SPECIAL

381 23 7
                                    

Tampak seorang pemuda tengah berbaring di kasur nya, dia tidak tertidur, dia menatap langit langit kamarnya yang berwarna navy itu. Tapi yang terlihat olehnya hanya gelap.

Dia adalah Fildan, lebih tepatnya Adrian Rafildan Angkasa, nama yang bagus bukan?. Tetapi kisah hidupnya tak sebagus namanya. Kecelakaan itu merenggut cahayanya, pemuda 18 tahun itu buta permanen dan hanya donor mata lah yang bisa menyembuhkan nya. Tetapi dia selalu menolak dengan alasan dia baik baik saja dan menambah keyakinan orang orang dengan senyum manis berlesungnya. Senyum itu selalu dia tunjukkan pada siapa saja jika orang orang merasa iba dan khawatir padanya.

"Kak Fildan", sapaan itu membuat Fildan berusaha duduk dengan sedikit meraba raba.

Dia tau panggilan itu, itu adalah panggilan dari adik nya. Rara Riandi Angkasa berusia 16 tahun, sebenarnya hanya adik sepupu. Fildan pun anak bungsu dari 3 bersaudara, tetapi dia sangat menyayangi Rara seperti adik kandung sendiri.

Selain itu dia juga memiliki 2 kakak laki laki kandung yaitu Syahreza Adrian Angkasa yang kerap dipanggil Reza serta Adrian Irsyad Angkasa kerap di panggil Ical. Eits jangan di lupa satu kakak sepupu perempuan nya bernama Selfira Angkasa Brahmana, dia cucu dari anak perempuan satu satunya kakek Fildan.

"Iya sweety kenapa?", tanya Fildan dengan pandangan kosong ke depan.

"Ingin jalan jalan bersamaku?", tanya Rara sekaligus mengajak.

"Boleh juga, aku ingin merasakan udara pagi hari. Ya walaupun kakak tidak bisa melihatnya", ucap Fildan membuat Rara sedih.

"Maafin aku kak, andai waktu itu..."

"Sudah, tidak perlu di ingat. Disini tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar", tegas Fildan namun penuh kelembutan.

"Yasudah sekarang kita keluar", lanjutnya.

Rara pun memapah sang kakak untuk menuju lantai bawah, semua orang yang sedang berada di bawah untuk sarapan pagipun langsung menatap kearah Rara yang tengah memapah Fildan. Saat akan melangkah ke tangga terakhir Fildan hampir saja terjatuh.

"Fildan", seru dari seluruh anggota keluarganya.

"Aku baik baik saja, jangan khawatir", ucap nya dan di akhiri dengan senyumnya.

"Duduk disini nak", ucap sang ibu tercinta lalu membantu Fildan untuk duduk.

"Terima kasih bunda"

"Kalian mau kemana?", tanya sang kakek, tuan Angkasa Guritmo.

"Idhan ingin jalan jalan dengan Rara, dekat hanya ke taman komplek. Dan Idhan ingin berdua saja dengan Rara, ingat hanya berdua", ucap Fildan dengan tegas, karena tau pasti akan di larang oleh keluarganya.

"Apa kau tidak ingin di temani dengan para bodyguard atau dengan kakak kakak mu?", ucap Adrian, ayah Fildan.

"Tidak ayah, Fildan bukan anak kecil lagi yang harus di jaga"

"Tapi kondisimu...."

"Jangan pernah menggap Idhan lemah kak, Idhan tau kalau Idhan itu buta. Tapi Idhan ga selemah yang kalian kira, ayo Ra kita pergi", ucapnya final lalu berdiri perlahan di bantu oleh Rara.

Semua orang menatap sendu ke arah Fildan dan Rara yang sudah berlalu keluar.

Reza merutuki ucapannya karena sudah menyinggung perasaan sang adik. Fildan memang selalu bisa menutupi lukanya, tetapi dia tidak suka di anggap lemah karena kekurangannya.

"Bunda, Eja sudah membuat Fildan kecewa. Maafkan Eja", ucap Reza penuh penyesalan.

"Sudahlah kak, Fildan tidak akan marah terlalu lama", ucap Ical.

SPECIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang