Chapter 26: Berbagi? 🔞

1.3K 34 0
                                    

[Warning! Chapter ini berisi konten yg 'sangat' dewasa dan tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur, bijaklah dalam menyikapi bacaan anda]




"Jadi, bisa kau jelaskan.. Kenapa Ellie melakukan itu padamu dan bagaimana kau bisa bertemu dia dikelasnya?" Tegasku.

Liya hanya menunduk. Tenaga sudah pulih kembali karna aku sudah memberikannya energi.

"Liya?" Tegurku lagi.

"Ta-tadi.. Tadi aku hanya lewat, sama sepertimu.. Lalu tiba-tiba aku melihat seorang gadis yg tak asing lagi bagiku, dia Ellie, sedang menaruh perangkap tikus dibawah beberapa meja.."

"Hah? Kenapa dia lakukan itu?"

"Dia bilang, dia hanya kesal dgn beberapa teman sekelasnya dan ingin balas dendam.. Kau tau perangkap tikus itu sangat berbahaya, kaki mereka bisa terjepit hingga putus.. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi lalu aku..."

"Cukup, aku mengerti." Potongku. Aku menghela nafas dan memegang pundaknya. "Liya, itu bukan urusanmu... Gadis aneh itu memang jahat dan licik, jangan mendekatinya tanpa aku."

"Kau tega membiarkan anak tidak bersalah harus kehilangan kakinya?! Kau tidak ada bedanya dgn Ellie!" Ia menyilangkan tangannya dan membelakangiku.

"Ha... Kau ini memang terlalu baik, kau pasti mencegahnya, dan seperti biasa.. Gadis licik itu selalu meminta syarat, dan apa yg kulihat saat itu, itu adalah syaratnya kan?"

"Eh? Bagaimana kau tau?"

"Walaupun belum lama, aku sudah sangat mengenal sifat gadis itu... Dan juga, apa kau yakin anak yg kau sebut tidak bersalah itu benar-benar tidak bersalah dgn Ellie?"

Ia menunduk tampak memikirkan sesuatu. "Apa maksudmu?"

"Ellie itu.. Bukan tipe orang yg akan melakukan hal merepotkan semacam itu, anak-anak itu pasti menganggunya.. Dia tidak akan seperti itu jika tidak diusik." Ucapku santai.

"Ta-tapi.. Tapi tetap saja, menggunakan perangkap tikus itu sangat kejam." Protesnya.

"Saat aku tidur dgn-nya, aku melihat bekas goresan dipahanya.. Cukup lebar hingga harus dijahit, dan aku melihat gel penghilang bekas luka ditasnya yg berarti dia menggunakannya tiap hari sampai harus dibawa kemana-mana seperti itu, apa kau tidak melihatnya?"

Ia tersentak. "Ah ya, kau tidak bisa. Tertutup oleh rok." Sambungku.

"Tidak, aku ingat.. Saat pertama kali melihat Ellie, aku memang melihat balutan perban dipahanya yg masih merah.. Dia menuju rooftop.. Aku ingat, jadi luka itu.."

"Hm, kau tau yah.. Aku yakin, luka parah itu disebabkan oleh anak-anak yg ingin dibalas Ellie, aku rasa.. Aku tidak keberatan jika Ellie melakukannya. Mereka pantas mendapatkannya."

Liya menunduk. "Maafkan aku.. Karna aku Ellie jadi mengurungkan niatnya, padahal mereka memang jahat sama Ellie.."

Aku mengelus rambutnya. "Aku tau kau orang baik. Tidak apa, lagipula balas dendam tidak selalu bagus kok."

"Reiji, ada sesuatu.. Yg ingin aku sampaikan padamu.." Nadanya mulai meragu dan ia terlihat gugup.

"Apa itu?" Ucapku.

"Ehm.." Ia tampak gelisah, tapi keliatannya malu utk mengatakannya. Memangnya apa yg ingin dia ucapkan?

"Katakan Liya." Ucapku yg mulai jengkel menunggu.

"Eeh... Ah nanti saja, setelah.. Setelah aku berada diraga Ellie." Ucapnya menggeleng.

"Kau ingin jadi manusia utk mengatakannya? Kenapa?"

Girlfriends In Two Worlds! [NC18+] (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang