Terima Kasih

17 2 2
                                    

Malam itu biasa saja,
Bahkan aku hanya bermain sosial media tanpa melakukan apa-apa.
Dari Whatsapp, ke Instagram, membuka Twitter, Instagram lagi, dan selalu diakhiri dengan membuka Tiktok sampai kehabisan daya.
Tidak produktif sama sekali.

Saat ku buka Instagram, aku tak sengaja melihat video yang isinya menyampaikan 'bagaimana cara supaya seseorang rindu juga kepada kita'

Aku menontonnya sampai habis. Ku kira hanya nasehat-nasehat tidak jelas anak muda jaman sekarang.

Mbak berjilbab pashmina itu  menyarankan supaya kita membaca sholawat, lalu Al-Fatihah, kemudian kita sebut nama orang yang kita rindukan, dan ditutup dengan membaca sholawat lagi, sambil tangan memegang dada.

Awalnya aku tak begitu yakin pada cara tersebut. Namun, di akhir video singkat itu, Mbak itu meyakinkan aku bahwa segala sesuatu yang melibatkan Allah dalam hal apapun, kita tidak perlu khawatir, karena hasilnya tak akan mengecewakan.

Dan ku coba melakukan cara-cara tersebut. Ku pegang dadaku yang sedang memeluk Al-Quran pemberian Ibu, lalu membaca sholawat, membaca Al-Fatihah, menyebut nama seseorang yang sejujurnya aku tak tahu tepat, siapa yang sebenarnya kurindukan sekarang. Dan ku akhiri dengan sholawat lagi.

Malam itu, jariku masih terus berlanjut menjelajahi dunia maya ini. Banyak yang kutemui, banyak rasa yang kudapatkan.

Hingga aku memutuskan selesai, setelah sadar terlalu dalam stalking akun sesorang. Lagi pula sudah jam setengah dua belas. Bateraiku sudah 8%.

Ku bangkit dari sofa ruang tamuku. Mematikan lampu. Berjalan menuju kamarku. Tak lupa aku mencharge handphone-ku.

Ku naik ke atas kasur, menarik selimut tebalku. Terpejam. Ah, iya. Ku terbangun lagi, tanganku meraih sesuatu di atas dinding. Baik, aku bisa tidur sekarang. Keadaan kamar gelap lebih menenangkan.

"Na...  Siill..."

Teriakan ibu memecah mimpiku. Ku melihat bergantian dari mata kanan lalu mata kiri, satu mata kucing berwarna abu-abu yang kemudian warnanya berubah semakin terang. Ku tarik nafas panjang. Ternyata yang ku lihat bola mataku sendiri. Aku sadar bahwa aku masih terpejam.

Ku buka mata. Melihat jendela yang sudah cukup terang. Aku diam, aku mengingat apa mimpi yang baru saja ku rasakan.

Aku menangis, benar-benar menangis. Aku menyadari bahwa apa yang ku baca kemarin malam menjadi kenyataan.

Aku mimpi dibonceng seorang laki-laki melewati tempat yang rasanya tak  asing lagi.

Air mataku deras mengalir ke pipi. Disana aku ingin mengambil foto kami berdua, juga ingin mengabadikan kedatangannya bersama ibu. Aku merasakan bahwa kedatangannya tak lama, dan setelah ini ia akan pergi jauh lagi.

Sayangnya keinginanku dalam mimpi itu tak terwujud.

Dan saat ini, aku masih menangis. Menyadari lelaki yang sangat kurindukan itu adalah orang yang lama tak ku doakan namanya.

Aku bisa lihat punggumu saat itu. Namun wajahmu tak menoleh sedikitpun padaku.
Tanganku ingin menggapai tubuhmu dari belakang, padahal jarak kita sangat dekat. Tapi entah mengapa aku tak melakukannya. Bodoh!

Aku ingin sekali selfie berdua denganmu, kita tak pernah selfie lagi, kan, selain di handphone Mito jadul itu.

Aku ingin sekali memelukmu sekarang. Sangat-sangat ingin.
Masih kusayangkan. Mengapa aku tak melakukannya ketika aku bisa dan hanya bisa bertemu dirimu dalam mimpi.

Yah.
Terimakasih ya, Yah, sudah datang ke mimpiku malam ini.
Apa ayah rindu aku juga di sana?

Aku masih sering berandai Ayah ada di dunia sampai sekarang.
Aku kangen Ayah.
Aku pengen peluk Ayah.
Yah, Jangan pergi lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang