Aku bertanya pada diriku kenapa cobaan ini tidak pernah ada habisnya. Sekarang Rena menghilang entah kemana, sudah aku keseluruh penjuru kota ini tapi hasilnya nihil. Tidak ada yang tau keberadaan Rena sekarang.
Membuatku jadi kebingungan dan tidak lagi ingat merawat diriku bahkan banyak urusan kantor semua Jodinyang mengerjakan.
Banyak khawatir akan kesehatanku karena terlihat pucat dan tidak seperti dulu lagi, aku yang dikenal selalu rapi sekarang terlihat mengerikan dengan rambut yang tidak terurus dan berantakan semuanya.
Lebih dari dua bulan aku mencari Rena bahkan ketika mami bertanya aku hanya bisa berbohong. Begitu juga ketika ayah dan ibunya bertanya aku hanya berbohong dan berbohong karena aku tidak mau membuat merekankhawatir.
Siang hari ketika sedang berkeliling kota entah untuk yang keberapa kalinya mami menelpon menanyakan apakah mau buat syukuran 7Bulanan. Aku sontak kaget ternyata sudah mendekati tapindimana Rena sekarang aku tidak tau harus bicara apa.
Akhirnya mami memaksaku pulang bersama Rena, tapi pada kenyataannya aku hanya pulang sendirian.
Papi dan mami seolah mengintimidasiku dengan tatapan mereka tanpa bertanya dimana Rena.
Aku langsung masuk ke kamarku dan berganti baju. Tak lama mami memanggilku untuk makan malam dulu.
"Makan dulu kamu tidak mengurus dirimu sendiri gimana kamu bisa ngurus istri kamu. Kenapa kamu mengecewakan kami Van.." ucap mami
"Maaf mi Revan memang salah..." jawabku lesu
"Ya sudah makan dulu nanti temui papi dibelakang..."
Setelah selesai makan aku langsung menemui papi dibelakang dan benar saja terlihat dari raut wajahnya papi sudah marah besar. Aku memang sudah pasrah sejak berangkat. Jadi apapun yang terjadi nanti memang sudah resiko yang harus aku tanggungg.
"Ada masalah apalagi kamu sama Rena, kenapa pulang sendirian?" Tanya papi
"Rena ada dirumah pi" jawabku bohong
"Pernahkah kamu mengecewakan papi dan mami?"
"Seingat Revan belum pi, Revan selalu nurut sama papi..."
"Pernah kamu bohongi papi dan mamimu?"
"Eeee engga pernah pi" jawabku gugup
"Hari ini kamu pulang dengan mengecewakan dan juga telah membohongi papi dan mami..... jangan kamu pikir papi tidak tau Revan!!!" Papinsudah marah besar lalu mami datang dan menenangkan papi. Tapi semua terlambat papi sudah habis menghajarku sampai dadaku sesak tidak bisa bernafas.
Mami yang paniknlangsung jongkok melihatku yang tersengal sengal mencoba bernafas. Dan papi juga tidak menyangka akan separah ini. Papi menyuruh mami memanggilkan Rena.
"Panggil Rena kesini mi..." perintah papi
"Re ren a disini pi?" Tanyaku sambil berusaha
"Revaaaann... " itu suara Rena istriku
"Ka kam......" aku tidak sadarkan diri
Entah berapalama aku tidak sadar yang jelas sekarang aku terbaring diatas kasurku dirumah. Dengan selang oksigen dihidungku aku mencari Rena. Danternyata Rena memang ada duduk disebelahku menatap iba kepadaku dan juga semua orangtua kami lengkap ada disini.
"Kamu baik baik aja Ren..." tanyaku
"Baik" jawabnya singkat dengan berkaca kaca
"Aku cari kamu Ren, aku kangen kamu..." kataku
"Maafin aku ya Rev...."
Orangtua kami berjalan keluar ruangan mungkin memberi waktu pada kami untuk berbicara.
"Kamu kemana selama ini? Aku bingung cari kamu.."
"Aku dirumah ayah dan ibu... aku sudah menceritakan semuanya Rev... tentang kita da tentang anak ini..."
"Ka kamu cerita ke mami dan papi juga?" Tanyaku penasaran dan sangat terkejut dengan ucapannya
"Iya mereka semua sudah tau..."
"Jadi ini alasannya mereka menyuruhku pulang tiba tiba....." lalu aku diam memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya
Keesokan harinya kami semua berkumpul diruang kekuarga dan hanya aku yang terlihat tegang. Rena duduk disebelahku, sedangkan orangtua kami duduk berhadapan. Selama beberapa saat kami aja saling memandang tidak ada yang memulai pembicaraan. Lalu aku yang memberanikan diri bertanya.
"Mi pi, ayah ibu maaf kalo Revan tidak jujur selama ini, tapi maksud dan tujuan bukanlah untuk berbuat jahat.... melainkan karena Revan.... eeee.... Revan..." aku terdiam dan menunduk tidak melanjutkan
"Kamu mencintai anak ayah" kudengar ayah Rena melanjutkan
"Iya sangat mencintai Rena yah.." jawabku mantab
Kulihat mereka semua raut wajahnya biasa saja bahkan papi malah bisa tersenyum.
"Tapi kami sudah tau kalau anak diperut Rena sebenarnya bukan anak km, jadi lebih baik kalian...." belum sempat ayah Rena melanjutkan sudah ku potong
"Biar Revan yang menanggung, Revan mau tanggung jawab itu sudah keputusan Revan ayah" kataku meyakinkan mereka semua
"Ya kalau memang kalian sudah sepakat kami orangtua hanya bisa mendukung dan mendoakan...." terdengar suara mami serak parau
"Bagaimana dengan Rena apakah setuju dengan kamu, karena Rena yang nantinya melahirkan dan membesarkan anak ini..." kata papi
Lalu aku menoleh ke arah Rena terlihat Rena hanya menunduk saja sedari tadi. Aku mulai berpikiran yang tidak tidak.
Renata POV
Sepulang dari rumah sakit kala itu aku memutuskan untuk pergi dari rumah dan belum ada tujuan yang jelas. Sampai akirnya aku menginjakkan kaki dirumah orangtuaku.
Setelah begulat dengan pemikiranku akhirnya aku memutuskan untuk memberitahu mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Awalnya ayah sangat murka dan tidak menyangka aku bisa dan tega melakukan ini semua.
Ayah dan ibu memintaku jujur dan mengaku pada orangtua Revan juga.
"Lalu apa yang kamu lakukan setelah ini?" Tanya papi
"Rena ikuti apa saja kata papi dan mami, karena Rena memang salah..." jawabku tertunduk
"Nak... kami tidak menyangka kamu tega berbuat sejauh ini pada anak mami... mami sakit hati mendengarnya.. tetapi semua keputusan ada ditangan Vano..." kata mami sambil terisak
Akhirnya Revan datang dan memasuki rumah. Dari dalam kamar ini aku melihatnya tidak seperti yang aku lihat terakhir kali. Ya sudah cukup lama memang hampir 2bulan aku menghilang.
"Kamu lihat keadaanya? Bagaimana menurutmu?" Tanya mami yang masuk kedalam kamar
"Rena.... sangat bersalah mi" jawabku sambil menangis
"Cobalah tanya pada hati kecilmu....apa tidak ada nama Revano disana?" Pertanyaan mami membuatku merenungi dang kembali mengingatkan tentung semuanya yang sudah terjadi