✨ Happy Reading ✨
Dunia selalu berpaling ketika manusia berusaha mengejarnya. Tapi Allah tidak pernah berpaling walaupun hamba-Nya sering kali mengabaikan-Nya. Terlalu fokus mengejar kebahagiaan di dunia adalah pilihan salah, tanpa bisa mengimbangi dengan akhirat. Ingatkan, manusia tak selamanya hidup di dunia. Akhirat lah tempat yang kekal abadi.Anggap saja ketika hendak pergi berpiknik ke tempat indah, seseorang pasti membutuhkan persiapan. Sama dengan ingin pergi menuju surga yang indah, manusia pun perlu menyiapkan segala persiapan yaitu iman, dan amal.
Jika melakukan traveling ke tempat indah saja membutuhkan bayaran untuk menebus tiketnya, begitu pun ingin pergi ke surga manusia memerlukan tiket masuk ke dalamnya. Tapi, bagian tersebut entah mengapa sering kali di lupakan. Kebanyakan memilih mempersiapkan diri pergi ke tempat yang sebetulnya hanya bisa di nikmati sesaat.
Kanya menangis sesenggukan di mushola sekolahan. Usai melaksanakan salat dhuhur, gadis itu belum beranjak meninggalkan tempatnya. Seharusnya dua anak manusia itu tak perlu menyimpan luka berat, beban di pundak mereka tak seharusnya mereka rasakan di usia yang sebetulnya masih belia.
Ceroboh jika Kanya langsung mengutarakan keinginannya mendekati Kenzi. Sebab ia pun sejujurnya terluka, terluka tanpa Kenzi ketahui. Jarum jam dinding mushola menunjukkan pukul setengah satu, Kanya pun melepaskan mukenanya, beranjak pergi dari sana sebelum bel masuk.
Drtt.
Ibu
Anya, sudah di minum obatnya?
Potongan pesan di layar notifikasi ponsel Kanya terpampang jelas ibunya sedang mencemaskan gadis itu. Kanya memasukan ponselnya ke dalam saku baju. Lama-lama membosankan berurusan dengan yang namanya obat hidup bergantung pada resep dokter sungguh memuakkan.
“Kanya...” langkah gadis itu terhenti hendak menaiki anak tangga, ia menoleh ke belakang menemukan keberadaan Dimas di sana.
Dimas berlari menghampiri, ia tersenyum tipis. “Bisa kita bicara berdua? Kalau lo mau mengenal Kenzi, lo harus tau dulu dia gimana.” baru ingin pasrah, laki-laki itu memberi peluang untuknya.
Kanya mengangguk pasrah, mereka pergi menuju lapangan indoor. Kanya menjaga jarak selagi mereka duduk di sana. Dimas pun menyadari sikap Kanya memberi pembatas di antara mereka berdua.
“Boleh gue tau dulu sebelumnya apa tujuan Lo mau dekat dengan Ken?” tanya Dimas penasaran.
“Itu---maaf, aku nggak bisa kasih kamu tau alasannya.” balas Kanya gugup.
“Kenzi tinggal di rumah gue sekarang,”
Kanya mengerutkan keningnya, “Maksud kamu dia nggak punya rumah?”
“Ayahnya yang menjadi penyebab dia pergi...” Dimas pun menjelaskan panjang lebar tentang Kenzi yang malam itu ia dengar dari mulut Kenzi sendiri.
••••••
Materi Matematika yang di bawakan Bu Endang di depan sana sangat membosankan. Memperhitungkan penyelesaian angka yang tidak ada habis-habisnya. Tidak ada materi yang tersangkut di otak Kenzi selain benang kusut mengenai masalah-masalah hidupnya.Sepulang nanti, Kenzi harus segera mencari tempat tinggal untuknya. Akan merepotkan jika ia mendiami rumah Dimas berhari-hari, ia akan melakukan kerja part time di salah satu kafe milik orang tua Dimas, penghasilan dari sana sedikit bisa membiayai hidupnya juga uang bulanan sekolah yang harus ia bayarkan secepatnya sebelum ujian nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Aku Salah?
EspiritualKesalahan, siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan di dunia ini? Orang suci sekalipun pasti pernah melakukan kesalahan. Kehilangan, kalian tau bagaimana rasanya di tinggalkan? Berjumpa pada sebuah perpisahan yang tak pernah berujung pertemuan l...