33. Mengikhlaskan

497 18 1
                                    

6 tahun kemudian....

"Mentari, Bulan...." Dua anak perempuan yang terlihat  terduduk dengan wajah masam setelah melihat kedatangan sang ayah

"Kenapa kalian cemberut seperti itu, hmm?" Sang ayah memeluk dan mencium mereka bergantian

"Kami ditinggal hanya berdua bersama mbok asih dan nenek saja dirumah, bosan..." ucap Mentari

"Kami mau menginap di rumah mama Nayla dan papa Hafiz saja" ucap Bulan

"Maaf sayang, ayah akan membuka restaurant baru diluar kota jadi Minggu ini ayah jarang menemani kalian, kan dirumah ada nenek dan kakek" jawab Abyan

"Ayah pagi tadi pergi ke Singapura by" Bu Rani datang mendekati mereka

"Ada urusan apa Bu? Mendadak sekali"

"Perusahaan kita yang dibeli Tania terancam gulung tikar, ayah bermaksud membelinya kembali dan mempertahankan perusahaan itu"

"Itu sangat beresiko Bu" protes Abyan

"Tapi ayah mempunyai keyakinan perusahaan kita akan kembali berkembang seperti dulu, mungkin ini jalan yang Allah berikan untuk mengembalikan perusahaan yang dulunya direbut Tania dengan cara licik"

"Mana mungkin Tania selemah itu Bu? Dia memiliki perusahaan besar lainnya"

"Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak nak, yang ibu dengar dia bercerai dengan suaminya, terjadi konflik internal dalam perusahaan yang menyangkut gono gini, ayah Tania menceritakan semua pada ayahmu, Tania  yang menyebabkan banyak kerugian, perceraian yang terjadi, kekerasan dalam rumah tangganya, hak asuh anak Tania pun jatuh kepada mantan suaminya membuat hancur kehidupannya.

"Mungkin itu hukuman yang pantas Tania dapatkan Bu, bahkan kurang, karena dia aku kehilangan istriku" jawab Abyan datar

"Anak-anak ayah, besok ayah janji mengantar kalian ke mama Nay dan juga papa Hafiz, tapi tidak ayah ijinkan kalian menginap, sekarang kembali ke kamar, bagaimana?" Senyum Mentari dan Bulan pun terbit, mereka memeluk ayahnya, mengucapkan terimakasih dan kembali ke kamar mereka.

"Nak, ikhlaskan kepergian Shafina tanpa menyalahkan diri sendiri atau siapapun, agar ia tenang"

"Enam tahun belum bisa menghilangkan rasa bersalah ku Bu, bahkan melihat wajah anak-anak membuat akupun merasa bersalah pada mereka, karena aku, mereka kehilangan Bundanya" terlihat wajah Abyan yang rapuh

"Ingatlah pesan terakhir Shafina, kamu masih bisa memperbaikinya, cukup menjadi ayah yang baik untuk Mentari dan Bulan" ibu pun meneteskan air mata melihat Abyan yang tetap rapuh, hanya kepada anak-anak nya ia akan tersenyum, sikapnya dingin kepada siapapun sejak kehilangan istri yang dicintainya. Rasa bersalah itu telah mengakar kuat dalam hati Abyan, sangat sulit untuk mengikhlaskannya, hari-hari ia lewati dengan kesibukannya mengembangkan restaurant yang ia miliki dan mengurus kedua buah hatinya.

****

"Papa Hafiz, mama Nayla kami datang" teriak Mentari dan Bulan saat tiba dirumah sakit tempat Hafiz dan Nayla bertugas.

"Mentari, Bulan, hati-hati jangan berlari" Abyan mengingatkan, mereka hanya menoleh dan tersenyum namun tidak menghentikan langkahnya.

Brakkkk.... Mereka jatuh bersamaan karena tangan mereka bergandengan dan menabrak tubuh seseorang.

"Maaf Nek, kami tidak sengaja" ucap Mentari setelah ia melihat barang yang dibawa wanita tua itu berserakan.

"Ahh tidak apa-apa sayang" wanita tua itupun mengambil barang yang terjatuh

"Kan sudah ayah bilang jangan berlari sayang...." Ucap Abyan pada kedua anaknya

"Maaf Bu, anak saya tidak sengaja, biar saya saja yang merapihkan" lanjut Abyan, wanita tua itupun mendongakkan kepalanya, mata mereka dibuat terbelalak, ternyata....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Untuk Shafina 💕 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang