SEE ME – 8
Satu tangan Beomgyu masih memegangi Yeonjun yang terkulai di punggungnya, mengeratkan pegangannya, makin panik tiap tak mendapat respon apa-apa lagi dari lelaki itu. Di sana sunyi senyap, hanya ada gema tangis Beomgyu yang sesenggukan. "Hyung? Ayolah berbicara lagi! Mengapa kau diam saja?! Kau membuatku takut!"
Kepala Yeonjun memang sudah bersandar di pundaknya tak berdaya, sementara Beomgyu makin memacu langkah menggila. Pemuda itu sudah berlari hanya ke satu arah namun rasanya seperti berkeliling saja, tak ada perubahan, tak ada petunjuk. Hanya pepohonan tinggi dan langit gelap makin mencekam. Belum lagi akar rambat dan ranting di tanah yang kerap membuatnya hampir tersandung dan berguling. Ia berusaha mempertahankan kekuatan kedua tungkainya, tak akan membiarkan mereka berdua jatuh demi menyelamatkan Yeonjun.
"Yeonjun Hyung! Jawab aku!"
Padahal selama tadi Yeonjun masih terus merespon, minimal sebuah dehaman, persis seperti yang dipesankan Soobin. Yeonjun telah berusaha sangat jauh untuk membuat dirinya sendiri terjaga dan tidak tertidur. Tapi di sana, menahan kedua mata untuk tetap terbuka meski hanya untuk sebentar lagi rasanya mustahil.
"Beom ..."
"Iya, Hyung! Tetaplah bersuara! Jangan terdiam! Tetap buka matamu!" Beomgyu membuka mata lebih lebar kala melihat bebatuan familiar, menepis embun air mata yang menghalang penglihatannya. "Hyung! Aku rasa aku dapat jejaknya! Ini jejak bebatuan yang membawa kita tadi!" Beberapa saat melompat girang, Beomgyu berlari makin kencang, meyebabkan guncangan dahsyat pada diri tubuh yang di gendong. Darah mencuat kemana-mana.
Yeonjun terbatuk-batuk begitu parah untuk kesekian kalinya saat Beomgyu baru mencapai bagian luar hutan.
"Kita berhasil!" seru Beomgyu. Perasaan harap yang tak berlangsung lama karena ia sontak terdiam saat mendapat suguhan jalanan aspal sunyi sepi disana. Tak satu pun kendaraan lewat ataupun bangunan tempat tinggal manusia. Beomgyu memicing, mendapati deretan pemukiman di kejauhan yang menurutnya berjarak puluhan kilo dari tempatnya kini. Lantas menjerit histeris, "TOLONG! SIAPAPUN! KUMOHON! TEMANKU SEKARAT! TOLONG KAMI ...."
Tidak ada sahutan ataupun tanda-tanda kehidupan. Yeonjun yang menyadari itu di tengah kesakitannya pun menarik senyum kecil, bergumam pelan, "Beomgyu-ya..."
Beomgyu menggeleng seraya jatuh berlutut, dengan hati-hati ia turunkan tubuh Yeonjun dari punggung dan menaruhnya di pangkuan. Mendekapnya erat, ia menangis makin hebat, "Bagaimana ini, Hyung? Tak ada yang lewat. Bagaimana kalau aku tidak bisa menyelamatkanmu!" adunya begitu ketakutan. Beomgyu bukanlah Soobin yang biasa menguatkan, Beomgyu bukanlah Taehyun yang bisa bersikap berani dan optimis. Dirinya masihlah anak polos yang hanya akan menangis dan merengek setiap kali merasa takut. Ia sudah terlalu bergantung kepada semua temannya selama ini, terutama Yeonjun.
"YEONJUN HYUNG! TETAP BUKA MATAMU!" Kalau boleh jujur, Beomgyu memang tidak pernah membayangkan kejadian demikian menimpanya. Rasanya seperti berada dalam adegan film sad ending yang sering ia tonton. Saat seorang sedang menjerit tak berarti, dan seorang yang sekarat mulai mengucap pesan-pesan terakhir dan ungkapan rasa sayang.
Beomgyu menggeleng. Ia benci saat momennya bersama Yeonjun mendadak tereka ulang.
"Beomgyu-ya, jangan lupakan makan, uh? Letakkan ponsel. Bermainnya bisa nanti saja!"
"Kau ini! Bisa tidak sesekali bangun lebih cepat, datang terlambat itu bukan hal bagus."
"Kau kedinginan? Pakai jaketku!"
Namun, berbeda dengan adegan di film, Beomgyu tak ada lagi pesan terakhir atau ungkapan apapun.
Yeonjun telah menutup rapat matanya dan tak bergerak sama sekali. Darah terus merembes dari lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN'T YOU SEE ME? | txt ✔
Fanfiction[Collaboration Project with Park Cath] Nenek Soobin bilang: persahabatan itu harus abadi. Bermodalkan tekad dan buku mantra beliau, Soobin dan keempat sahabatnya pergi ke Ilsan untuk mendatangi hutan sunyi yang dapat mengambulkan permohonan. Namun...