Bila cahaya menjanjikan kehangatan, mengapa malam menyapaku dengan kedinginan?
Bila kau datang dengan tawa mengapa kau pergi meninggalkanku dengan luka?*❄❄❄❄*
"Saat kudilahirkan kedunia, kelahiranku dilimpahi tawa dan cinta, menyanyikanku dengan lembut, memelukku dengan tangan seorang Ayah dan Ibu yang dititipkan untuk panutanku dan aku bahagia akan itu". Sapaku pagi ini dengan ditemani lembutnya angin yang menghembuskan sehelai demi sehelai rambutku Aurora.
Saat itu kelahiranmu adalah kelahiran yang dinanti-nanti, kelahiran yang membawa banyak tawa dan kehangatan. Banyak orang mengatakan bahwa kamu lahir dengan seribu keajaiban bagi kami orangtuamu. Hingga kami mempercayai suara-suara petua itu. Tidak ada keraguan dalam hati kami saat menerima suara mereka mengenaimu.
Hingga kau dewasa saat ini, harapan dan doa mereka masih saja ku percaya untukmu Putri kecilku. Walau kini usiamu bertambah dan kedewasaan menghampirimu, namun bagi kami, tangan mungilmu masih saja terbayang dalam benak kami sedang menggenggam erat jari jemari kami.
Teringat saat itu, kau merengek seolah-olah hanya kau yang punya harapan untuk diwujudkan. Tapi walau begitu tingkahmu, kami tetap melakukannya demi senyum manismu tidak hilang dari pipimu.
Tidurlah putri kecilku hingga kau terbangun dengan senyuman yang baru, walau harimu dan lamgkahmu kini sudah berbeda. Tapi hatiku percaya harimu tidak akan kekurangan cinta.
"Cerita beberapa saat lalu, ketika kelelahan hari ini kulalui dengan rasa hampa". Aurora dengan mata yang berat sangat jelas mendengar suara sang Ayah saat mencoba melihat putri kecilnya udah terlelap, namun Aurora sesungguhnya belum terlelap.
*❄❄❄❄*
Aurora kini udah menjadi anak yang dewasa. Delapan tahun lalu adalah masa kelam yang sulit di hadapi oleh Aurora. Dunia merenggut Cinta dan kebahagiaannya saat itu, dan senyumnya kini hanya dipenuhi dengan kehampaan dan duka yang tak hentinya selalu menemani langkahnya.
Kini Aurora sudah umur delapan belas tahun. Ia hanya bisa menghabiskan hari-harinya dengan sebuah kesepian. Bagaimana tidak, beberapa hari lalu ia harus mendengar kabar yang mengagetkan yaitu dia harus kehilangan pekerjaannya. Lebih sedih lagi udah jatuh tertimpa tangga lagi, udah kehilangan pekerjaan eh malah kehilangan kekasih. Sungguh itu kisah menyedihkan.
Hari-harinya rasanya sepi, biasanya bangun subuh melakukan pekerjaan rumah, lalu mandi dan cuss dah kerja, tapi kali ini dia hanya bisa diam dan meratapi nasibnya saja. Selain itu, biasanya sebelum tidur sang kekasih suka banget temani dia tidur, etss lewat video call kok nemeninya, ya kali temenin di sampingnya.
Jadi hari-harinya kini seperti rutinitas lautan mati. Bangun jam 08.00 pagi, memasak sarapan lalu beres-beres dan setelah itu sepanjang hari memilih untuk tidur dan meratapi nasib buruknya di usia delapan belas tahun ini.
"Aahhh semoga besok menjadi hari baik untukki, dan semoga mampu melupakan dia yang selalu menemaniku saat ku tertidur lelap", Sahut Aurora saat memandangi pepohonan yang menyapanya dan melambaikan dedaunannya akibat angin sepoi-sepoi.
Lalu Aurora memilih masuk kedalam kamar, menutup pintu kamarnya yang terletak dilantaidua, menarik selimutnya dan mencoba memejamkan mata tanpa sang Mantan kekasihnya itu.
"Good nigh Rora", hatinya menyapanya. Lalu terlelap.
Mampir yukss guys ke ceritaku. Tinggalkan jejaknya ya. Vote dan komennya dong
kritikannya juga boleh
makasih ya sudaj disempatkan singgah dalam ceritaku
sayang kalian yang vote dan komen❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
*Specchless*
Teen FictionMimpi dan Harapan kini terhenti seketika, saat semua kenyataan tidak sesuai harapan. Hanya karena banyaknya kebodohan mengikuti lamgkah ini. Hingga akhirnya aku memilih terdiam dari semua mimpiku. speechless is the best choice for my life.