[Warning! Chapter ini berisi konten yg 'sangat' dewasa dan tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur, bijaklah dalam menyikapi bacaan anda, terima kasih:']
•
•
•
•
•"Reiji!" Teriak Fumito tepat saat aku baru melangkah masuk ke kelas.
Ia langsung memegang tanganku dgn erat. "Yg terjadi kemarin, aku minta maaf karna tidak bisa menghentikan Ren bersikap seperti itu... Aku benar-benar minta maaf, ugh ini memalukan... Teman, kau memaafkanku kan?"
Hm, soal itu yah.. Aku tersenyum simpul dan mengangguk. "Tidak apa, aku mengerti. Aku juga minta maaf, karna sudah menganggu waktumu, dari kemarin.. Aku merasa tidak enak dgn-mu."
"Aah tidak tidak, itu bukan salahmu. Ini salah aku dan Ren, bersenang-senang sampai lupa waktu.. Kau tau aku tidak bisa tidur karna memikirkanmu, maaf yah!" Ia membungkukkan badan berkali-kali dgn ekspresi cemas.
"Iyaiya, tidak apa Fumito. Aku mengerti.." Ucapku tersenyum rengkuh.
Ia menghela nafas dan akhirnya tersenyum lega. "Aku tau Ren memang sangat bejad, tapi aku tidak menyangka bahwa dia akan... Me-mengajakmu utk bergantian, ehm kau tau.. Setidaknya aku lega kau menolak keinginannya.. Tapi, ugh.. Harusnya Ren juga berpikir, mana mungkin kau..."
"Fumito.." Potongku. Mengingat kejadian itu membuat pipiku panas. "Aku mengerti. Bisakah kita.. Berhenti membahasnya? Karna aku ingin melupakannya."
"Ooh.. I-iya baiklah." Ucapnya menunduk. Aku tersenyum simpul dan berjalan ke bangkuku. Tapi, aku tidak duduk dibangku yg lama bersama Ren.. Aku dan Fumito tukar posisi. Awalnya beberapa anak ada yg curiga soal itu.. Tapi untunglah Fumito membuat alasan yg bagus, bahwa aku pura-pura bertengkar dgn Ren dan dia duduk disebelah Ren hanya ingin memperkecil masalah. Itu alasannya, dan semua anak berhenti bergosip.
Namun lagi-lagi Fumito menghampiriku. "Ini memalukan.." Keluhnya.
Aku hanya terkekeh kecil. "Kau tidak bisa berhenti menyesali kejadian itu?"
"I-iya.. Maksudku.. Ughh.. Aku beruntung orang yg memergokiku adalah kau, kalo orang lain.. Bisa hancur kehormatanku sebagai ketua kelas."
"Mm.. Kau tidak perlu malu. Kita.. Sudah pernah melakukannya jadi, ehm.. Bersikaplah seperti biasa." Ucapku memegang bahunya.
"Ba-baiklah.. Tapi, aku minta maaf atas nama Ren.. Mungkin kemarin dia membuatmu harus menahan hasrat, aku tau itu rasanya sangat tidak enak dan menganggu jika tidak dipenuhi.. Maaf yah." Sekali lagi ia membungkuk.
Aku menepuk bahunya. "Iyaiya tidak apa.. Tapi, apa kau lupa bahwa aku menjalin kontrak dgn hantu cantik, hm?" Kedipku.
Ia terdiam sejenak, lalu melotot saat menyadari sesuatu. "Ooh! Liya.. Ja-jadi, jadi kau memehuhi hasratmu dgn Liya?"
"Sssttt!" Kecilkan suaramu. Ucapku sembari menoleh kanan kiri. Yah hanya ada kami dikelas ini, yg lain belum datang tapi tetap saja bagaimana kalo ada yg dengar..
Ia langsung menutup mulutnya dan mengangguk. "Wahh.. Kau punya pelayan hantu yg cantik dan siap melayanimu kapanpun.. Aku baru ingat.." Bisiknya mengangah.
Aku hanya terkekeh kecil. "Lagipula, itu juga salah satu cara terbaik utk memberinya energi dan dia menyukainya."
"Oh iya yah.. Kenapa aku bisa lupa semuanya. Sudah lama aku tidak melihat Liya, apa dia disini?" Fumito menoleh kanan-kiri utk memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriends In Two Worlds! [NC18+] (ON GOING)
Romance‼️[Sequel of 'My Boyfriend is a Ghost?']‼️ "Konnichiwa~! Aku Reiji, seorang anak indigo yg lahir dari pernikahan manusia dan mantan hantu. Ya, ayahku dulunya seorang hantu yg berhasil hidup untuk kedua kalinya, raga yg sekarang ia gunakan adalah rag...