekarang matanya sudah sangat perih.
Ketika Abbey sudah cukup tenang. Arlington bergerak untuk mencium tangan perempuan itu dan berbicara tetapi Abbey menolaknya dan menyuruh pria itu untuk segera mandi karena Abbey sangat mual mencium aroma tubuh pria itu.
Tanpa banyak bertanya, Arlington langsung mengindahkannya. Siapa sangka ternyata itu hanya peralihan agar Abbey bisa melarikan diri.
Karena ketika Arlington masuk ke dalam kamar mandi, Abbey langsung mengendap keluar membawa jaket, ponsel serta dompetnya.
Ketika Arlington selesai membersihkan diri, ia tidak mendapti Abbey di dalam kamar membuatnya harus mencari perempuan itu lagi tapi tidak mendapati Abbey dimana pun. Beberapa pelayan mengatakan kepada Arlington jika Abbey sudah pergi dua puluh menit yang lalu.
Hal itu membuat Arlington sangat khawatir dan marah di saat yang bersamaan, Arlington berusaha untuk menghubungi Erdem, James dan semua yang bisa ia cecar habis-habisan.
Setelah Erdem memutuskan untuk melacak keberadaan ponsel Abbey, ponsel James justru berbunyi—mendapati panggilan masuk dari Tacey.
Panggilan pertama James menolaknya karena tetapi ketika panggilan kedua, mau tidak mau James mengangkatnya.
"Tacey, Arlington sedang marah, aku tidak bisa berbicara denganmu sekarang," bisik James sedikit kesal karena Tacey menghubunginya di saat yang tidak tepat.
"James, jika kalian sedang mencari Abbey maka dia sedang bersamaku, tolong berikan ponselnya kepada Arlington." Mendengar itu, James langsung segera memberikan ponselnya kepada Arlington.
"Arlington, ini aku Tacey, teman Abbey. Aku ingin memberitahumu jika Abbey sedang bersamaku sekarang."
"Dimana Abbey?"
"Aku akan mengirimkan lokasinya agar kau bisa memastikan jika Abbey baik-baik saja tetapi sebaiknya kau jangan menyusul kemari. Keadaannya sedang sedikit kacau, aku akan menenangkannya dan kembali menghubungimu."
Setelah penuh pertimbangan, Arlington akhirnya menyetujuinya. Ia tidak akan menyusul atau menemui Abbey tetapi tidak menutup cela Arlington untuk memarahi semua penjaga yang ada di mansion karena sudah membiarkan Abbey pergi begitu saja.
"Arlington tidak akan kemari." Tacey merangkul Abbey berusaha menenangkan perempuan itu. Tacey adalah teman Abbey yang paling dewasa dan selalu tenang di segala situasi.
Terbukti sekarang, meski Abbey datang dalam keadaan yang sangat kacau. Tacey tetap terlihat tenang—bahkan sangat tenang dan sempat menghubungi Arlington lebih dulu.
"Kau mau cerita? Jika tidak, tidak masalah, aku akan menunggumu sampai kau ingin bercerita," kata Tacey menenangkan. Ibu Tacey adalah seorang psikolog, mungkin karena itu Tacey selalu bisa terlihat tenang.
Abbey mengeluarkan dua buah cincin dari dompetnya dan memberikannya kepada Tacey. "Kau ingat Shaleeya, Tacey? Aku menemukan cincin ini, lihatlah ada nama Shaleeya di sana. Cincin ini sama persis dengan cincin yang Arlington berikan padaku."
Tacey segera mengecek kedua cincin tersebut untuk membuktikan perkataan Abbey dan benar saja. Sebenarnya Tacey mengerti apa yang sedang Abbey pikirkan sekarang, ia berpikir jika Arlington sudah bermain di belakangnya tetapi Tacey tetap berusaha untuk tenang dan memberikan respon yang positif karena sekarang Abbey sudah mulai menangis lagi.
"Kau sudah meminta penjelasan Arlington?" Abbey menggeleng sambil meremas perutnya yang semakin sakit setiap kali ia menangis. "Aku menghindarinya sejak kemarin."
"Menurutku, kau harus membicarakannya dengan Arlington ketika keadaanmu sudah jauh lebih baik. Bukankah seperti itu cara hubungan bekerja? Kau harus mengatakan apa yang kau suka dan apa yang tidak, atau mengatakan apa yang kau ketahui dan membicarakannya baik-baik dengan Arlington."
"Aku takut Tacey... aku takut untuk mendengar penjelasan Arlington jika apa yang aku pikirkan adalah benar." Sebenarnya jika Arlington memang memiliki hubungan spesial dengan Shaleeya maka Tacey tidak habis pikir karena Arlington berani bermain dengan tunangan seorang putra mahkota?
"Mungkin Arlington tidak bermaksud untuk membohongimu? Lebih baik jika mendengarnya langsung dari Arlington bukan? Melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalahnya Abbey."
"..."
"Jika Arlington tidak melakukannya, maka kau harus melakukannya lebih dulu bukan? Seperti magnet yang berbeda kutub, jika kedua kutub memiliki medan yang sama maka akan terjadi tolak menolak. Sama halnya dengan pasangan, jika tidak ada yang ingin mengalah atau menarik lebih dulu maka kalian tidak akan bisa bersatu."
Perkataan Tacey benar, Abbey tidak bisa melarikan diri dari masalah yang di hadapinya. Masalah ada untuk di hadapi bukan di hindari.
"Kau—" perkataan Abbey terpotong ketika ia merasa perutnya sangat mual. Abbey langsung mendorong semua benda yang menghalanginya untuk berlari ke kamar kecil, ia tidak ingin mengotori apartemen Tacey. Mungkin karena perut Abbey kosong, ia hanya mengeluarkan cairan bening yang terasa sangat masam di mulutnya.
Tacey segera menghampiri Abbey untuk membantu perempuan itu. "Astaga... kau butuh obat atau sesuatu?" Abbey menggeleng sebagai jawaban. "Bagaimana jika sekarang aku menyiapkan makan malammu lalu kau beristirahat agar besok bisa berbicara dengan Arlington."
Setelah memastikan Abbey selesai, Tacey segera menuntun perempuan itu untuk kembali duduk di meja makan. "Aku akan menyiapkan makan malam."
"Terima kasih, Tacey."
Tacey tersenyum lembut, ia tidak merasa telah melakukan sesuatu. "Terima kasih juga kau sudah mau bercerita, Abbey."
ARLINGTON
💌 : Be sure to leave dozens of stars on the vote column
**
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons
Romance[COMPLETED] Tak pernah terlibat skandal bersama perempuan merupakan reputasi besar yang Arlington pegang hingga sekarang. Kehidupannya yang tampak sempurna sukses membuat Abbey rela menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Arlington pun berhasil...