Hancur
Hati Seungmin serasa hancur.
Ia..... dikhianati oleh kekasihnya sendiri. Karena ia terlalu bodoh untuk mengetahui segala kepicikan yang kekasihnya lakukan.
Ia kehilangan semuanya.
Rasa kasih sayang dan cinta dari keluarga, dan juga dari kekasihnya. Kepercayaan yang telah seperempat dekade ini ia taruh pada sang kekasih pun telah hilang. Sekarang...
Hanya tinggal sedikit harta dan raganya sendiri. Bersama stress dan kegilaan yang mulai berdatangan. Menjadikan tempat hiburan malam sebagai pelampiasan dan juga tempat bersandar. Walau sebenarnya ia tau, jika itu tak akan berguna.
"Tolong Bloody Mary satu" tubuhnya mendekat ke arah bartender. Ia memesan vodka dengan nada lirih dan seraknya.
Seungmin menangis.... lagi.
Sang bartender hanya mendengus melihat kondisi orang yang akhir-akhir ini menjadi pelanggan tetap Bloody Mary ataupun Martini di bar ternama ini. Sungguh menyedihkan.
"Kemarin kau sudah kesini, dengan pesanan yang sama pula. Apa kau tak takut mati atau bagaimana?" Seungmin menanggapi sang bartender dengan senyuman miris. Jika pun ia mati.....tak apa kan?
"Aku tak peduli"
"Cih" bartender itu menyerahkan segelas Bloody Mary kualitas terbaik di bar itu.
"Haha bahkan kau tetap memberi pesanan ku Jisung-ssi " decakan sebal Seungmin terima. Buatnya terkekeh di sela-sela ia meminum minumannya.
"Aku masih ingin bekerja, jika kau mau tau" ucapnya santai sembari melayani beberapa pelanggan lainnya. Ingat, bukan hanya Seungmin yang menjadi pelanggan nya. Namun yang lainnya juga.
"Jisung-ssi -"
"Sudah tiga puluh kali, aku memberi tau mu untuk kangan panggil aku seperti itu, dasar bodoh" Seungmin terkekeh dengan muka merah padamnya. Ia sudah terbawa alkohol ternyata.
"Eum, maaf Jisung. Aku-"
"Hoi, aku meminta waktu istirahat ku" Jisung sengaja memotong perkataan Seungmin hanya untuk meminta waktu istirahat nya yang belum sempat ia gunakan tadi.
Tangan nya menyeret tangan Seungmin ke suatu tempat. Tak terlalu dekat dengan lantai dansa, namun nyaman untuk bercengkrama.
"Duduk"
Perintahnya dengan nada rendah yang hampir tak terdengar. Seungmin menurut dan duduk diseberang Jisung duduk. Namun tindakan itu membuat Jisung kesal secara spontan.
"Duduk di sampingku" dengan langkah linglung, Seungmin berjalan ke arah Jisung. Namun saat melewati depan Jisung -menuju space sebelah sang bartender- pinggangnya malah ditarik ke samping. Membuat Seungmin jatuh ke pangkuan yang lebih tua beberapa hari darinya.
"Eung, aku bisa duduk sendiri. Kesadaran ku masih ada eum" saat hendak beranjak, Jisung malah meremat pinggul Seungmin yang membuat sang empu melenguh. Antara efek alkohol dan rasa geli yang menjalar.
"Tetap. Duduk. Disini. Ini. Perintah"
Dengan terpaksa namun juga ikhlas, Seungmin dudukan dirinya pada paha Jisung. Dengan posisi menyamping, tidak menghadap langsung ke si pemangku.
"Aku tau....kau pasti akan cerita tentang si Hwang brengsek Hyunjin itu lagi"
Seungmin terkikik kecil. Lucu......menurut Jisung. "Kkk sampai sudah hapal ya, heum"
"Hhhh ya begitulah. Sampai telingaku panas, berkali-kali mendengar kebrengsekan orang bernama Hyunjin itu"
"Hihihi, tapi walau begitu, dia pernah membuatku bahagia"
"Cih, omong kosong"
Jisung memalingkan muka kesalnya. Namun yang menjadi perhatian Seungmin bukan itu, tapi tangan Jisung yang malah melingkar di pinggulnya. Membuatnya tersenyum tipis. Karena....
....masih ada yang mau memperdulikannya.
Seungmin menunduk, tangan nya ia gunakan untuk melingkari leher Jisung, dan posisi duduknya yang berubah. Ia berkaca-kaca, buat Jisung yang posisinya lebih rendah dari Seungmin, dapat melihat mata bening itu berkaca siap keluarkan segala keluh kesahnya.
"Hyunjin.....dia yang membunuh kedua orang tua ku"
Jisung berjengit kaget. Ia tak percaya, karena selain bejat, brengsek, dan mesum. Ternyata Hwang brengsek Hyunjin yang sempat Seungmin bangga banggakan itu, ternyata adalah seorang pembunuh. Pembunuh orang terpenting yang Seungmin miliki.
Jisung hendak membuka suara. Tapi jari telunjuk Seungmin menghentikan pergerakan bibirnya. Yang dipangku segera melambaikan tangan kepada pelayan yang kebetulan lewat. Untuk memesan minuman yang sama dengan yang ia pesan tadi, dengan kadar alkohol yang tinggi.
"Bodoh. Kenapa kau malah pesan lagi sih?! Selesaikan curhatan mu, cepat. Waktu ku tidak banyak"
"Hihi, eung aku ingin mabuk dulu Sung-ah" Seungmin miringkan kepalanya dan beri Jisung senyuman kecil. Oh bukan senyuman, itu lebih ke seringaian.
"Kalau kau mabuk, cerita mu tidak akan berlanjut Kim Seungmin"
"Euh tidak juga sih. Hehe, kata orang-orang, kalau kita mabuk dan bercerita pada orang lain, eung, cerita itu pasti lebih lancar dan akurat hihi"
Jisung mengiyakan dalam hati. Memang benar begitu sih.
"Silahkan, minuman mu" pelayan itu mulai pergi.
Namun sebelum benar-benar pergi, pelayan itu menengok ke Jisung dan membisikan sesuatu, seperti;
"Psst psst, hei Han. Waktu mu tinggal 15 menit lagi" dibalas anggukan paham oleh Jisung.
Seungmin meneguk minumannya lagi, membuat seluruh muka nya menjadi merah padam. Dan secara spontan menceritakan keluh kesah nya kepada Jisung dengan sangat lancar.
Memang benar ternyata, orang mabuk itu bicara nya melantur tapi akurat. Seperti Seungmin saat ini, bicaranya sangat melantur dan Jisung agak sulit memahami. Namun sang bartender yakin, kalau itu semua adalah kejujuran yang menyakitkan. Hingga Seungmin menangis dan tertawa miris disela ceritanya.
"Haha, aku yang sebatang kara seperti ini, rasanya sebentar lagi akan menjadi gila" ujar Seungmin dengan tangis dan tawa.
"Cari lah pasangan lagi, agar kau tidak menjadi gila haha" candaan Jisung itu buat Seungmin merengut. Tetapi langsung terganti dengan senyum lebar.
"Aku tidak mau"
"Kenap-"
"Karena............."
".......aku tertarik pada mu, hihihi"
End.
(a/n)
Halo?
Double up?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dolce Vita
Fanfiction(dolce vita). "kita semua sayang kamu kok Seungmin. tanpa terkecuali" bxb! Seungmin ! centric Seungmin x skz memb imagine! if u don't like it, just go far away!