ONESHOOT STORY [⚠]
"Happiness is a butterfly, which when pursued, is always just beyond your grasp, but which, if you will sit down quietly, may alight upon you." - Nathaniel Hawthrone
Balutan jas dengan dasi membuat dirinya menjadi pria yang paling tampan sedunia. Berlenggak-lenggok di depan cermin membuat rasa percaya dirinya meningkat drastis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sial, tampan sekali diriku." Begitulah ucapnya berkali-kali. Pria itu adalah Kim Haru, seorang psikiater muda yang tampan. Tulang dagunya yang tajam membuat dirinya terlihat berwibawa. Haru memperhatikan jarum yang berdetik pada jam tangan Rolexnya. Menunggu saat-saat dinantinya akan tiba. Sebuah kotak berukuran 5x5cm didepannya yang membuatnya sedikit gugup.
"Haru, apa kau sudah siap?" sebuah teriakan berasal dari luar ruangan membuyarkan lamunan Haru.
"Belum ma," sahut Haru. Haru kembali memperhatikan kotak kecil berwarna merah itu, tetapi seketika ujung matanya melirik sebuah box besar disudut ruangan.
Box yang berisi kenangan tentang seorang gadis yang pernah menyukainya. Gadis yang membuatnya menjadi seorang pria seperti saat ini. Haru melihat foto gadis tersebut yang tersenyum bahagia dengan hiasan kupu-kupu dikepalanya. Senyum tipis Haru terlukis diraut wajahnya, saat memandang kembali wajah gadis periang itu. Haru mengambil sebuah flashdisk yang tersimpan dalam sebuah kantong kecil di dalam box itu, memutar kembali kenangan saat Haru dan gadis itu bertemu.
------------00----------
Agustus, 2012
Hujan begitu lebat mengguyur Kota Seoul, membuat beberapa penduduk Kota Seoul Harus berteduh dan menghangatkan diri, begitu juga dengan Haru. Haru memandang kearah jendela kamarnya memperhatikan setiap manusia yang lalu lalang walaupun hujan mengguyurnya. Menikmati setiap kali suara gemuruh bermunculan. Merdu sekali! batinnya. Coklat panas ditangannya yang semula memenuhi gelasnya kini hanya tersisa setetes. Haru kembali memperhatikan tingkah warga Seoul dengan seksama, menyelaraskan langkah kaki seseorang dengan suara metronom diruangannya. Begitu fokus sampai saat ponselnya bergetar dengan hebat, tanda ada yang menelfonnya.
"Hyungnim, ada apa menelpon?" sahut Haru
"Haru-ya, apa kau yakin akan ikut bakti sosial besok? Kita akan kerumah sakit jiwa bukan ke taman kanak-kanak"
"Yak! Hyung, aku bukan anak kecil lagi, umurku sudah 18tahun. DELAPANBELAS TAHUN HYUNG." Suara Haru melantang saat menjelaskan umurnya yang bukan anak kecil lagi.
"Bukan begitu, ah.. sudahlah terserah kau saja. Jangan sampai kau telat besok, kau akan ku tinggal jika kau telat" lalu telepon putus begitu saja.
Haru memperhatikan nama yang tertera di layar ponselnya dan berakting seolah olah sedang memukul seseorang.
Jongin hyung isaekkiya! Mentang-mentang dia mengasuhku dari kecil dia masih menganggapku bocah 5 tahun. Gumam pria 18tahun itu. Haru akhirnya bangkit dari tempatnya dan mempersiapkan barang-barang untuk besok.