Hari demi hari berlalu. Tanpa sadar perasaan yang tertanam di hati Yunseong, semakin tumbuh dan berkembang. Semenjak bertemu di rooftop beberapa bulan yang lalu, Yunseong dan Minhee menjadi semakin akrab. Dan hal itu ikut menyuburkan perasaan sukanya pada Kang Minhee.
Minhee tidak main-main saat mengatakan ia ingin meminta bantuan Yunseong untuk mengajarinya pelajaran IPS. Dari mulai sejarah yang menjadi kelemahan Minhee, sampai ilmu perekonomian yang ia lumayan ahli karena suka pelajaran hitung-hitungan.
Mereka akan menghabiskan waktu istirahat dengan belajar sambil menyantap makan siang.
Dan hari ini, untuk kesekian kalinya Yunseong tidak membawa bekal. Lelaki itu hanya membawa sepotong roti coklat dan jus apel kaleng yang dibelinya di kantin.
"Kak Yunseong kebiasaan deh cuma bawa roti. Emangnya nggak laper apa makan roti doang?" omel Minhee—yang sebenarnya terlihat imut dan mempesona di mata Yunseong.
"Saya udah biasa, Hee."
Minhee mencebik. Ia menusuk sepotong nugget di kotak bekalnya, lalu mengulurkan ke arah Yunseong.
"Kita makan bareng. Mumpung aku dibawain banyak bekalnya sama Mama."
"Eh nggak usah, Hee. Saya nggak apa-apa kok," Yunseong menolak.
Tapi Minhee terus bersikukuh. Ia semakin menyodorkan potongan nuggetnya tadi ke arah Yunseong. "Nggak boleh nolak."
Jika sudah begitu, Yunseong mana bisa tidak menuruti Minhee. Jadi diraihnya garpu dari tangan Minhee lalu melahap nugget tersebut.
Melihat paksaannya berhasil membuat kedua sudut bibir Minhee terkembang. "Nah gitu dong. Enak kan, Kak?"
Yunseong hanya mengangguk menanggapinya.
"Oh ya, ngomong-ngomong, tadi Bu Sojin habis ngebagiin ulangan sejarah minggu lalu di kelas. Coba tebak aku dapat berapa ulangannya!" celetuk Minhee.
Dahi Yunseong mengernyit, mencoba berpikir. "Seratus?" tebaknya.
"Salah!" sahut Minhee. "Ketinggian itu."
"Berapa emangnya?"
Minhee mengulum senyumnya. Ia meletakkan kotak bekalnya di depannya lalu merogoh saku jas sekolahnya. Di keluarkannya selembar kertas yang ia lipat menjadi empat bagian kecil, kemudian membuka lipatannya sebelum menyerahkannya ke Yunseong.
"Sembilan puluh?" tanya Yunseong begitu melihat angka yang tertera.
"Iya. Hebat kan?" balas Minhee antusias. Ia kembali memasukkan kertas ulangannya ke dalam saku jas. "Untung aja aku belajar sama Kak Yunseong. Kalau enggak, mungkin aku cuma dapat enam puluh."
Melihat Minhee yang tersenyum senang, membuat hati Yunseong menghangat. Ia ikut bahagia. Terlebih dirinya turut menjadi penyebab kebahagiaan Minhee—meski secara tidak langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
APPLE | hwangmini
FanfictionSaat seorang Hwang Yunseong dipertemukan kembali dengan cinta pertamanya, Kang Minhee. - ⚠️ WARNING!! BXB - 0820