Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➼ Klang!
Setelah menunggu hampir lima menit karena antrian yang cukup panjang, akhirnya minho bisa membeli minuman dari vending machine yang belakangan ini katanya lagi viral.
Awalnya minho tak acuh, sepertiㅡ halah, beli minuman di minimarket lebih murah, bisa dapet banyak kalau ada promo beli satu gratis satu. Awalnya itu yang tertanam di otaknya, namun karena teman sekamarnya itu merengek ingin minuman kaleng dari vending machine, maka itulah sebab minho berada di sini.
"Perasaan sama aja?" Gumam minho sembari membuka tutup kaleng itu. Buih kaleng tersebut mengapung di atas sebelum minho meneguk cairan coklat pekat dari dalam sana.
Tinggal beberapa langkah lagi dan minho bisa melihat side profile wajah teman sekamarnya. Menatap kosong ke depan sembari menggenggam sebuah buku kecil juga bibir merahnya yang tidak terkatup sempurna.
Untuk sejenak rasanya minho tidak ingin mendekat, namun ia juga tak ingin berpaling. Tubuhnya hanya diam menyaksikan seseorang yang merupakan titisan malaikat berwujud manusia tengah mendudukkan bokongnya di kursi panjang.
Waktu seolah berhenti hanya dengan ia yang memandang keindahan hyunjin. Manusia mendadak diam pada tempatnya, begitu juga napas minho yang perlahan seperti dicekik dengan kenyataan.
Kemudian semua kembali seperti semula. Hyunjin menangkap eksistensi lelaki itu melalui kelereng matanya yang indah, spontan membagikan senyumnya hanya untuk minho yang masih berdiam diri.
"Kak?" Kata mulutnya tanpa suara, dihadiahi senyuman lagi. Senyuman yang sangat manis, tapi entah kenapa sangat menyakitkan bagi minho.
Tak mau berlama-lama, minho menggerakkan tungkainya walaupun otaknya terus menerus untuk menyuruhnya berlari menghindar.
Tapi, bukannya orang yang selalu menghindar itu merupakan pengecut?
Lantas bagaimana kalau ia tidak sanggup untuk menghadapi semua ini?
Apa yang akan terjadi pada dirinya?
"Katanya gak mau beliin?" Hyunjin mengerucut, "dibeliin juga tuh."
"Soalnya lebih ribet ngediemin tangisan kamu dibanding beli ini."
"Dih, bilang aja lo juga mau."
"Hyunjin, minum aja."
Minho kembali meneguk minumannya diikutin dengan hyunjin. Ia membenarkan gaya rambutnya memastikan kalau ia sudah rapi danㅡ
"Cantik."
"Hm?" Hyunjin terkejut. Deheman canggung keluar dari mulutnya dengan alis menukik heran, "siapa?"
Yang bermata bulat menghela napasnya sembari melihat pesawat yang mulai lepas landas untuk kemudian terbang ke udara, setelah itu matanya melirik juga kepalanya yang kini berhadapan dengan hyunjin, "kamu."