Bagian satu

14 1 0
                                    

Maapkan jika ada typo

Happy Reading💙

Zara Aulia Albeth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zara Aulia Albeth

Melihatmu seperti itu, bukan membuatku mundur. Tetapi malah lebih gencar menakhlukan hatimu

_○○○_

Setelah diberi arahan-arahan oleh kakak kakak OSIS kini semua murid kelas 10 sedang berhamburan mencari anggota OSIS untuk meminta tanda tangan. Salah satunya adalah Zara. Dia sedang memandangi selembar kertas yang sudah berisi tiga tanda tangan dan masih kurang dua tanda tangan lagi.

Sebenarnya anggota OSIS di sini banyak. Tetapi karena di kelompokkan, Zara mendapat jatah lima orang anggota OSIS.

"Duh kemana lagi coba carinya?" Zara mengusap keringat yang sudah mulai bercucuran di wajahnya. Terlebih sekarang ini cuaca sedag terik teriknya.

Zara berjalan tidak tentu arah bingung mau mencari kedua anggota OSIS itu di mana lagi. Akhirnya, dia sampai di sebuah taman sepi di belakng sekolahnya. Zara mendudukkan dirinya dibawah pohon rindang dan menyenderkan badanya pada sandarn bangku.

Keratas yang tadi dibuat untuk meminta tanda tangan dibuat kipas untuk sekedar menghilangkan rasa gerahnya.

"Mingir."

Zara terperenjat kaget, hampir saja dirinya akan terlelap sampai-sampai dia menjatuhkan kertas tandatangan ditanah. Tangan Zara terulur untuk mengambil selembar kertas tetsebut. Namun, tanganya kalah cepat dengan tangan lain yang betada di depanya.

"Eh?" Zarapun bingung. Akhirnya dia berdiri dan memandang seseorang di depanya dengan heran.

Zara belum melihat wajah cowok didepanya sepenuhya katena terhalang dengan kertas yang di bawanya.

"Bolpen!"

Saat tengah asik memamdangi setengah wajahnya, Zara di buat terkejut karena kertas tersebut di turunkan dan menatap Zara datar. Dan.. laki-laki dihadapanya adalah laki-laki tampan yang menolongnya tadi!

"Emm.." Zara merasa gagu. Bingung akan melakukan apa. Mendadak saja dia menjadi seperti orang bodoh yang di beri pertanyaan susah.

"Bolpen." Ulangnya.

"Aah ya bolepn... i ini... bopen..." Zara memberikan pena dengan jatung berdegup kencang. Oh ayolah ini hanya memberikan sebuah pena bukan sebucet bunga mawar! Mengapa jantungnya tidak bisa berdetak secara normal?

"Nih." Zara menerima selembar kertas itu dan melihatnya. Seketika matanyapun melebar. Melihat rangkaian angka di kertas pojok kanan paling bawah.

Apakah ini nomor televonya?

Zara meneliti dan sesekali menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatanya. Bukan karena dia memiliki mata yang rabun tetapi angka yang tertera berukuran sangat kecil.

Dan benar ini adalah nomor televon. Terbukti dengan jumlah angka yang tertera berjumlah 12 dan berawalan dengan +62.

Lalu apa maksudnya ini?

Zara mendongakan kepala untuk bertanya apa maksudnya? Tetapi didepanya sudah tidak ada siapa siapa. Hanya ada dirinya seorang. Seorang!

"Tadi beneran manusia kan?" Zara bertanya pada dirinya sendiri. Menengok kesamping kanan dan kiri. Seketika dirinya merasa takut. Dan dia segera berlari menuju tempat yang lebih ramai.

____

"Gyus kalian dapet kan tanda tanganya Kak Rafa?" Ucap seorang cewek cantik berlesung pipi di sebelah kanan. Yang Zara kenal bernama Cintya.

Zara mengecek. "Eum.. namanya Rafaza Arnalnd nggak?"

"Nah iya lo dapet?" Tanya Cintya dengan antusias.

"Dapet."

"Aa yes kita dapet!" Ucapnya begitu senang sampai-sampai Cintya memeluk Zara. Tentu saja dirinya terkejut. Ini adalah kali pertama dirinya dipeluk oleh seseorang sesudah 10 tahun yang lalu.

Yah selama itu dirinya tidak pernah dipeluk. Sampai-sampai dirinya lupa bagaimana rasa pelukan. Yang hanya dipikiranya hanya rasa sakit dan menyembunyikan rasa sakit.

"Kok bisa sih lo dapet? Di kasih tantangan yang aneh-aneh nggak?" Tanyanya setelah menguraikan pelulanya.

"A aa? Eum engga kok nggak aneh aneh."

"Beruntung deh kelompok kita nggak bakalan dihukum."

Zara hanya tersenyum menanggapinya. Dia merasa sangat canggung. Zara adalah tipikal orang yang sangat susah untuk bersosialisasi.

"Eh tau nggak?"

Refleks saja Zara menoleh kearah Cintya. "Apa?"

"Gue masih heran deh kok bisa sih dapet tada tanganya kak Rafa? Setau gue dia tuh jarangggg banget ngasih tandatanganya, bahkan walaupun kita sampe nyembah-nyembah dia nggak mau. Dia kan tipikal orang yabg cuek bebek."

Zara menatap heran Cintya. "Segitunya?"

Cintya menampakan cengiranya. "Mungkin."

"Kok lo bisa tau?" Zara mencoba duduk lebih dekat dengan Cintya. Siapa tau saja dia bisa mengorek informasi tentang 'cowok tampanya' bukan?

Cintya nampak berpikir. "Eum... kasih tau nggak ya?" Dia melirik Zara yang nampak penasaran.

"Emm gausah deh. Coba sini liat." Bahu Zara merosot. Gagal sudah dia mengorek informasi tentang siapa namanya? Ah ya Rafa.

"Good good..." Cintya melihat lembaran milik Zara. Matanya memincing ketika matanya menangkap sederat angka.

"Apa ini?" Cintya melihatkan kepada Zara, mencoba untuk menanyakanya.

Zarapun terkejut dirinya lupa menyobek bagian kertas yang berisi angka. Dengan cepat dirinya merebut kertas itu saat Cintya akan melihatnya kembali.

"O oh bu bukan apa apa kok." Langsung saja Zara menyobek bagian kertas itu.

Mata Cintya memincing kembali menatap penuh selidik Zara. "Bener kok bukan apa-apa. Tadi gue cuma gabut terus nulis-nulis gitu." Jawabnya mencoba meyakinkan.

"Hahaha santai aja kali gausah gugup gitu. Lucu banget muka lo."

Zara tertawa kikuk mendengarnya. Sampai dia berucap. "Emm Cin?"

"Iya?"

"Gue boleh jadi temen lo?" Zara memberanikan diri mengucapakn itu. Dia harus merubah hidupnya. Walau tidak semuanya setidaknya untuk disekolah.

"Tentu dong. Teman sekarang kita teman.." Cintya merangkul bahu Zara dan tertawa.

Zara tersenyum menanggapinya. Kali ini bukan senyum terpaksa melainkan senyum asli kebahagiaanya. Zara berharap Cintya bisa menjadi temanya mulai saat ini.

_○○○_

Terimakasih telah membaca Zarafa

Jangan lupa untuk vote dan komen💕

Follow

_ndafia

Ig: @nndokt._

Stay healty teman teman❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang