CHAPTER 10 : Day 7

482 61 5
                                    

- Tidak Yakin -

"Tenangkan dirimu dahulu... Nanti malam, aku berjanji akan menceritakannya."

Dan di sinilah Yoong dan Jessica saling menatap satu sama lain, di atas balkon mansion Jung hingga mereka bisa merasakan desiran angin menerpa kulit yang tak merasakan dingin lagi.

Yoong meneguk salivanya berat. Kebetulan macam apa yang ia temui 3 tahun silam? Dimana tubuhnya bergetar setengah mati melihat seorang gadis berlumuran darah setelah mengalami kecelakaan.

"Kenapa kau diam? Kau bilang ingin menceritakannya, kan?!" Suara Jessica meninggi hingga menyetak kesadaran Yoong.

"Kau sudah gelisah sejak tadi siang. Aku memberikanmu waktu untuk menenangkan diri tapi kenapa kau masih tidak sabaran?" Suara lembut Yoong membelah naluri Jessica yang menggila.

Sungguh. Tak ada satu kejadian pun yang ingin Jessica tidak ketahui tentang kecelakaan yang merenggut nyawa Krystal, walaupun akhirnya itu akan membuatnya menangis sejadi-jadinya.

Jessica tak perduli. Ia menggeleng sejadinya, menggigit bibir dengan keras berusaha menahan tangis yang hampir pecah padahal pria itu belum membuka suaranya untuk memulai cerita.

Yoong menghela nafasnya, seolah sesuatu tengah menghalangi kerongkongan saat ia ingin mengambil nafas.

"Kau bisa mengendalikan diri, kan?" Ucap Yoong memastikan kembali.

Namun gadis itu masih saja menunduk tanpa menjawab bahkan menggeleng atau menganggukan kepalanya.

Yoong mendesah pasrah. Jika ia kembali ke hari itu, maka cerita dimana mengapa dirinya harus berlari terbirit-birit pun menjadi terungkap pula. Jessica juga akan mengetahui sisi dari kehidupannya.

"Siang itu aku lari- tidak. Aku berusaha kabur dari kejaran appa yang ingin terus memukulku, tapi dia tidak ingin membunuhku." Yoong memberi jeda pada kalimatnya untuk mengambil nafas panjang.

Suara Yoong terdengar gelisah saat ceritanya di mulai.

Tak hanya itu, nafas Yoong bahkan terdengar berat, layaknya kesusahan untuk memasok oksigen ke hidung.

"Aku nyaris gila, memohon dan terus memohon padanya untuk meminta mati. Aku benar-benar frustasi hingga akhirnya kakiku memutuskan untuk berlari lalu entah bagaimana caranya aku sudah sampai ke jalanan besar."

"Tubuh penuh memar dan wajahku sudah babak belur dengan darah yang terus mengucur, aku terjatuh di trotoar karena hampir kehilangan kesadaran sebelum mataku melihat mobil yang saling bertabrakan." Pria itu kembali memberi jeda di sela ceritanya.

Yoong menarik nafasnya, lagi. Akan tetapi kali ini lebih dalam, berusaha mengingat kembali kejadian yang hampir ia lupakan, namun memori itu hadir lagi setelah melihat foto Jessica bersama Krystal dalam sebuah bingkai.

"Lalu? K-kau membiarkannya mati begitu s-saja?" Lirih Jessica dengan suara seraknya, mulai terisak.

Yoong balas menatap mata Jessica, lekat. Ia menggeleng dengan cepat. Bukan seperti itu maksud Yoong dahulu.

Krystal membuat kesadarannya kembali dan karena itulah ia bisa menghampiri gadis itu lalu mengeluarkannya dari dalam mobil. Yoong justru berkeinginan besar untuk menyelamatkan Krystal waktu itu.

"Aku membuka pintunya. Memangkunya dalam pangkuanku sambil berteriak keras meminta ambulance. Percayalah. Aku sudah berusaha. Aku akan lebih berusaha lagi jika keadaanku baik, Jessica. Aku bisa langsung berlari membawanya ke rumah sakit saat itu juga tanpa harus menunggu orang-orang bodoh itu menelfon ambulance." Mata Yoong nyaris tak berkedip saat menjelaskannya.

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang