Pagi harinya aku tidak melihat Rena didalam kamar lalu aku bergegas ke kamar mandi mengganti baju lalu turun mencarinya.
Ternyata dia ada di ruang tengah sedang melihat barang apa saja yang aku beli kemarin sambil sesekali memegangi pinggangnya.
"Pagi sayang.. gimana suka ga?" Tanyaku
"Kamu beli sebanyak ini buat anak siapa aja?"
"Buat anak kita aja emangnya aku punya berapa istri"
"Sekalian aja tokonya kamu beli" protesnya
"Oh begitu ya udah nanti aku beli aja tokonya ya..." jawabku bercanda
"Astaga Revaaaann maksudku justru ini terlalu berlebihan...."
"Ga ada salahnya kan aku memanjakan anak sendiri..."
Kulihat wajah Rena berubah sepertinya aku salah bicara. Dan benar saja Rena menangis dan memegangi pinggangnya lagi.
"Hei aku ga bermaksud seperti itu, maaf ya sini aku pijat pinggangnya pasti kamu capek...."
"Aku mau ikut ke kantor kamu..." katanya mengagetkanku
"Serius kamu mu pergi ke kantorku? Ga capek?" Tanyaku memastikan
"Kenapa ga boleh kekantormu apa kamu ada selingkuhan ya?"
"Astagaaa bukan begitu dihatiku hanya ada kamu Renata Slevania, hanya kamu yang aku cintai... jangan berpikir macam macam yah..."
Aku memarkirkan mobil dekat lobby kantor agar tidak terlalu jauh Rena berjalan. Lalu langsung menuju ruanganku yang kebetulan ada Jodi didalam.
"Woaii bro kenapa ga bilang kalau ngajak Rena, kan bisa dinersihin dulu nih" kata Jodi
"Gpp kok santai aja aku yang mau ikut..." jawab Rena
"Oke deh aku keluar dulu, sampai nanti Ren.."
Setelah itu Jodi keluar memberi ruang untuk kami berdua. Aku menyuruh OB untuk meletakkan sofa yang lebih besar untuk Rena dudu dengan nyaman. Sedangkan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku hingga waktu menunjukkan jam makan siang. Aku masih saja sibuk dengan pekerjaan sampai lupa kalau ada Rena disini.
Rena POV
Ini pertama kalinya aku masuk ke kantor milik Revan ya setelah hampir 3 tahun menikah aku tidak pernah menginjakkan kaki ditempat kerjanya bahkan gedung inipun semua miliknya. Bahkan aku juga tidak mau tau sedikitpun tentang Revan.
Sedari tadi aku memperhatikan Revan bekerja menatap laptop dan tumbukan berkas berkas yang ada diatas mejanya. Sesekali kulihat dia memijit keningnya.
Pekerja keras sekali batinku dan aku menyesal sudah menyianyiakan pria sebaik Revan.
Revan bekerja begitu giat sampai dia lupa waktu dan aku baru tau hari ini. Selama ini yang dikerjakan hanyalah masalah pekerjaannya saja.
Aku melihat angka dijam dinding sudah lewat jam makan siang, sedangkan Revan masih saja sibuk dengan laptopnya. Saat aku mengamati dari jauh dia melihat kearahku dan tersenyum.
Tampan kataku dalam hati, entah apa yang aku rasakan didalam relung hati ini. Ingin juga aku menua dan hidup bersama selamanya.
Apakah aku sudah mulai merasakan yang namanya cinta.
Aku larut dalam pemikiranku dan terkejut saat perutku terasa sedikit sakit karena anak ini menendang dengan keras. Dan aku melihag Revan langsung datang dan setengah berlutut didepanku.
"Kamu kenapa?" Tanya revan lembut
"Geraknya jadi sedikit sakit" jawabku
"Aduuhh iya iya maaf daddy terlalu sibuk sampai lupa ini sudah siang kamu lapar ya anak daddy..." kuperhatikan Revan berbicara dengan perutku
"Kamu sibuk sekali apa setiap hari begini? Sampai lupa makan, lupa minum.." tanyaku pada pria ini
"Eee terkadang sayang hehehe..." jawabnya polos
Ya Tuhan maafkan hambamu ini dan berikanlah kesempatan untuk bersama dengan pria sangat mencintaiku melebihi cintanya pada dirinya semdiri.
Lalu Revan mengajakku keluar makan siang disalah satu restoran. Dan sesampainya disana ternyata banyak pegawainya juga sedang makan disana.
"Pak Revan silahkan kalau mau gabung..." ajak salah satu pegawainya
"Oh iya silahkan dilanjutkan, saya bersama istri saya duduk dimeja lain saja..." tolaknya sopan mungkin karena tau bahwa aku masih belum siap bertemu dengan pegawai dan teman temannya.
Setelah memesan makan dan kami pun makan bersama, aku selalu memperhatikan tingkahlakunya. Sampai akhirnya dia tersadar bahwa aku melihatnya sedari tadi.
"Kamu kenapa liatin aku terus? Aku jelek ya" peetanyaan konyol itu keluar dari mulut Revan
"Iyaaa..." aku menjawab untuk menggodanya
"Ohh kalo gitu aku pergi aja ya kamu pasti malu diliatin sama orang orang..." jawabnya serius
"Ngomong apa sih kamu Rev aku kan bercanda... bawaan bayi mau dekat kamu terus..." balasku
Aku tidak menyangka bahwa Revan juga memiliki sisi lain yaitu tidak percaya diri. Atau mungkin karena selama ini salahku juga yang tidak pernah mau berdekatan. Tapi entah kenapa aku jadi suka melihatnya dan merasa nyaman. Rasa yang sengaja aku halang-halangi untuk tumbuh.
"Eemm kita langsung pulang aja ya, aku khawatir kamu kecapean" usul Revan
"Iya gimana kamu aja, aku ikut kamu" jawabku
Revan lalu menelpon seseorang sepertinya Jodi karena dari bahasanya sangat akrab. Setelah selesai berbicara ditelpon lalu Revan tersenyum padaku dan mengajakku langsung pulang kerumah.