Secret [✔]

300 43 19
                                    

***

"Lo ngerasa kalok anak-anak pada ngeliatin gue nggak sih?"

Bisik cowok bersurai legam itu pada kawan di sampingnya yang lebih pendek. Si cowok bernama Ashel Dwijaya itu terbiasa melihat tatapan memuja para cewek di sekolah tapi hari ini tatapan mereka sedikit berbeda ya, meski masih sama-sama masih tersirat bara memuja dalam netra mereka namun Ashel masih bisa menyadari mana tatapan memuja seolah ingin memiliki dan mana yang seperti sedang mengidolakan.

Intinya Ashel sedikit takut mungkin karena tatapan mereka yang tidak biasa.

"Kepedean kali lo" Jawab cuek si cowok kurang kalsium yang bernama Ryan Pratama. Ini bukan kali pertama Ryan menjawab segala pertanyaan Ashel dengan jawaban kelewat sarkas yang malah menuju mempertanyakan kepercayaan diri cowok lebih tinggi itu. Lagi pula pertanyaan Ashel itu 99 persen tidak bermutu dan 1 persennya bermutu. Makanya Ryan menjawabnya pun sekenanya.

"Nggak Yan, sumpah hari ini tatapan mereka beda" Keluh Ashel lagi karena tidak nyaman melihat senyum tak biasa yang ia dapatkan sepanjang koridor.

"Yaudah sih nggak usah dilihat, gitu aja kok susah"

Plakkk!!

"Anjir! Sakit lur! Lo mukul pake tenaga dari dalam apa dari luar sih. Sakit ogeb! Kalok otak gue lembek gimana? Habis ini ada kuisnya Bu Mimin goblok!"

"Pakek tenaga dari orang-orang yang sudah berjuang tapi ditinggalkan, puas lo?"

"Lo curhat apa gimana sih? Keknya lo hari ini butuh Kinarti deh!"

Dengan dahi berkerut Ashel bertanya, "Bentar-" pintanya pada Ryan yang memasang wajah polos "Kinarti apaan itu?" Tambahnya.

Plak! Kali ini Ryan dengan suka rela mengeplak dahinya sendiri dengan telapak tangan.

"Itu yang buat pms, adek gue suka nggak ngotak kalok lagi pms. Suruh beli roti jepang padahal waktu itu gue main di empang belakang kompleks, bukan nyamperin miyabi plis!"

Ashel masih diam.
Mengheningkan cipta mungkin. Sambil mengumpulkan tenaga untuk menampol sekali lagi Ryan. Tapi tiba-tiba saja keterdiamannya yang terlihat seperti begitu mendengarkan Ryan ternyata menjadi kedok karena di beberapa detik pertama ia memang khusyuk tapi tak lama ia merasa deja vu. Kata-kata dan keluhan itu seolah pernah terjadi padanya.

Perlahan kilasan masa lampau itu berebut masuk memenuhi pikirannya.

"Beliin roti Jepang ya. Tadi Kak Ayu lupa beli ini dia minta punya aku?"

"Heh! Jan ngada-ngada, ini aku masih di Indonesia Tanah Air Beta gimana dapet roti Jepang?"

"Ihh bukan-"

"Udah minta yang lain aja, lagian mana ada yang jual. Kalok mau minta roti tuh yang manusiawi kek, kayak sari roti roti sari roti gitu apa roti yang lain. Ini aku lagi di empang deket rumah sama temen-temen. Mancing ikan aja nggak dapet-dapet. Belum ada uang aku kalok mau ke Jepang"

"Denger dulu-"

"Iya dari tadi aku dengerin kamu. Makanya minta yang lain aja ya. Pokoknya kamu minta roti apa aja aku beliin. Harus yang mahal yang kualitasnya bagus pokoknya!"

"IHHH KATANYA MAU BELIIN APA AJA TAPI KOK AKU MINTA ROTI JEPANG NGGAK DIBELIIN?"

"Kan jauh sayangkuh, cintakuh!"

"HALAH ALASAN KAU MAS! POKOKNYA BELIIN YANG ADA SAYAPNYA!"

"Ehhhhhhh.. roti Jepang emang ada sayapnya? Terus belinya dimana?"

[4] Secret [✔] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang