Part 89 : Hati yang Tertinggal

2.9K 138 29
                                    

Tak ada yang lebih sakit dari hati yang tertinggal tanpa diucapkan 'selamat tinggal'.

★★★

"Lo ngikutin gue?" Raffa menatap tak suka Nara yang berdiri di depannya dengan wajah pucat.

"I-iya," jawab Nara pelan.

"Jangan ganggu gue!"

Raffa menarik nafas panjang, memejamkan matanya lalu berujar dengan menurunkan oktaf suaranya. "Gue butuh waktu sendiri, Ra. Jadi, tolong pergi."

"Tapi Raffa ..."

"JANGAN GANGGU GUE!" Bentakan Raffa sontak membuat Nara kembali terdiam dengan mata berkaca-kaca.

"Please, go away."

"Okay." Meskipun enggan, Nara mengiyakan permintaan Raffa dengan berat hati.

Raffa bergeming dan memilih menatap danau di depannya. Tapi, baru beberapa detik, bola matanya kembali mengarah kepada Nara yang berjalan tertatih sambil memegangi kepala.

"Ra!" Dengan sigap Raffa berlari lalu menahan tubuh Nara yang tumbang. "Lo gapapa?"

Nara tak menjawab.

"Lo pergi dari rumah sakit tanpa sepengetahuan dokter, lagi?" Tak mendapati jawaban dari Nara, Raffa menghela nafas.

"Lo harus banyak istirahat, Ra. Jaga kesehatan agar cepat sembuh. Ngapain lo nyusul gue ke sini?"

Nara tersenyum kecil. "A-aku bosan, Raffa. Aku juga ingin menatap dunia luar."

"Tapi, Ra, lo mimisan. Lo harus kembali ke rumah sakit. Dokter-"

"I'm fine, Raffa," potong Nara. Gadis itu menggeleng pelan kemudian tersenyum kecil. "Tak apa, aku hanya mimisan saja. Sudah biasa terjadi bukan?"

"Gue antar pulang."

"Tidak, aku mau di sini. Sebentar saja ..." pinta Nara. Gadis itu menatap danau di depannya dengan tatapan menerawang. "Mungkin ... sebentar lagi aku tidak bisa menatap langit dan awan itu. Jadi, bolehkah aku menatapnya sebentar saja?"

"Tapi, Ra, lo harus-"

"Please, just a moment. Anggap saja ini permintaan terakhirku sebelum aku melepasmu, Raffa." Nara tersenyum manis lalu menggenggam jemari Raffa. Raffa hanya terdiam. "Aku janji setelah ini akan melepasmu. Maaf, sudah merepotkanmu selama ini."

"Ra ..."

"Let me be happy here ...." lirih gadis itu dengan sendu.

"Okay, just a moment."

Ucapan Raffa membuat Nara tersenyum lebar dan memeluk erat Raffa. "Terima kasih!"

Raffa hanya mengangguk singkat tanpa membalas pelukan Nara.

Seolah sadar, Nara melepaskan pelukannya dan tersenyum canggung. "I'm sorry."

Raffa mengangguk singkat.

"Aku mau duduk di sana, boleh?" tanya Nara sambil menunjuk rerumputan yang tepat berada di samping pohon besar.

Raffa bergeming. Bagaimana bisa Nara memilih tempat itu? Tempat itu adalah tempat favoritnya sejak dulu. Tempat yang mengingatkan pada Mamanya, juga Alicia.

"Raffa?"

"Oke." Dengan lembut Raffa menuntun Nara yang lemas agar bisa duduk di rerumputan itu.

Firstlove Seorang Iceboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang