Jungkook bergegas menuju kamar tempat Syifa tinggal. Ditangannya sudah ada ponsel dan juga passport milik Syifa. Dia yakin, sekarang memang saat yang tepat untuk mengatakan semua kebenarannya. Dia tak peduli meski pada akhirnya Syifa mungkin saja akan membencinya.
Tangannya menekan tombol bel dengan gemetar. Entah kenapa dia merasa sangat gugup meskipun dia sudah mengatakan jika dia tidak mencintai Syifa--setidaknya dia perlu membuktikan ucapannya itu.
Beberapa saat dia menunggu, Syifa tetap saja tak membukakan pintu. Ini sungguh jarang terjadi karena selama ini, Syifa akan dengan cepat membukakan pintu.
Jungkook mulai menghubungi nomor Syifa, namun tetap saja nomornya tak aktif.
"Permisi." Jungkook menghentikan salah satu pegawai di hotel tersebut. "Apa-"
"Dia memberikan kuncinya tadi pagi," jelas pegawai itu--seolah tahu apa yang akan Jungkook tanyakan. "Selebihnya aku tak tahu."
"Baiklah, terimakasih."
Jungkook meremas kunci kamar Syifa lalu memutuskan untuk pergi. Dia perlu mencari tahu soal rekaman CCTV kapan Syifa meninggalkan hotel itu.
Bagaimana jika seseorang melukai Syifa?
Syifa terduduk sambil memandang ponselnya yang sedari tadi belum dia nyalakan. Dia masih ragu untuk menyalakannya sebab dia yakin sudah ada puluhan panggilan tak terjawab dari Jungkook.
"Apa Aera salah dengan pergi tiba-tiba?" gumamnya yang kemudian meraih ponselnya. "Ah enggak, entar Kookie pasti nanyain Aera ada dimana."
Aksa hanya tersenyum melihat Syifa duduk di depan kamarnya sambil melamun. "Lamunin apa sih?"
Syifa langsung menoleh kemudian menggeleng. Dia juga melipat kedua kakinya yang sedari tadi menggantung. "Cuman ngelamun aja."
"Aku bawain makanan. Di sini tuh sebenernya deket banget sama minimarket yang jual makanan Indonesia. Meskipun rasanya jauh beda," jelas Aksa yang kemudian meletakan beberapa bungkus makanan ringan diantara mereka. "Gak usah sungkan, kita satu tanah air."
Syifa hanya tersenyum lalu meraih salah satu makanan ringan itu. Dia beruntung bisa bertemu dengan Aksa di saat semua hal yang ada di sekitarnya hanya membuatnya bingung.
Seketika nama Jungkook kembali terbesit dalam benaknya. Dia bertanya-tanya apakah pria itu kini tengah mencarinya? atau pria itu justru tak tahu jika saat ini dia sudah pergi dari kamar hotelnya?
Cukup tak sopan memang, pergi tanpa pamit apalagi setelah Jungkook menjaganya selama ini. Tapi dia tak punya pilihan lain selain pergi begitu saja karena dia yakin, jika dia pamit terlebih dahulu, Jungkook tak akan pernah mengizinkannya untuk pergi.
Syifa berkedip saat tiba-tiba saja Aksa menepuk tangannya tepat di hadapan wajah Syifa.
"Eh, kenapa bengong lagi?" tanya Aksa yang kemudian membuat Syifa menggeleng.
Aksa terus menatap Syifa hingga membuat gadis itu bingung. "Kamu gak kesasar, 'kan?"
Syifa mengulum bibirnya saat terkaan Aksa benar-benar tepat. Dia memang bingung harus pergi kemana. Apalagi karena dia tak mengingat apapun sekarang.
Beberapa memori yang selalu muncul di pikirannya saat ini hanyalah Jungkook, dan dia tak paham kenapa itu terjadi sekarang.
Aera harus belajar. Belajar lupain Kookie, belajar gak nyimpen perasaan ke Kookie.
Jungkook tampak murung. Kepergian Syifa sepertinya benar-benar berpengaruh besar pada moodnya hari ini. Dia masih berpikir kemana Syifa bisa pergi saat dia bahkan tak mengingat apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts✔️
Fanfiction"Aku sadar, perasaanku hanya sebatas goresan pena di atas kertas yang telah usang."