17. Sebuah Rencana Dan Maaf

849 198 6
                                    

Salah satu hal di dunia ini yang paling disukai Rose dan tidak akan membuatnya bosan adalah makanan.

Banyak orang tahu itu. Johnny tahu itu, sehingga di suatu sesi latihan mereka, Johnny menyuruhnya berlari menyusuri rute tertentu, dalam waktu yang ia inginkan.

Selama beberapa saat, lari menjadi semacam permainan bagi keduanya, karena setiap kali Rose gagal, terlambat sedetik saja, Johnny akan memintanya mengulang dari awal sementara dia duduk dan sengaja memanas-manasi Rose dengan menggigit makanan favoritnya dengan suara berisik.

Cara itu terbukti manjur.

Bagi Rose, makanan bisa jadi penambah semangat yang ampuh. Hanya saja, lari dari satu wilayah kerajaan ke kerajaan lain bukanlah perkara mudah.

Mengenal baik daerah 2 kerajaan sekaligus menjadikannya harta yang berharga bagi beberapa orang, tapi setahunya, tidak ada jalan pintas apapun di sini. Tidak ada portal ajaib atau terowongan magis. Hanya ada jarak jauh yang harus ia tempuh, selagi membawa buket bunga Higanbana yang dirangkai Jaehyun.

Jaehyun.

Rose menoleh ke belakang, namun tidak ada siapapun di sana. Jaehyun tidak terlihat di manapun, begitu juga orang-orang yang seharusnya mengejarnya. Rose duga, Jaehyun sudah mengalihkan perhatian mereka, yang merupakan tindakan berani merangkap bodoh.

Jaehyun membantunya, menyediakan jalan keluar untuknya, tapi kini, Rose mengkhawatirkan harga yang harus dibayar Jaehyun demi melunasi hutangnya.

Terus berlari, Rose mengabaikan desakan untuk kembali ke ladang dan menolong Jaehyun. Dia ingin berputar balik, tapi tahu itu bukan perbuatan yang benar bila dilihat dari skala prioritas, jadi meski rasa bersalah seakan memancar dari kalung berbentuk kelopak bunga di dadanya, Rose tidak berhenti.

Berulang-ulang, seperti mantra, dia melantunkan sebaris doa, bahwa Jaehyun akan baik-baik saja一semoga.

Berulang-ulang, seperti mantra, dia melantunkan sebaris doa, bahwa Jaehyun akan baik-baik saja一semoga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saking seringnya ini terjadi, Jaehyun sudah bosan mengeluh.

Pingsan bukanlah hal yang asing baginya sampai-sampai ia hafal sensasinya; pusing, pandangan yang buram. Tapi ini pertama kalinya ia bangun dalam keadaan yang lebih dari sekedar pening, juga sakit kepala parah layaknya dipukul dengan palu Thor.

Rasa sakit itu membawa kenangan apa yang terjadi lebih cepat dari normalnya. Dia ingat Elkan. Ingat Rose berhasil pergi membawa bunga Higanbana. Panahnya hilang. Ada 3 orang pria yang mengejarnya.

Pertanyaannya, di mana dia sekarang?

Seperti biasa, Jaehyun tidak langsung membuka mata. Dari balik matanya yang tertutup, dia menganalisis keadaan melalui pendengarannya, berusaha mendengar apapun yang bisa jadi petunjuk. Tapi ia berada di lingkungan asing tanpa teman sehingga usahanya sia-sia. Jaehyun pun beralih mengandalkan matanya.

Hal pertama yang ia sadari adalah dia diikat. Tangannya menempel di punggung, disatukan oleh tali tebal yang tak memberi celah untuk melepaskan diri kecuali ... tali itu dibakar. Dia didudukkan di sebuah kursi bersandaran rendah mirip dengan kursi di toko bukunya yang di situasi ini, terasa ironis. Dan seolah ikatan di tangan saja tidak cukup, ada tali kedua yang melingkar di dada dan tali ketiga di kakinya.

Morality : A Prince's Tale ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang