Kesalahan dalam tanda baca, pemilihan kata, dan typo adalah hal yang lumrah dalam cerita ini!🙏
Jadi, mohon koreksinya!😘Happy Reading!😘
👑
Sabtu pagi, Elle masih setia dengan drama rajuk-merajuknya. Ia tidak akan berhenti sebelum diizinkan mengikuti tawuran lagi. Memang ia masih menjadi anggota Revowl, dan mengiyakan perjanjian pada keluarganya. Tetapi setelah beberapa hari berlalu, itu sama sekali tidak menguntungkan. Kemarin saja saat ia meminta nuklir tidak dibelikan, jadi lebih baik merajuk lagi saja.
Pemuda enam belas tahun yang berbalut kaos hitam polos lengan panjang dan celana training hitam tengah bercermin memainkan rambutnya. Dandan. Elle tengah bersiap menuju ke sekolah untuk mengikuti rapat anggota Klub Jurnalistik yang memang ia ikuti.
"Ganteng!" pekik Elle lalu terkikik saat mengingat pantulan ekspresi dirinya saat memekik heboh sudah mirip dengan fanboy yang bertemu bias. "Alay banget anji*!" gumamnya lalu bersenandung tanpa lirik.
"Ting!" Elle memutar tubuhnya ke arah suara ponsel notifikasi ponselnya. Grup Jurnalistik. "Oh," gumamnya tak perduli lalu melempar ponselnya ke atas kasur. Setelah merasa sempurna, ia mengambil kamera, ponsel, dompet, serta kunci motornya--Daffa. Daffa? Nama motor biru Elle sekaligus nama salah satu sahabatnya. Tipikal sahabat laknat!
Membuka pintu dan menjajahi setiap anak tangga untuk turun ke lantai dasar. "Elle?" Elle menghentikan langkahnya di anak tangga ke empat dari bawah dan memutar tubuhnya menghadap atas. "Apa?" ucapnya ketus pada Devo yang memanggilnya. Devo terlihat menghela napasnya sebelum berjalan menghampiri sang keponakan dan merangkul pundaknya. "Mau kemana?" Kini keduanya menuruni tangga.
"Sekolah, jurnalistik." Singkat dan ketus. "Sarapan dulu, gak gue izinin kalau Lo gak sarapan." Elle menyentak tangan Devo yang masih melingkar di pundaknya dan menatap tajam pemilik lengan. Devo hanya memasang mimik bertanya sebelum Elle berdecak dan melenggang menuju meja makan. Diam-diam Devo tersenyum maklum dan menyusul Elle.
"Mau sarapan apa?" tanya Devo membuatkan susu berwarna pink untuk Elle. Elle mengedarkan pandangannya ke atas meja makan. "Roti isi cokelat," balasnya diangguki Devo. Setelah membuat roti pesanan ponakan, Devo memberikannya pada pemesan. Elle menggigit roti isinya dengan jarinya yang diangkat menunjukkan angka 3.
"Yang bener? Emang habis?" Elle mengangguk dan menelan habis rotinya. "Cepetan!" ketusnya menatap tangan Devo yang tengah mengoles cokelat pada roti tak sabar. Dan pagi itu, Elle menghabiskan empat rangkap roti isi cokelat dan segelas susu pink untuk sarapannya. Setelahnya segera ia melajukan Daffa ke sekolah
Ketika Daffa--motor Elle--dan penunggang sekaligus pemiliknya memasuki pelataran sekolah, hanya hawa dingin dan sepi yang menyapa. Hari Sabtu memang hanya sebagian orang yang mau merelakan waktu berharganya untuk datang ke sekolah mengikuti pertemuan klub mereka.
Elle menempatkan segera Daffa ke tempat strategis biasa ia parkir. Setelahnya menata rambutnya yang bahkan tidak ada yang bergeser sedikit pun lewat spion. Seketika harum vanila memenuhi area lapangan.
"Hem... masih aja Lo pakai wewangian serba vanila," ucap Ryo ketua klub jurnalistik. "Hehe... iya Bang, biar makin imut," jawabnya dengan gaya percaya diri. "Tapi kayak cewek njir!" pekiknya disusul tawa yang menggelegar. Untung parkiran sepi, coba kalau tidak. Mereka akan jadi tontonan, apalagi saat dengan tenaga penuh Elle menendang tulang kering Ryo.
"Goblo*! Sssh... gak ada akhlak lo El!" umpat Ryo mengelus sayang tulang keringnya yang nyut-nyutan. Jangan tanya seberapa bersalahnya Elle, anak itu tengah terpingkal-pingkal melebihi Ryo sebelumnya. Pembalasan itu lebih kejam!
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE Davian 👑 (CERITA NGEGANTUNG)
Fiksi RemajaCERITA TIDAK SELESAI DAN TIDAK AKAN DISELESAIKAN Pangeran sombong Pangeran keras kepala Pangeran manja Pangeran pembuat masalah Dan tentunya pangeran kesayangan semua orang Dunia Reffaelleo Prince Davian Tentang segala tingkahnya yang kadang di luar...