Bab 1

120 10 36
                                    

Udara masih terasa dingin. Bahkan matahari seakan angkuh menyembunyikan dirinya di balik mendung. Embun-embun yang menempeli dedaunan seakan menambah beku sekitar. Suasana yang tampak berada di antara lengang dan mencekam.

Skyvarna masih berduka usai sepeninggal sang raja. Belum lagi pemberontakan yang muncul di sana-sini akibat kenaikan tahta dari raja baru.

Akan tetapi, ada satu yang luput dari penglihatan jalanan setapak Skyvarna. Seorang gadis bangsawan tengah menggerutu. Entah apa yang terjadi. Gadis itu terlihat risih dan tak peduli jika sampai ada anak panah yang menghampirinya.

Evellyn Windsor, putri kedua dari pasangan Duke dan Duchess of Cornwevic. Ia bersumpah akan membunuh si raja baru yang telah berani mengganggu mimpi indahnya. Evellyn merasa tertipu. Ayah dan ibunya berhasil membujuk dirinya secara paksa demi penderitaan yang tak tau sampai kapan.

Dari jendela kereta, ia mengintip diam-diam. Ada sejumlah prajurit yang mengawalnya bagai robot. Mungkin mereka takut dirinya akan kabur dari rasa jengkel ini. Ia sendiri heran dari mana ayahnya bisa mendapatkan kemewahan yang sangat banyak. Atau bisa jadi raja menyebalkan itu membelinya dengan semua ini.

"Turunkan kaki Anda, Nona." Sebuah suara menyentaknya. Menghilangkan ribuan rencana yang bersliweran di kepala mungil itu.

Evellyn mendengus. Meski begitu ia tak lantas menuruti keinginan si pelayan. Tidakkah mereka melihat dirinya kepanasan mengenakan gaun tebal berlapis-lapis ini? Indah memang, tapi tidak untuk sekarang. Kalau paham dari awal, ia akan menolak mentah-mentah menggunakannya.

"NONA!" Sejak kapan seorang bawahan berani meninggikan suaranya kepada atasan? Tidak pernah sama sekali. Kecuali, pelayan pribadi Duke of Cornwevic di depan Evellyn.

Madam Beliora menatap tegas langsung ke mata putri junjungannya. Dirinya mengerti kalau sang putri marah atas takdir yang terjadi. Ia hanya mencoba memperbaiki sikap Evellyn agar tak mempermalukan diri sendiri begitu sampai di Kerajaan Skyvarna.

Sedangkan yang dibentak hanya melongo sesaat dan membawa kakinya sesuai arahan. Geram, kesal, berapi-api masih menyelimutinya. Perlukah ia membuat gempar seisi Skyvarna?

Ia yakin hanya perlu menyajikan kekonyolan sikap di hadapan para petinggi kerajaan. Siapa tau akan menyelamatkan hidupnya dari cengkraman Raja Elleinder.

"Jangan membuat masalah, Nona. Ingatlah, hidup Cornwevic berada di tangan Anda."

Evellyn menelan kembali keputusannya. Bertahun-tahun sudah ia ingin mewujudkan itu semua. Menghancurkan Cornwevic dari dalam. Akan tetapi, terkenang wajah ibunya yang mungkin menangis kecewa dengan sikapnya, itu menyakiti hati Evellyn.

Berada di ujung jurang tanpa tepi seakan menggambarkan keadaannya. Apalagi Grissham masih terjebak di tangan si pengkhianat.

Evellyn langsung membusungkan dada. Ia merasa harus menampakkan kewibawaan agar tidak terinjak-injak oleh Skyvarna. Menurutnya, Skyvarna bagaikan topeng. Begitu elok di luar, damai di mata negeri seberang, tanpa ada yang tau topeng itu melukai pemiliknya. Bahkan bisa hancur dalam sekejap.

Raja terdahulu terkenal akan kekuasaannya. Seolah merasa berjasa untuk rakyat Skyvarna padahal mereka membencinya. Tidak sulit untuk mengetahui kebobrokan kerajaan yang sudah menjadi rahasia umum.

Raja yang terlena dengan tahta, harta, dan wanita hingga mengesampingkan kesejahteraan rakyat pinggiran. Evellyn berjanji akan menaklukan Raja Skyvarna yang baru agar bertekuk lutut di bawah kakinya.

"Kita sudah sampai, Yang Mulia." Sang kusir memberi tahu Evellyn.

Dua orang prajurit yang tadi berjaga kini membukakan pintu kereta. Setelahnya mereka menunduk, mempersilakan Evellyn untuk keluar.

The King's Surrogate WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang