Thea baru saja selesai meeting dan kini tengah duduk di kantin seorang diri. Ia meminum teh hangatnya sembari memikirkan bagaimana perasaannya saat melihat saudara kembarnya menikah nanti. Selama ini bersama-sama dan nanti akan terpisah karena ia harus membangun keluarga barunya.
Tunggu, bukankah ia sendiri akan menikah? Kenapa ia tak mencoba untuk membayangkan seperti apa sosok suaminya nanti dan seperti apa pernikahannya nanti? Thea langsung mengabaikan hal itu, itu tidaklah penting baginya. Toh, menikah hanya formalitas agar sang adik dapat menikahi kekasihnya. Cinta? Thea tak percaya itu. Cintanya hanya untuk keluarganya tidak untuk orang asing.
"Mbak Thea, di panggil Pak Bos." Thea langsung bangun dan berterima kasih pada bawahannya yang sudah memberikan pesan itu. Ia kemudian langsung naik ke lantai 4 di mana ruangan Bos nya berada. Ia langsung mengetuk pintu dan masuk.
"Duduk, Thea." Thea langsung duduk dengan sopan.
"Ada apa ya, Pak?"
"Tidak ada apa-apa, saya hanya ingin berterima kasih padamu, dan memberikan sebuah bonus."
"Untuk saya? Dengan alasan apa?"
"Haduh kamu tuh memang cuek sekali ya, masa kamu tidak tahu sih kalau kamu itu jadi karyawan terbaik dan juga karena proposal buatanmu yang sangat bagus dan menarik itu proyek kita berhasil di terima!"
Thea tersenyum tipis. "Oh, ya, Pak." Bos nya melongo mendapatkan respon yang sangat biasa itu.
"Kamu nggak seneng apa gimana sih, Thea?"
"Seneng kok, Pak."
"Ekspresimu, manaaaa?" Thea langsung menarik bibirnya kanan dan kiri hingga membentuk sebuah senyum panjang. Bos hanya menarik nafas dalam.
"Ya deh, saya anggap itu sebuah ekspresi senang."
"Ya, Pak." Bosnya geleng-geleng kepala melihat karyawannya yang sangat berprestasi ini. Sayang ekspresinya nol. Bosnya ini khawatir dengan masa depannya apakah akan ada pria yang mau menikahinya? Cantik sih, badan oke, pintar juga tapi kalau cuek ya cowok mikir ulang untuk mendekati si cuek Thea.
****
Thea merasa kesal saat di tengah jalan menuju rumahnya, karena rasa penat yang membelenggu dirinya di tambah kemacetan yang tidak pernah hilang dari kota membuatnya benar-benar merasakan kekesalan luar biasa.
Ia mendengarkan siaran radio tentang berita di jalanan. Dan banyak terjadi kecelakaan dan sebagainya. Thea semakin kesal mendengar itu karena melihat kemacetan juga berisiknya suara klakson membuatnya benar-benar seperti ingin meledak. Mereka itu bodoh atau bagaimana sih, sudah tahu kondisi macet, mereka malah sibuk menekan klakson. Bukannya selesai macetnya malah menambah polusi suara karena berisik.
Saat sedang kesal itu ponselnya berdering dan saat ia lihat ternyata dari sang Mama. Ia pun mengangkatnya menggunakan headset. Agar kedua matanya terus fokus ke depan.
"Ya, Mah?"
"Di mana?"
"Di jalan."
"Kapan sampai rumah?"
"Kurang lebih 30 menit lagi."
"Yaudah kabari kalau sudah sampai ya?"
"Ya." Hubungan terputus. Sang Mama menghela nafas di rumah padahal ia sudah mencoba mengatakan hal yang akan membuat orang lain penasaran, ini kenapa anaknya cuek saja sih.
"Apa kata Thea?" tanya Indra sang suami.
"Lagi di jalan, 30 menit lagi sampai."
"Nggak nanya kenapa suruh pulang cepat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Tercuek (Tamat)
RomanceTersedia di playstore dan KBM 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Thea yang sangat mirip sifat nya dengan sang Ayah, Indra. Membuat sikapnya sangatlah cuek dan tidak peduli pada siapa pun kecuali keluarga nya. Di usianya yang ke 27 tahun, Thea tetap enggan un...