Ada sebuah buku yang sekilas menarik perhatian saya. "Kayaknya bagus deh buku itu. Mau baca ah! tapi nanti aja deh..", kata saya dalam hati. Saya ingin sekali membaca buku tersebut, tetapi tidak dalam waktu dekat. Namun saya merasa Tuhan menggerakkan hati saya untuk segera membeli buku tersebut dan membacanya. Beberapa hari kemudian saya pun pergi ke salah satu toko buku dan membeli buku tersebut.
Setelah selesai membaca buku tersebut, saya merasa buku ini seperti "berbicara" pada saya secara pribadi. "Tuhan, aku jadi mau ketemu langsung sama penulisnya deh..", pintaku pada-Nya dalam hati. "Minta ayat", suara-Nya terdengar jelas dalam hati saya.
Kali ini, pesan-Nya adalah saya perlu bertemu langsung dengan penulis buku tersebut dan memintanya menuliskan ayat alkitab tertentu yang entah ayat apa maksud-Nya (saya sendiri masih belum mengerti saat itu).
Jujur, saat itu saya merasa bingung dan ragu karena buku tersebut bukanlah sebuah buku rohani. "Ah, yang benar aja nih Tuhan? nanti kalau ketemu langsung sama penulisnya terus tiba-tiba aku minta ayat ke dia dan dia tersinggung atau marah gimana? Biasanya kan penulis buku sekadar menuliskan quotes atau kata-kata motivasi dan tanda tangan aja. Masa iya aku minta ayat alkitab sih Tuhan?", saya pun mendadak galau.
Benar saja, tidak lama setelah saya selesai membaca bukunya ternyata ada acara diskusi buku bersama penulisnya di kota Bandung. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya jadi belajar bahwa langkah demi langkah ketaatan kita ternyata diperhitungkan oleh-Nya. Saya pun bergumul selama beberapa hari sebelum akhirnya taat melangkahkan kaki ke luar kota.
Singkat cerita, acara diskusi buku berlangsung sangat menarik. Mulai dari sharing masing-masing narasumber, sesi mengisi worksheet yang ada di buku dignity dan akhirnya tiba juga sesi terakhir, yaitu foto bersama dan tanda tangan buku. Satu per satu dari teman-teman yang hadir bergantian maju ke depan. Sembari menunggu giliran maju ke depan, saya pun berlatih dalam hati merangkai kata-kata untuk meminta Kak Dita menuliskan ayat alkitab tertentu di buku dignity yang saya bawa dari Jakarta. Percayalah, ini tidak mudah, khususnya bagi saya. Namun saya meyakini bila ini adalah kehendak-Nya, tentu Tuhan bekerja dua arah. Tuhan berbicara pada saya dan juga berbicara pada Kak Dita dengan cara-Nya yang bisa jadi tidak sama.
Akhirnya, tiba giliran saya. Saya berjalan ke depan dengan jantung yang hampir mau copot rasanya. Setelah saya bersalaman dan memberikan buku dignity ke Kak Dita untuk ditandatangani, tiba-tiba muncul perasaan yang tidak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata.
Sebelum Kak Dita mulai menulis, saya sempat melihat ia terdiam sesaat sebelum akhirnya mulai menuliskannya. Tiba-tiba Kak Dita mengatakan sebuah kalimat yang mana merupakan kalimat peneguhan bagi saya. Kalimat yang kemungkinan besar tidak mungkin keluar dari mulut orang-orang terdekat saya atau orang-orang yang cukup mengenal saya. Kalimatnya sangat sederhana. Namun entah mengapa ketika mendengarkan kalimat itu rasanya seperti mendengarkan langsung dari seorang Pribadi yang mengenal hati saya. Pribadi pemilik hidup saya. Saya pun mendadak membeku. Tidak tahu harus berkata apa ke Kak Dita selain mengucapkan terima kasih. Saya speechless. Saya tidak mengenal Kak Dita. Kak Dita pun juga tidak mengenal saya. Hari itu, kami baru pertama kali bertemu.
Saya bingung mau berkata apa lagi selain menunggu Kak Dita selesai menulis. Saya tidak bisa melihat kata-kata yang sedang ditulis Kak Dita, tetapi sepertinya cukup banyak yang ia tulis. Saya pun mengurungkan niat untuk membahas perihal ayat alkitab pada Kak Dita. "Nggak usah deh Tuhan minta ayatnya ke Kak Dita. Kalimat Kak Dita barusan juga udah cukup jadi peneguhan kok..", batin saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjalan Bersama Tuhan
Spiritualsemua kisah yang tertulis bukanlah tentang saya, melainkan tentang seorang Pribadi yang setia berjalan bersama saya. Mengingatkan tentang kebaikan dan penyertaan-Nya dalam perjalanan hidup saya, hingga detik ini. selamat membaca.. Tuhan Yesus rindu...