kekhawatiran Vanessa

9.8K 510 7
                                    

Kegalauan yang kali ini baru Vanessa rasakan, rasanya dia ingin menangis tapi entah kenapa air mata itu tidak keluar, laki-laki yang sudah melamarnya, mengatakan bahwa dia cinta padanya, dan yang lebih parahnya sudah mengambil first kissnya, sekarang dia tidak ada kabar dan menghilang sejak 3 hari ini.

"Udah sha, jangan nangis, cowo kaya gitu mah lupain aja," ucap Deby.

"Hiks, engga mudah By..." ucap Vanessa menangis.

"Lagian ada masalah apa si itu orang, berani-beraninya PHPin lu sha," ucap Karin.

"Maksud gw tuh gini, ya walaupun dia gak bisa ketemu sama gw ya seengaknya kasih kabar lewat chat atau apa gitu, kan gw jadi berpikiran yang engga-engga hiks."

"Lu udah ke rumahnya?" Tanya Fauzan.

Vanessa menggeleng.

"Ihh oon dah, coba kerumahnya siapa tau ada sesuatu," ucap Fauzan.

"Tapi anterin," pinta Vanessa ke mereka bertiga.

"Iya-iya kita anterin," ucap Fauzan.

Vanessa galau segalau-galaunya, hari ini moodnya benar-benar turun, yang ada di pikiran Vanessa hanya Iqbaal, Iqbaal dan Iqbaal, untung saja sekarang Dosen yang mengajar kelas Vanessa izin jadi mereka bisa free hari ini.

Sepulangnya dari kampus mereka langsung pergi menuju rumah Iqbaal, masih dengan air matanya, Vanessa turun dari mobil lalu bertanya pada security yang menjaga rumah Iqbaal.

"Pak hiks, ada pak Iqbaalnya gak, hiks?" Tanya Vanessa.

"Owh pak Iqbaal, dia ada di rumah sakit sedang di rawat inap," jawabnya seketika semuanya terkejut.

"Kenapa pak, kok bisa masuk rumah sakit?" Tanya Karin.

"Kecelakaan mba, tapi saya gak tau kejadiannya seperti apa," jawabnya.

"Owh oke, makasih ya pak, ngomong² alamat rumah sakitnya di mana?" Tanya Deby.

Mereka sudah mendapat Alamat rumah sakit tempat Iqbaal di rawat. Sekarang Vanessa tidak merasa galau lagi karna galaunya berganti dengan perasaan khawatir, dia takut Iqbaal mengalami luka yang berat, dan Vanessa tidak sanggup melihat Iqbaal seperti itu.

Sesampainya di sana, Vanessa langsung menanyakan di mana kamar nomor 104 berada, setelah mendapat jawaban dari perawat yang Vanessa tanya, bergegaslah Vanessa pergi menuju lantai 3.

Ceklek

"Assalamualaikum," ucap Vanessa lalu masuk ke dalam.

"Waalaikum salam," sahut Iqbaal terkejut karna yang datang ternyata Vanessa.

"Sha, kamu," ucap Iqbaal.

"Yaampun, bapak, kenapa gak cerita?" Tanya Vanessa.

"Ya gak papa, saya gamau buat kamu khawatir," ucap Iqbaal tersenyum.

"Bapak gak ada kabar 3 hari aja udah bikin saya khawatir pak," ucap Vanessa mulai meneteskan air matanya.

"Yaampun jangan nangis, sini peluk," ucap Iqbaal lalu merentangkan tangannya, lalu Vanessa langusng memeluk Iqbaal erat.

"Maaf ya pak, kami bertiga permisi, sha kita keluar ya," ucap Deby, lalu dijawab anggukan oleh Iqbaal.

"Mama mana?" Tanya Vanessa melepas pelukannya.

"Mama dan keluarga yg lain baru aja pulang," ucap Iqbaal.

"Jadi bapak di sini sendiri?" Tanya Vanessa.

"Kan ada kamu sekarang," ucap Iqbaal sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Vanessa.

"Jangan kaya gini lagi aku gak suka, kalo ada apa-apa kasih kabar, jangan buat khawatir," ucap Vanessa agak kesal.

"Kok gak suka, ini kan kecelakaan biasa."

"Ya saya gak mau liat bapak sakit, saya gak tega."

"Bisa gitu ya haha,"

"Bisa lah, saya kan berperi kemanusiaan."

Fauzan, Deby dan karin sudah pulang duluan sementara Vanessa tetap berada di rumah sakit untuk menemani Iqbaal, Vanessa melakukan semua hal yang dia bisa dari menyuapi Iqbaal dan kegiatan lainnya.

"Jalan-jalan yuk baal, pake kursi roda," ajak Vanessa.

"Boleh, tapi ngerepotin gak?" Tanya Iqbaal.

"Ya engga dong."

Akhirnya Vanessa mengambil kursi roda di luar kamar lalu dia membantu Iqbaal untuk berdiri karna Iqbaal masih sangat lemas, saat Iqbaal sudah terduduk di kuri roda Vanessa terlebih dulu membuka pintu barulah dia mendorong kursinya dan mengajak Iqbaal ke taman rumah sakit.

"Hufhh akhirnya hirup udara segar," ucap Iqbaal lalu menoleh ke arah Vanessa yang ada di belakangnya.

"Makanya ayo bapak cepet sembuh, nanti bisa hirup udara segar setiap hari," ucap Vanessa.

"Liat kamu aja udah seger sha," ledek Iqbaal membuat Vanessa memutar bola matanya.

"Kalo saya sudah sembuh, kita akan fitting pakaian, cari gedung untuk resepsi, memilih Desai dan aksesoris untuk hiasan, pilih souvenir, cattering, saya jadi gak sabar sha," ucap Iqbaal panjang lebar tapi ternyata Vanessa tidak ada di belakang.

"Loh, Vanessa, shaa, kamu kemana."

"Im here pak, tenang aja saya gak punya jurus menghilanhkan diri, heheh," ucap Vanessa terkekeh dan dia juga membawa dua mangkuk es krim di tangannya.

"Pasti bapak rindu makan es krim."

"Kok kamu tau?" Tanya Iqbaal.

"Kan orang yang lagi masa penyembuhan di larang makan es krim," jawab Vanessa, dia duduk di kursi taman, sementara Iqbaal ada di hadapannya tapi menggunakan kursi roda.

"Aaa," Vanessa yang menyuapi Iqbaal.

"Dikit banget suapannya," ucap Iqbaal.

"Makan aja si pak, bersyukur."

"Yaudah iyaa."

Sore mereka di habiskan di taman rumah sakit, Vanessa sudah mencoba membujuk Iqbaal untuk masuk, tapi Iqbaal masih enggan kembali ke ruang rawat inapnya, mau tidak mau akhirnya Vanessa menurutinya.

~~~~~~~

Votee
Maaf klo typo
Makasih yang udah baca, vote, komen

ᴹʸ ᵈᵒˢᵉⁿ ⁱˢ ᵐʸ ʰᵘˢᵇᵃⁿᵈ {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang