Part 1. Ingin Menikah?

22.4K 1.2K 32
                                    

Tayang perdana malam ini guys!
Semoga menikmati alur ceritanya.
Happy reading and happy ied


Aku lelah dengan semua pertanyaan yang mereka lontarkan, tak adakah yang mengerti jika aku tidak ingin menikah. Aku tidak mau jika memiliki suami yang cuek seperti Ayahku dulu. Yah walau sekarang sudah berubah. Tapi, tidak menjadi jaminan aku akan mendapatkan suami yang lebih baik dari Ayah. Aku adalah anak perempuan Ayah, dan aku takut jika karma itu berlaku untukku. Itulah sebabnya aku tidak mau menikah. Aku tidak mau merasakan sakit hati seperti Mama.

Aku lebih baik sendiri dari pada harus merasakan sakit, itulah kenapa aku tidak pernah mau berdekatan dengan pria, aku benar-benar tak memiliki perasaan apa pun pada seorang pria. Aku sudah memaafkan Ayahku tapi bukan berarti trauma ku akan sebuah pernikahan akan berhenti begitu saja. Aku bisa dengan jelas merasakan betapa sakitnya jadi Mama, di abaikan dan tidak di beri perhatian. Bukan hanya pada Mama tapi juga pada anak-anaknya.

Para suami mengira jika mereka telah bekerja maka tugas mereka telah selesai. Padahal ada anak dan istri yang menunggu mereka di rumah untuk sekedar bercengkrama. Tapi, apakah dulu kami mendapatkan itu? Tidak!

Butuh perjuangan panjang sampai akhirnya Ayahku sadar akan kesalahannya dan kami memaafkannya.

Tapi, untuk ku sendiri menikah bukanlah hal terpenting dalam hidupku. Karena dengan sendiri pun aku sudah sangat berbahagia.

****

Di pagi hari yang lumayan cerah sebuah ruang makan sudah tercium bau sedap makanan. Asap yang mengepul dari nasi yang baru matang dan juga sayur serta lauk pauknya. Pagi ini nampak spesial karena ulang tahun sang anak pemilik rumah.

"Mana kuenya, Mah?" tanya seorang pria berusia sekitar 50an tahun dengan pawakan tegap dan masih terlihat guratan ketampanan saat masih muda dulu.

"Sebentar, ini mau di siapkan, apa mereka sudah mau turun dari kamar?" tanya sang istri yang usianya tak jauh berbeda hanya berjarak kurang lebih 2-3 tahun.

"Sudah siapkan saja dulu, nanti aku naik ke atas."

"Yakin naik ke atas?"

"Eh, kenapa memangnya?" tanya sang suami dengan wajah tak suka. Sang istri hanya menahan tawanya lalu menunjuk bagian pinggang sang suami.

"Sembarangan kamu, aku ini masih kuat naik tangga tahu, aku kan rajin olah raga," sanggahnya. Sang istri hanya tertawa kecil lalu mengangguk mempercayai ucapan sang suami.

"Mama, Ayah," bisik anaknya yang paling kecil namun kini sudah berumur 18 tahun. Mereka pun menoleh heran.

"Tirta?"

"Cepat siapkan kuenya, Kakak sudah mau turun dari kamar."

"Dua-duanya?"

Tirta garuk-garuk pipi. "Nggak tahu sih, aku tahunya Kak Theo aja, kalau Kak Thea aku nggak tahu. Kamarnya masih tertutup."

"Gimana dong, Yah?" tanya sang Istri.

"Gimana lagi, samperin ajalah." Mereka saling minta pendapat dan sepakat untuk memberi kejutan langsung. Tirta dengan cepat mengambil kue di dalam kulkas lalu menyalakan lilinnya dan membawanya ke lantai dua di mana kedua Kakak kembarnya berada.

"Siap?" tanya Tirta memberi aba-aba, kedua orang tua itu pun mengangguk.

"Kak Theo, Kak Thea!" teriak Tirta di depan pintu yang bersebelahan itu. Tak lama gagang pintu bergerak berbarengan lalu terbuka serentak.

"Selamat ulang tahun yang ke 27!!!!" sorak mereka serempak.

Thea dan Theo sangat terkejut mendapatkan kejutan ulang tahun mereka yang ke 27. Tidak di sangka di usia yang menurut mereka sudah dewasa itu masih saja di rayakan seperti ini. Keluarganya benar-benar sangat perhatian dengan mereka.

Istri Tercuek (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang