34. bertengkar dan maaf

5.5K 435 10
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

"Masih marah sama aku?"

Setelah kejadian siomay kemarin, selama itu pula aku mendiami mas Jafran sampai hari ini kalau dihitung jam sudah 32 jam aku mogok bicara dengan mas Jafran.

"Nda"

"Kenapa?"

"Awab ayah nda (jawab ayah bunda)"

"Bunda ngantuk bobo yuk" ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Za enga au bobo ama nda (Faza engga mau bobok sama bunda)" tolak Faza.

"Kenapa?"

"Nti ayah itut empit nda (nanti ayah ikut sempit bunda)"

Sempit, sudah pasti. Karena semalam aku memilih tidur dengan Faza dikamar anak itu, dan mas Jafran malam-malam pindah menjadi tidur bersama kami, bertumpuk dikasur berukuran kecil.

"Ya sudah kakak bobok gih udah malam"

"Iya. Dadah nda ayah, kakak bobo duyu"

Faza pergi ke kamarnya, begitupun dengan aku yang beranjak pergi ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhku yang kelelahan akibat seharian ini kerja dirumah.

"Dek"

"Hm?"

"Kita harus bicara!" Ucap mas Jafran sambil menarik aku duduk di kasur dan segera ia menutup pintu kamar rapat-rapat sampai tak ada celah untuk mengintip.

"Masih marah?"

"To the point' aja mas!"

"Salah kalau aku mau basa-basi dulu, bicara sama istri loh ini"

"Mas aku capek, seharian ini banyak kegiatan mau istirahat. Bisa dipercepatkan bicaranya!"

"Kamu pikir kamu doang yang capek? Aku juga capek kali, aku harus pergi kerja cari nafkah untuk keluarga kita, apalagi kamu sekarang banyak mau nya"

"Jadi Mas engga ikhlas?"

"Bukan, bukan begitu dek. Aku ikhlas, ikhlas lahir batin"

"Mulai sekarang Mera engga akan minta apa-apa sama mas, nanti Mera ganti uang mas"

"Mer dengerin aku dulu Mer"

Aku malas mendengarkan ocehan mas Jafran yang hanya akan membuat suasana hatiku semakin keruh. Bukan memecahkan masalah malah membuat masalah yang ada menjadi lebih besar.

"Aku tahu kamu belum tidur! Bangun kita selesaikan malam ini juga"

Ditariknya tubuh meringkuk ku secara paksa hingga berhadapan dengan dada bidangnya langsung.

"Bagus bersikap seperti itu sama suami?!"

Diam.

"Jawab Ammera!!" Bentak mas Jafran.

"Mas aku capek! Kalau mas mau ngajak berantem bisa besok lagi kan? Biarin aku istirahat" jawabku tegas bercampur isak tangis.

"Aku juga capek, dan sikap kamu malah buat aku semakin capek karena harus terus bersabar!"

Diam. Aku tahu tidak baik kalau terus memaksakan egoku untuk istirahat dan menghindar dari percakapan panas ini.

"Aku minta maaf"

"Aku salah, caraku salah menegur Faza. Maaf dek" sambungnya.

"Iya..." Ucapku lirih sembari menahan isakanku. Kalian tahu air mataku sudah lolos sejak mas Jafran membentak ku diawal.

"Buang jauh-jauh pikiran burukmu itu dek, aku paham kondisi kamu saat ini pasti banyak sekali pikiran buruk yang masuk kedalam otak kamu. Aku mohon percaya sama kamu, apa yang aku lakukan itu yang terbaik"

"Tapi cara mas kemarin salah"

Runtuh sudah pertahanku, isakan itu lolos bersamaan dengan air mata yang semakin deras keluar.

"Iya maaf ya, aku salah" ucapnya sambil terus mengelus tanganku.

"Minta maaf sama Faza!"

"Iya besok pagi-pagi aku minta maaf sama Faza. Sudah ya jangan menangis, itu hanya akan membuat kamu semakin lelah"

"Iya..."

Mas Jafran merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya sambil menghujaniku dengan kecupan singkatnya di bagian pucuk kepalaku.

"Sudah ya, jangan nangis lagi"

Aku mendengarnya untuk menghentikan tangisku, tapi entah mengapa air mata ini masih ingin keluar dari pelupuk mataku.

"Masih mau nangis hemm?"

Aku diam tak menjawab dan malah terisak.

"Ya sudah kalau masih mau nangis, aku tinggal buat teh hangat ya, kamu maukan teh hangat?"

"Engga mau"

"Terus mau nya apa? Aku buatkan"

"Engga mau apa-apa, peluk saja" jawabku lirih.

Mas Jafran kembali memelukku dan mengelus perutku yang sudah mulai menonjol.

"Anak ayah, sudah dong jangan buat bunda menangis terus seperti ini. Kasihan sayang, sudah ya bunda harus istirahat"

Perlahan tapi pasti, tangisku mereda tapi sesegukan itu masih ada. Posisiku kini sudah berbaring dengan lengan mas Jafran yang menjadi tumpuannya.

"Gerah?"

Aku menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Mau apa Hem? Mau sesuatu biar aku belikan mumpung belum terlalu larut malam"

"Engga mau apa-apa mas"

"Ya sudah, tapi jangan menangis lagi ya"

"Iya..."

Kami tidak tidur, hanya sekedar berbaring dan saling memeluk satu sama lain.

Aku merasakan hal-hal aneh beberapa hari ini. Emosiku benar-benar diuji, egoku naik turun. Selain lelah karena kegiatanku dirumah pikiran buruk yang sering menghampiri otakku pun membuat daya tahan tubuhku menjadi lebih lemah, akibatnya menjadi sering kelelahan. Sekalipun kini dirumah saat ini ada ART tetap saja, aku masih merasakan kelelahan oleh kegiatanku sendiri.

Terkadang aku suka merasa kasihan kepada mas Jafran, setelah seharian ia bekerja mencari nafkah malamnya sering aku repotkan dengan sesuatu hal. Seperti aku tiba-tiba mendadak ingin makan sesuatu, atau aku yang seperti ini hanya ingin menangis tanpa sebab dipelukannya. Kadang pula aku merasa kasihan kepada Faza karena waktu menemani bermain nya berkurang karena aku yang sering mendadak pusing atau mengantuk berat, anak itu sekarang lebih mandiri. Lebih banyak bermain sendiri dirumah, kalau pun dengan teman-teman nya setelah bermain Faza akan membereskan mainannya kembali tanpa perluku suruh terlebih dahulu.

Aku bersyukur bisa hidup berdampingan dengan dua laki-laki terhebat berhati besar seperti mas Jafran dan Faza.

TBC

Terima kasih sudah membaca maaf jika ada kesalahan kata² atau penyebutan istilah dalam penulisan karya. Salam hangat dari author ✌️

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang