Aku duduk ditaman ini sembari memandingi ponselku. Pukul 15.33 WIB. Ponsel case hitam milikku itu menunjukkan pesan masuk. Aku membukanya cepat-cepat. Kukira itu dari teman dekatku, tapi memang dari teman dekatku, tapi yang membalas bukan orangnya, melainkan dia.
Kuhempuskan napas lelah.
Taman ditempatku yang kuinjaki sekarang ini tiba-tiba hening. Aku menengok ke sekitar. Hari sudah sore pantas saja. Adzan Ashar akan berkumandang sebentar lagi, orang-orang memilih pulang dan bersiap untuk salat Ashar.
Sekali lagi aku melirik jam diponselku.
Pesan dari dia yang terletak dibagian atas chat WhatsApp-ku.
Hey Dya
Sedikit lama kumemandangi pesan itu, baru kubalas dengan sedikit tenang. Padahal aku tengah mengambil oksigen dalam-dalam. Pesan itu membuat pasokkan udara disekitar taman hilang seketika.
Ya? HaiJantungku berpacu dengan sesaknya napas dalam jiwaku ini. Pesan itu bahkan bisa meruntuhkan dinding pertahanan yang akhir-akhir ini aku buat. Cuma sekejap dia dapat meruntuhkan pertahananku.
Wahh keluar kata-katanya
Balasan selanjutnya itu membuatku menyeringit keheranan. Setelah kulihat lagi, aku ternyata kelepasan. Isi pesan sebelumnya dibaris atas berisi umpatan untuk temanku itu yang terlalu lama membalas pesanku.
Kuketik lagi dengan balasan seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.
Kata-kata apa? Aku ngetik kokOuh iya
Kenapa? Oh lupa mohon maaf lahir dan batin ya
Too^_^
Hanya kupandangi pesan itu.
Aku duduk bersandar didekat pohon taman. Entah apa yang kupikirkan, air mataku lolos. Aku mencoba menarik napas dalam-dalam.
"Iya, aku nggak bakal bisa milikin kamu."
Tangisanku pecah. Untung saja taman ini kosong jadi tidak ada yang melihatku menangis pilu seorang diri.
"Aku bakal ikutin mau kamu. Aku bakal fokus sama mimpiku dulu. Tapi bisa tidak, kamu jangan lari dariku?" Aku kembali menangis sejadi-jadinya.
Katakan aku gila yang berbicara seorang diri. Sendiri. Atau aku dengan diriku. Sungguh, aku merasa kesepian. Dia yang membantuku keluar dari masalah putus asa. Tapi dia pula yang memupuskan harapan yang kubuat dulu.
Aku membuka kembali pesan itu.
Gimana kabar kamu, baik?
Kuhapus air mataku. Kukuatkan diriku agar kembali tenang.
"Aku kembali insecure." aku tertawa mengatakan itu. Tapi dalam hatiku, aku memandang kosong hamparan semak-semak dan bunga-bunga liar taman. Pikiranku tidak sesuai dengan arah pandangku.
Ponselku bergetar.
Balasan dari dia.
Baik. Kamu?
Aku merasa lega karena dia masih baik-baik saja.
Alhamdulillah masih hidup
Bagus
Sedikit lama kumemandangi pesan itu. Aku menguatkan hati. Mengetik sesuati yang pernah membuatku semangat. Yaitu kata yang paling aku suka. Terima kasih.
Terima kasih
Thank you again
Aku menatap kata 'Thank you again' itu. Sungguh aku tidak tau maksudnya. Tapi itu membuatku kembali menangis.
Jujur, aku masih menyukainya, dan masih mengharapkan kehadirannya.
Terima kasih untuk semuanya. Aku sangat berterima kasih padanya.
Aku bersungguh-sungguh.
Terima kasih.
Thank you again.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Again
Short StoryAku bersungguh-sungguh. Terima kasih. Thank you again. [1/1] Copyright 2020 @amelianadd