Abyan marah. Dia merasa tidak diberitahu, dan malam itu juga dia langsung pulang. Aku malah yang khawatir dengannya. Dalam posisi lelah, khawatir dan mengusahakan bisa mendapatkan penerbangan ke sini. Sungguh, aku sebenarnya tidak ingin membuat Abyan seperti itu. Akhirnya memang dia sampai di sini, setelah berbicara sebentar dengan Angga, dia menemuiku. Tapi aku bisa melihat wajahnya benar-benar menyimpan kekesalan. Aku sendiri merasa tidak nyaman. Meski dia langsung memelukku dan juga menciumku, mengatakan dia sangat khawatir dan sangat merindukanku. Aku masih belum bisa menerima perubahan suasana hatinya itu. Setelah itu dia sibuk menelepon siapapun, aku yakin dia sedang mengusut siapa orang yang mencoba mencelakaiku. Aku tahu dia menjagaku, tapi sebenarnya aku hanya ingin di peluknya, ingin di lindungi tangannya yang hangat itu saat memelukku. Bukan di abaikan lagi dengan semua tetek bengek tentang siapa yang harus di salahkan. Aku kadang lelah dengan sikap Abyan yang memang selalu saja ingin semuanya selesai dengan baik. Aku ingin Abyan menjadi orang yang biasa saja. Tidak semua kemudahan yang bisa di dapatkannya membuat aku nyaman.
"Sayang, kenapa masih belum tidur? Kamu harus banyak istirahat."
Abyan mengusap keningku saat malam ini, masih di kamar perawatan aku belum memejamkan mata. Abyan sejak tadi juga masih sibuk dengan telepon, laptop di atas meja di depan sofa yang ada di ruangan ini juga terus menyala. Dia mengatakan kalau pekerjaannya masih terus harus dia pantau, menghubungi ini itu. Sungguh, aku padahal ingin di peluknya saja. Tidak peduli siapa yang mencelakaiku. Aku hanya ingin suamiku.
"Abang juga belum tidur?"
Abyan mengernyitkan kening saat mendengar pertanyaanku. Dia menyugar rambutnya yang hitam tebal itu. Lalu menghela nafas. Kini dia duduk di tepi kasur.
"Aku harus menyelesaikan semuanya, mengusut semua. Siapa yang berani mencelakaimu dan..."
"Bang.."
Aku menyentuh lengannya yang membuat dia kini berhenti bicara. Dia menatapku lekat.
"Aku hanya ingin Abang, tidur di sampingku. Memelukku erat. Nggak usah peduli hal lain. Toh sudah ada yang mengurusnya kan Bang?"
"Tapi.."
Abyan akan menjawab tapi aku langsung menggelengkan kepala.
"Malam ini Bang, aku kangen."
Abyan menatap laptopnya yang masih menyala. lalu kemudian beranjak meninggalkanku. Memberesi semuanya, dan kemudian kembali kepadaku. Dia masih tampak ragu-ragu, tapi kemudian akhirnya naik ke atas kasur. Melingkarkan tangannya di perutku, lalu menyurukkan wajahnya di tengkukku. Membuat aku sedikit geli dengan hembusan nafasnya yang hangat itu.
"Aku juga kangen sama kamu," gumamnya pelan di telingaku. Kupejamkan mata dan merasa tenang. Aku hanya butuh ini. Lalu rasa kantuk mulai menderaku.
******
GRUP WEKA-WEKA
Hafidz : Cantik banget uluh uluh... istrinya siapa sih ini
Burhanudin ; Husst istrinya orang lu kagumin, ayo alihin tu mata
Roni Rahardian ; MasyaAllah
Miko : Cantik memang
Jono : Jono ikutan memandangmu ya
Angga : Kalian tolong jagain Mom ya, aku ama Papa lagi ngusut ini ke kantor polisi
Hafidz : Siap Pak, kita di sini jagain Bu bos, belum bangun kok dari tadi
Mr. Aby : Biarkan saja, ya. Biru semalam tidak bisa tidur. Kasihan.
Miko : Iya Pak, kita nggak akan berisik
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH RASA DUREN
RomanceAku Ayu Biru Haqiqi. Selalu mengimpikan mempunyai suami seorang pria muda, tampan dan berwibawa. Seperti Bosku di perusahaan tempat aku bekerja. Selama 1 tahun aku sudah memimpikan saat aku bisa memikat hatinya. Dan memang gayung bersambut, aku tiba...