Hal yang pertama kali aku lihat ketika aku membuka mataku adalah wajah Regi. Aku tersenyum kecil ini seperti mimpikan? Seseorang yang selalu ada di hatimu sekarang ada di hadapanmu dan di dalam keadaan bangun tidur.
Kelopak mata Regi perlahan terbuka dan ia tersenyum lalu segera memelukku erat. Membuatku salah tingkah.
"Peluk balik boleh kok, Ra." Ucap Regi.
Perlahan aku mengeratkan kedua tanganku pada tubuh Regi, membuatku membenamkan kepalaku di dadanya.
"Malu?"
Aku hanya mengangguk pelan.
Regi tertawa, tertawa yang membuatku harus mengangkat kepalaku dan melihatnya tertawa, "Jarang-jarang kamu ketawa kaya gini." Ucapku membuat Regi berhenti tertawa.
"Masa?"
Aku mengangguk. Regi kembali memelukku erat.
"Kamu nggak ngerasa canggung sama aku, Gi? Tiba-tiba nikah sama aku?"
Regi melihatku lalu mengerutkan keningnya, "Buat apa canggung. Toh, nanti cuma kamu yang bakal paling kenal aku. Canggung juga nanti hilang sendiri, hanya nunggu waktu aja kamu nyamankan sama aku?"
"Aku boleh tanya sesuatu nggak?"
Regi melihatku lalu mengangguk.
"Kamu.. Kamu kenapa nggak jadi nikah sama Elsa?"
Regi diam sambil melihatku, "Ada masalah yang nggak bisa aku bilang ke kamu. Yang pasti batalnya nikah aku sama Elsa emang kesepakatan kita berdua."
"Kamu nggak sedih?"
Regi mengerutkan kening sambil berpikir dan menggeleng, "Itu yang terbaik. Nggak bisa juga aku nikahin dia."
Kini giliran aku yang mengerutkan kening, "Kenapa nggak bisa?"
"Nanti kalau kamu ketemu dia, juga kamu bakal tau alasannya."
Sebenarnya aku ingin mendengar dari mulut Regi sendiri agar tidak jadi masalah di kemudian hari. Tapi aku juga tidak bisa memaksa Regi untuk cerita tentang Elsa.
"Ayu mandi. Pasti semua orang sudah di meja makan." Ucap Regi.
Setelah mandi, aku dan Regi bergegas turun benar saja semua orang sudah sibuk berlalu lalang.
"Eh, pengantin baru turun." Ucap Bu Indah yang sekarang sudah harus aku panggil dengan sebutan Mama.
"Regi nggak bully kamu kan?" tanya Bu Indah padaku.
"Emangnya aku bakal ngapain?" Tany Regi.
Bu Indah hanya tertawa mendengar kata-kata Regi. Aku sendiri jadi salah tingkah. Bagaimana ya, situasinya sebelumnya aku adalah anak dari asisten rumah tangga di rumah ini dan sekarang aku adalah menantu dari keluarga ini.
Aku pergi ke dapur untuk membantu Bunda dan keluarga Bu Indah masih di sini sampai siang ini.
"Saya masih nggak habis pikir, kenapa Regi bisa nikah sama anak kamu ya, Yu? Si Inara itu ngerayu Regi apa gimana?" Ucap Tante Sinta salah satu adik Bu Indah.
Aku melihat Bunda yang hanya tersenyum mendengar ucapan Tante Sinta tanpa bisa menjawab.
"Nah, ini dia anaknya. Gimana ceritanya, Ra? Kok bisa-bisanya kalian nikah tiba-tiba? Kamu nggak hamil duluan kan?" Ucap Tante Sinta, "Banyak soalnya untuk menikahi orang kaya menggunakan berbagai macam cara."
Aku hanya diam melihat Bunda, begitu pula dengan Bunda sudah tersenyum tidak enak. Aku yakin Bunda dilema antara menjawab atau tidak. Tapi, menjawab juga bukan hal yang bisa dibenarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cherry On The Cake
RomanceMenjadi dokter hanya sebuah angan-angan bagi Inara. Tapi ternyata keinginannya tercapai berkat keluarga Admaja. Keluarga Admaja yang baik hati pada keluarganya yang membuat Inara sendiri bingung harus membalas keluarga Admaja seperti apa. Ditambah...