Kedua matanya terus melirik ke sana kemari, lalu berhenti pada papan tulis yang penuh dengan catatan Biologi. Yang lain sudah menulis sejak tadi, sedangkan halaman pada buku milik salah satu murid di kelas 12 IPA 4 ini terlihat masih bersih dari tinta pulpen.
"Yoona, kamu belum nulis?" tanya Bu Ratna yang merupakan guru Biologi, melirik bergantian sang murid dan buku tulisnya yang tergeletak di meja.
"Maaf, Bu. Saya lupa gak bawa pulpen," jawab Yoona pelan, lalu melirik teman-temannya yang memang rata-rata pelit jika minta dipinjamkan pulpen. Karena keseringan pulpen tersebut dipastikan tidak balik lagi dan malah menjadi hak milik si peminjam. Kebiasan sekali.
Seohyun yang mendengar ucapan Yoona pun langsung mengambil salah satu pulpennya di dalam tempat pensil. Ia memutar bahunya ke belakang, lalu menyodorkan pulpen berwarna ungu muda ke hadapan Yoona. "Ini, pake."
Bu Ratna menggelengkan kepalanya kecil seraya menepuk bahu Yoona. "Kenapa dari tadi kamu gak minjem pulpen ke sahabat kamu aja, Yoona? Ayo, sekarang cepetan tulis catatannya. Sebentar lagi bel pulang, lho."
Tringgg! Tringgg!
Baru saja diomongi, bel pulang pun berdering di saat Yoona baru mau mulai menulis. Ia menatap sang guru dengan senyum canggung, "Difoto aja boleh gak, Bu? Nanti saya catet kok di rumah," ucapnya memohon.
"Yoona, Yoona. Yakin nanti dicatet di rumah? Ini materinya penting, lho. Karena lusa kita ulangan hariannya gak jauh dari pembahasan hari ini."
"Gak akan lupa. Pasti dicatet kok, Bu."
"Ya udah, terserah kamu."
Namun, tanpa diduga seorang murid laki-laki yang menjabat sebagai ketua kelas di 12 IPA 4 ini berjalan ke depan kelas dan langsung menghapus catatan tersebut tanpa mengetahui apapun.
"Yahhh... kok dihapus?" Yoona menatap papan tulis bagian kiri yang terhapus.
"Lho? Udah nyatet semua, kan?" tanya Fahri, menatap teman-temannya yang langsung memberi anggukan kecil.
"Iya, tapi aku belum."
"Siapa suruh dari tadi malah diem aja," ucap Fahri, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya, menghapus catatan di papan tulis tersebut hingga bersih.
"Ck, si Fahri nyebelin banget!" decak Yoona sebal, menutup buku tulisnya.
"Pinjem bukunya Seohyun aja," ucap Bu Ratna, lalu melangkah ke meja guru.
Setelah memberi salam, semua murid pun langsung berhamburan ke luar. Menyisakan Seohyun dan Yoona yang masih betah duduk di tempat mereka.
"Aku foto aja, ya. Boleh?"
Seohyun kembali menggelengkan kepalanya. "Nanti lupa dicatet."
Yoona menghela napas panjang, lalu kembali melanjutkan menulis catatan yang baru setengah halaman. Jujur saja, ia merasa tak enak karena gadis itu jadi harus menunda pulangnya. Ingin meminjam untuk dibawa pulang, tapi lusa ada ulangan harian dan ia takut lupa membawanya. Terlebih rasa canggung itu pun turut dirasakannya, karena terhitung sudah delapan hari mereka tidak sedekat ini lagi.
Setelah selesai menulis catatannya, Yoona langsung mengembalikan buku dan pulpen milik Seohyun. "Makasih, ya," ucapnya, tersenyum canggung.
"Kembali kasih," jawab Seohyun yang balas tersenyum. Ia memasukkan buku dan pulpennya ke dalam tas. "Jalan ke depannya bareng, yuk! Boleh gak?"
Yoona mengangguk kecil, lalu bangkit berdiri sambil menyeletingkan tasnya.
Keduanya pun berjalan berdampingan tanpa adanya obrolan seperti biasanya. Koridor lantai dua yang sudah cukup sepi, membuat suasana semakin terasa canggung. Salah satu di antara mereka harus ada yang memulai obrolan untuk mengatasi kecanggungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Jomblo (SELESAI)
Fiksi PenggemarSemenjak lulus SMA, cowok bernama Kyuhyun Putra Dirgantara ini udah menjabat jadi 'Presiden Jomblo' selama tiga periode berturut-turut, dan ini merupakan tahun terakhir masa jabatannya. Kalo tahun ini dia belum nikah juga, mau gak mau, dia harus dil...