03

86 10 1
                                    

"Jadi bagaimana Pak Dosen, setelah berkeliling dan menemui petinggi kampus tadi kau setuju menjadi dosen disini kan? Tidak berniat untuk membatalkan nya bukan?" tanya pria yang tinggi hampir setara dengan orang yang ia ajak bicara.

"Hm.. aku akan memulai semuanya besok" jawabnya malas.

"Kukira kau tidak tertarik hyeong" balasnya.

"Kau pasti tahu apa yang membuatku mengiyakannya Park Jimin" ungkapnya dengan alis yang terangkat.

"Jadi alasannya tentang uang? Jika wanita lekat dengan sebutan materialistis, sepertinya cocok juga disematkan untuk mu hyeong"

"Wanita yang materialistis dikategorikan menjadi dua, yang pertama adalah wanita yang logis, dan yang kedua yang benar-benar boros" ucap Yoongi dan dibalas wajah bingung Jimin.

"Logis berarti wanita tersebut tahu uang itu penting karena kehidupan memang hampir semuanya didapatkan dengan uang, sedangkan wanita boros kau pasti tahu seperti apa mereka" lanjut Yoongi.

"Tapi cinta tidak didapatkan dari uang hyeong"

"Ku bilang tadi hampir semua, buka berarti semuanya, sepertinya kau harus menundak kelulusanmu dan menambah mata kuliah bahasa agar kau bisa paham dengan kata-kata ku"

"Ck menyebalkan sekali, Jadi kau secara tidak langsung berharap aku tidak lulus dengan cepat begitu?" kesalnya.

"Itu kau yang katakan, aku tidak bilang begitu" balas Yoongi dengan santai.

Jimin yang ingin lebih memaki Yoongi akhirnya dibatalkan karena tiba-tiba panggilan alam berbunyi dalam perutnya, sepertinya kehidupan dalam perutnya harus diisi dengan segera.

"Inginnya ku ribut dengan mu, tapi aku begitu lapar dan butuh mengisi energiku untuk bisa bergelut dengan mu nanti, kau mau ikut ke kantin hyeong?" ajaknya.

"Tidak, kau saja sana yang pergi" ujarnya malas.

Jimin berniat untuk menimpal kembali tolakan dari Yoongi, tapi itu tak terjadi sejak seorang gadis yang tengah berjalan sendirian menuju arah kantin dengan tas dan kotak gitar yang digenggam ditangannya membuat Jimin tersenyum sesaat setelah melihatnya.

"Anak itu.." gumamnya yang membuat Yoongi penasaran dengan arah pandang Jimin.

Yoongi melihat gadis yang ia lihat di taman tadi, dengan dress manis yang ia gunakan juga rambut menyala seperti matahari memancar begitu saja dimatanya, hingga Yoongi tersadar jika yang ia lihat juga dilihat oleh Jimin.

"Baiklah jika kau tidak ingin ke kantin, aku akan pergi sendiri" ucap Jimin dengan menepuk pundak Yoongi lalu berlari kecil menyusul sang gadis.

Yoongi melihat gelagat aneh Jimin dan benar saja saat mengarahkan pandangannya kemana Jimin pergi, ia kedapatan melihat Jimin menyusul sang gadis dan sedikit berbicang disudut yang sudah lebih jauh dari jangkauannya. Sesaat setelah berbincang jejak mereka hilang terhalang tembok-tembok bangunan tersebut.

Yoongi yang penasaran bagaimana bisa seorang Park Jimin dapat mendekati gadis yang jelas-jelas baru ia temui sama seperti dirinya, mereka sama-sama baru kembali dari Jepang tapi Jimin seperti seorang yang handal dalam mendekati gadis, terlebih lagi gadis yang dikatakan terkenal disini.

"Jika punya begitu banyak pikiran dalam otakmu, yang perlu kau lakukan adalah mencari tahu sendiri Min Yoongi!" Gumamnya.

.
.
.

"Kau mau pesan apa sweetie?" tanya Jimin dengan merangkul pundak sang gadis.

"Hm.. apa saja" jawabnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Love ; Myg x RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang