OVER BROTHER'9

50K 3.4K 44
                                    

Zero tersenyum, ini yang ia suka, ketika pertama kali membuka mata melihat kecantikan Icha. Zero memberikan sebuah ciuman ringan dipipi Icha. Gadis ini sangat-sangat mampu membuatnya gila.

Sejak Icha berusia lima tahun, entah kenapa ada rasa yang tidak biasa ketika melihat senyum Icha adik sepupunya. Gadis kecil itu mampu membuatnya hanya terpusat kepada satu perempuan. Ia menatap wajah lelap dan tenang Icha dalam diam, tangannya yang nakal merayap masuk kedalam baju yang dikenakan Icha, mengusap punggung mulus itu lembut.

Andai saja usia Icha sudah cukup, mungkin Zero tidak perlu lagi menahan segala keinginannya hingga selama ini. Bermacam cara telah Zero lakukan untuk tetap bersama Icha, setiap kali Paman dan Bibinya atau orang tua Icha tugas keluar negeri, Icha selalu ditinggal dirumahnya.

Orangtua Zero berada diluar negeri, mereka tidak tinggal dalam satu negara, sejak usia Zero delapan belas tahun. Sejak usia itu, ia mulai mencari kesempatan untuk selalu mendekati adik sepupunya.

"Morning Baby," sapa Zero ketika melihat mata Icha menggerjap. Icha kemarin masuk kedalam kamarnya sesuai rencana.

Zero semakin mengeratkan pelukannya ketika Icha ingin mundur.

"Ini jam berapa Kak?" tanya Icha sambil menoleh kebelakang menatap balkon kamar Zero. "Kak minggir, Icha mau mandi," Icha mendorong dada Zero.

"Masih lama Cha," Zero menyembunyikan wajahnya diceruk leher Icha membuat Icha meringis tetapi pagi ini yang terasa dingin membuat Icha ingin tidur lagi apalagi pelukan Zero yang hangat.

Icha menggelengkan kepalanya sambil mendorong tubuh Zero. "Kak!" Icha merinding ketika nafas Zero mengenai kulit lehernya.

"Hm?" Zero belum mengubah posisinya. Ia suka posisi ini. Posisi dimana dirinya bisa mencium aroma tubuh Icha yang membuatnya bersemangat.

"Icha mau mandi," Icha melirik Zero yang hanya diam, walaupun samar-samar Icha bisa merasakan bibir Zero yang menyentuh permukaan kulit lehernya.

Zero memundurkan kepalanya menatap Icha. "Biarkan begini sebentar sayang," ucapnya lalu kembali menyembunyikan wajahnya diceruk leher Icha.

Icha diam sambil menahan dada Zero agar tidak menempel dengan dadanya walaupun sia-sia.

"Mau mandi bersama sayang?" bisik Zero tepat ditelinga Icha menjilat telinga yang memerah itu.

Icha meringis geli dan menghindar dari Zero. "Gak kak, Icha mandi sendiri," tolak Icha dengan suaranya yang lembut.

Zero mencium pipi lembut Icha lama lalu beralih mencium kening gadisnya. "Give me morning kiss Baby," pinta Zero dengan mudahnya membuat Icha menggeleng tidak mau.

Icha menatap Zero horor, bagaiman bisa Zero memperlakukannya seperti ini? Seperti seorang kekasih bukan seperti seorang saudara.

"Mau Kakak yang ambil?" tanya Zero sambil mengetuk-ngetuk jarinya dibibir kemerahan Icha, ia sudah sangat tergoda dengan bibir cerah alami itu, sebenarnya Zero sudah sempat mengambil beberapa ciuman dari bibir Icha sebelum gadis kecilnya bangun, tetapi terasa kurang pas jika tidak ada balasan.

"Gak!" tolak Icha mentah-mentah. Walaupun bibirnya telah tidak virgin lagi karena Zero, ini tidak boleh diteruskan.

"Baiklah,"

Awalnya Icha senang mendengar ucapan terakhir Zero, berarti Zero tidak akan mengambil morning kiss. Tetapi setelah melihat seringai iblis tercetak jelas dibibir Zero membuat kesenangan Icha meredup. Apalagi Zero sudah menahan tangannya.

"Kakak yang akan ambil sendiri." sambungnya tiba-tiba mencium bibir ranum Icha.

***

Didalam gedung tinggi dan mewah di pusat kota barlabelkan ZLO System, Inc. disana. Pada pukul sepuluh pagi ini semuanya sedang sibuk pada pekerjaannya masing-masing termasuklah seorang pria dewasa dengan kemeja biru gelap yang sedang memijit pangkal hidungnya pusing.

OVER BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang