"makasih ya,Dit.", Ucap Jenn begitu mobil yang ditumpanginya berhenti tepat di depan gerbang rumahnya.
"Iya––––Alva ikut!", Sela Alva antusias di kursi belakang. Satu tangannya memegang cone ice cream.
" Alva mau ikut?", Tanya Jenn lembut membuat gadis kecil itu melompat girang. Kemudian ia menolehkan kepalanya ke sampingnya.
" Mainnya besok lagi ya. Ini udah sore, nanti mama marah lho. Kak Jenn nya juga capek pasti.", Bujuk Zavier sambil mengedipkan matanya ke Jenn memberi isyarat.
" NO!!", tolak Alva. Gadis kecil itu menyedekapkan tangannya di dada menghadap samping.
" Alva? Alva mau main tempat kakak?", Alva mengangguk.
" Tapi, besok aja ya. Kakak banyak tugas soalnya. Gapapa ya?", Ucap Jenn. Alva menoleh ragu. Matanya berkaca-kaca membuat Jenn tak tega.
" Sini peluk kakak. Jangan nangis dong nanti cantiknya hilang lho. Besok Alva boleh main sepuasnya, kakak janji deh ", Jenn memeluk adik kecil Zavier penuh kasih sayang.
Zavier hanya bisa tersenyum melihat interaksi itu. Jenn sungguh lembut dan penuh kasih sayang. Ia sempat membayangkan jika mereka sudah berkeluarga dan memiliki anak. Pasti anaknya sangat bahagia memiliki ibu seperti Jenn.
Tapi, ia sadar kalo momen itu tak mungkin ia dapatkan bersama wanita itu. Jenn sudah dimiliki orang lain. Wanita itu sudah bahagia dengan pilihannya.
" Dadah, kak Jenn.", Alva berteriak melambaikan tangannya.
" Hati-hati di jalan, Dit. Alva jangan marah lagi.", Sahut Jenn yang juga mengangkat tangannya hingga mobil itu menghilang dari pandangannya.
Entah dorongan dari mana ia membayangkan hal-hal aneh yang membuat pipinya merona.
"Ya ampun, Lo kenapa sih Jenn? Kenapa jadi mikir aneh-aneh sih?", Gumamnya sambil memegangi pipinya.
"Jadi, Alva bukan anak–––––TIIIIIIIIIINNNNNN!!!", Jenn tergelak mendengar bunyi klakson motor yang menghampirinya.
Jenn menatap nyalang siapa pengemudi motor kurang ajar itu.
" Ngapain Lo ngelamun di depan gerbang, senyum- senyum sendiri lagi kek orang gila.", Cibir orang itu.
Jenn melayangkan tasnya di lengan pria itu, " gila Lo, fi!!"
" Ngapain disini?", Tanya pria itu. Luthfi Shavaraz Ghani. Tetangganya yang juga teman sekolahnya.
" Bukan urusan Lo!", Semprot Jenn sebal.
" Gue kayak liat mobil Radit tadi disini?", Luthfi menatap curiga pada wanita cantik itu.
" Habis dari mana Lo?", Sahut Jenn mengalihkan topik. Pria itu tertawa geli.
" Dari minimarket depan. Radit dari sini kan?", Tanya Luthfi masih penasaran.
" Tau ah. Udah gih balik sono!", Usirnya.
" Ini juga mau balik. Habis dari mana Lo berdua? Jalan kan??", Goda Luthfi.
Jenn berbalik menatap tajam pria itu. " LUTHFI!!!!"
Pria itu tertawa puas mengejeknya sambil meninggalkan rumahnya.
.
.
.Jenn memasuki rumah sambil menggerutu. Bagaimana tidak? Tetangganya itu membuatnya kesal meskipun memang benar apa kata pria itu. Tapi...
Ah sudahlah...
Jenn capek.
Ia melangkah ke dapur mengambil segelas air putih. Ia dikejutkan oleh suara ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Destiny 2
Teen FictionMeninggalkan kisah dua tahun lalu, yang mereka lalui dengan kebersamaan dan saling berbagi suka maupun duka. Kini mereka hidup terpisah dengan kesibukan masing-masing. Memulai hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Kehilangan dan kesedihan t...