Sepuluh

9K 1K 100
                                    

Abaikan typo. Merevisinya kapan - kapan aja kalau mau jadi ebook.

"Kamu tidak makan?" tanya Janu pada Citra yang hendak berlalu setelah menyiapkan makanan untuknya.

"Aku sedang diet," jawab Citra asal. Padahal yang sebenarnya adalah, ia kehilangan nafsu makan karena melihat sang mantan bersanding di pelaminan dengan mak lampir yang sudah menghancurkan rumah tangganya.

"Tapi kamu kan masih menyusui Puteri," Janu mengingatkan Citra.

"Bukannya menjadi seorang model itu harus kutilang ya, Bos?" tanya Citra yang membuat kening Janu berkerut.

"Iya sih, tapi spesial untukmu tidak," jawab Janu sambil mengambil nasi untuk dipindahkan ke dalam piringnya. Lagipula menurut Janu, ukuran tubuh Citra itu sudah kurus. Mungkin efek selalu makan hati atas perlakuan mantan suaminya.

Kalaupun tubuh Citra berisi itu juga tidak jadi soal. Janu sudah membuat konsep yang berbeda untuk tema peragaan busana yang ia ikuti tahun ini. Dan semuanya khusus untuk mengawali debut Citra di dunia modelling. Bahkan diam - diam ia sudah merencanakan skenario tersebut pada teamnya yang lain. Termasuk menghubungi teman - temannya yang bekerja sebagai reporter sebuah televisi swasta.

"Aku sudah menyiapkan Panggung Untukmu. Kamu bebas menjadi dirimu sendiri. Jadi sekarang kamu temani aku makan ya!"

*****

Satu minggu sebelum acara berlangsung, Janu memanggil beberapa model yang sudah ia kontrak untuk memperagakan busananya. Ia juga memanggil beberapa orang MUA dan hair stylish yang akan menjadi asisten untuk merias para model.

Citra ikut dipanggil untuk mengikuti briefing. Janu sengaja membagi modelnya dalam 4 kelompok yang akan di percantik oleh para MUA dan hair stylish yang sudah ia tentukan. Tujuannya supaya saat hari H nanti, tidak terjadi hiruk pikuk di belakang panggung dan semuanya dapat berjalan dengan tertib sesuai jobdesk masing - masing.

Kemudian Janu meminta para model tersebut untuk mencoba gaun yang telah ia bagi dan pilihkan sesuai dengan karakter mereka. Jadilah ruang tamu dan ruang santai rumah Janu riuh dengan para model yang tanpa merasa malu segera melepas pakaian mereka untuk mengepas baju yang akan di peragakan.

Sementara menunggu para modelnya berganti baju, Janu memberi pengarahan pada para MUA tentang detail rias dan tata rambut yang ia inginkan seperti dalam gambar sketsanya.

Citra menatap tubuh indah para model tersebut dan merasa iri. Hanya Citra yang bertinggi sedang dan bertubuh kurang seksi. Postur tubuhnya sangat jauh dari kriteria seorang model. Tanpa sadar ia menoleh ke arah Janu. Pria itu terlihat santai berada di antara beberapa wanita yang sedang berganti baju.

Mendadak hati Citra diliputi perasaan cemburu. Ternyata tidak hanya dirinya saja yang pernah telanjang di hadapan Janu, meskipun pria itu mengaku hanya Citra yang pernah disentuh olehnya.

"Di mana - mana lelaki itu sama saja," Citra mencoba membesarkan hatinya sambil menahan air mata yang hendak luruh. Sekali lagi ia mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terbawa perasaan dengan semua ucapan dan perlakuan Janu saat tengah bercinta dengannya.
Tidak ada perasaan cinta di sana, hanya simbiosis mutualisme. Janu akan membantu Citra membalas dendam pada Kevin, dan Citra hanya perlu membayarnya dengan memuaskan hasrat pria itu di atas ranjang.

"Mas, kalau gaun ini nanti akan dikenakan oleh siapa?" tanya salah seorang model yang paling cantik dan seksi diantara semua model yang ada disana. Wanita itu terlihat tengah menyentuh gaun yang akan dikenakan oleh Citra.

"Oh, itu nanti akan dipakai oleh dia!" jawab Janu sambil menunjuk ke arah Citra.

Sontak semua model menolehkan kepalanya ke arah Citra. Bahkan si model yang tadi bertanya pada Janu, kini memandang Citra dengan tatapan sinis.

"Tumben Mas Janu memilih model utamanya yang bertubuh pendek, tidak seksi lagi," sindir sang model.

Beberapa model lain tampak terkikik, ada yang membekap mulut, dan ada yang menahan tawa dengan sengaja membuang pandangannya.

Citra tersadar, tidak mudah baginya untuk masuk di dunia yang berisi wanita - wanita bertubuh sempurna. Ia merasa mejadi orang tersesat di dunia yang bukan seharusnya ia datangi. Dirinya sadar, ia memang bukan siapa - siapa. Sebuah perasaan kecil hati yang pernah ia rasakan ketika pak Prasojo memintanya untuk menjadi menantu kembali menyiutkan nyalinya. Semangat Citra untuk bisa membalas dendam pada Kevin kembali goyah.

Janu menatap Citra yang mulai merasa tidak nyaman. Mental wanita itu masih jauh dari yang ia harapkan, tapi itu baik untuk menempa keberanian dan membuka mata Citra. Karena di luar sana, ada banyak manusia yang lebih jahat dari mantan suaminya.

Dalam penglihatan Citra, wajah si model cantik itu berpendar. Ia sampai harus menggosok kedua matanya karena melihat sosok Inge yang tengah tersenyum mengejeknya. Kemudian bayangan Inge menghilang dan terlihat si model cantik yang masih menatapnya dengan sinis.

Citra mencoba untuk membalas intimidasi si model cantik itu. Jangan mentang - mentang merasa sudah senior, lalu dengan seenaknya membully junior. Sekarang ia adalah seorang ibu. Kalau dirinya gentar menghadapi bullyan itu, bagaimana ia bisa melindungi anaknya karena masih bermental tempe?

"Soalnya Mas Bos bilang, panggung kali ini spesial untukku." Citra menjawab sambil memberanikan diri membalas tatapan sang model yang telah meremehkannya.

Wajah si model cantik itu tampak terkejut saat mendengar ucapan Citra. Janu yang mendengar keberanian Citra memuji dalam hati.
"Good Job, Citra!"

*******

Selesai sudah kesibukkan di rumah Janu. Setelah mencobakan gaun dan menyesuaikan tata rias serta rambut untuk acara mendatang, para model tersebut membubarkan diri.

Citra sendiri memilih untuk masuk ke kamar untuk menyusui Puteri. Mas Bos bilang, ia tidak perlu fitting dan mencoba riasan lagi. Bahkan pria itu tidak mengijinkannya memasak, karena masih ada sisa makanan dari catering yang sudah dipesannya tadi siang.

Citra sudah hampir terlelap saat ia mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. "Citra kamu sudah tidur?"

Panggilan tersebut membuat Citra mengerjapkan kedua matanya. Diliriknya jam yang menempel di dinding. Sudah pukul delapan malam. Ia segera bangun dan membukakan pintu.

"Mas Bos ingin kubuatkan sesuatu?" tanya Citra. Janu tidak menjawab, ia justru termangu melihat penampilan Citra yang lupa mengancingkan kembali bajunya setelah menyusui Puteri.

Bukit kembar yang montok itu membangkitkan kerinduan untuk bercinta dengan Citra.

"Kamu memang benar - benar sebuah godaan, Citra!"

Tbc

Seharusnya cerita ini masuk di akunnya Oiz, karena banyak adegan Tuing - tuingnya. 🤣🤣🤣🤣

Panggung Untukmu (Sudah tersedia ebook di Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang