Pagi itu, setelah May mempersiapkan dirinya, ia segera keluar kamar dan menemui Mamanya. Tentu saja untuk sarapan bersama. Ia berusaha setengah mati untuk melupakan mimpinya tadi malam.
“Kamu tadi malam ngigau ya, Re?” tanya Mama.
“Eh … iya, Ma,” jawab May dan tetap melanjutkan sarapannya.
Ia berangkat ke sekolah diantar Mamanya yang sekaligus ke pasar. Di mobil, ia hanya diam sambil sesekali memainkan ponselnya.
May tidak berani menceritakan mimpinya tadi malam, ia takut jika Mamanya berpikir yang tidak-tidak nantinya. Lebih baik, ia menyimpannya terlebih dahulu dari Mamanya
Sesampainya di sekolah, ia segera menyalami tangan Mama dan berjalan menuju gerbang sekolah. Berbeda dengan murid lain yang lebih suka melewati koridor, ia lebih memilih melewati jalan lain untuk menuju ke kelasnya.
Di depan kelasnya, ia disambut oleh Zuri, sahabatnya, yang tak sabar meminjam buku catatannya. Tak lupa seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya. Siapa lagi jika bukan Farhan? Kekasihnya.
“Hai, May. Gimana pagimu?” tanya Farhan sangat perhatian.
“Tidak terjadi masalah,” jawab May kemudian duduk di bangku samping Farhan dan Zuri. Ia memendam cerita tentang mimpinya, ia hanya menceritakan hal tersebut pada Zuri nanti.
“Apa kau memimpikanku?” tebak Farhan sok narsis.
“Haha, tentu saja.” May tertawa garing menanggapi pertanyaan konyol dari Farhan.
Zuri menyenggol siku May seakan memberitahu jika dirinya paham kemarin malam May tidak bermimpi tentang Farhan. Masa iya setiap hari memimpikan orang yang sama? Lucu.
Pelajaran pertama berhasil May lalui dengan perasaan yang masih semangat, mungkin karena masih pagi. Tetapi berbeda dengan pelajaran kedua yang ia lalui dengan kemalasan yang sudah mengakar di dalam tubuhnya.
“Beli apa, May?” tanya Zuri.
May menoleh ke arah Zuri yang sudah berdiri ditopang tangan kirinya. Sebelum ia menjawab pertanyaan May, ia menoleh ke arah meja yang dipakai Farhan. Sudah tidak ada empunya.
"Kebiasaan, tidak pamitan," gumam May.
"Heh, gimana? Beli apaan?" tanya Zuri sekali lagi.
Karena enggan dan malas dengan pertanyaan Zuri yang setiap hari sama, May segera menarik tangan Zuri menuju kantin tanpa menjawab pertanyaan yang tadi.
“Mi ayam enak ya, Zu?” tanya May mulai bingung dengan pilihannya. “Atau soto?”
Mereka kebingungan antara memilih soto dan mi ayam. Keduanya memang sama-sama enak dan menghangatkan. Tetapi, pilihan itu tampak sulit bagi May dan Zuri.
“Aku lagi pengen bakso, May,” ucap Zuri sambil menunjuk kios bakso.
“Ya udah deh, ngikut aja.”
"Kenapa nggak dari tadi?" batin May menangis.
Mereka berdua mengantre mangambil bagiannya. Setelah menerima bagiannya, mereka segera duduk di tempat langganan mereka, yaitu pojokan. Mereka memakan baksonya dengan cepat tapi nikmat.
Setelah selesai memakan baksonya, Zuri segera membuka suara, “Ada berita apa gengs?”
May masih diam belum menjawab, ia masih menyelsaikan acar makannya yang masih beberapa suapan lagi. Setelah selesai menyuapkan suapan terakhir, May menjawab, “Nggak ada. Tapi gue kemarin mimpi aneh.”
Zuri langsung antusias mendengarkan dan mencondongkan tubuhnya mendekati May. “Mimpi apa?”
May menghela nafasnya dan mencoba mengingat mimpinya kemarin. “Jadi … aku kemarin mimpi ketemu cowok terus … gitu,” celoteh May dengan suara yang hanya mampu ditangkap oleh Zuri saja.
Mendengar cerita dari May, Zuri mendecih kemudian berucap, “Itu bukan aneh, hanya, emm … “
“Apa?” sela May tak sabar.
“Biasa aja,” jawab Zuri dengan nada dingin dan tanpa ekspresi.
May mendecak sebal mendengar jawaban Zuri baru saja. Ia pura-pura ngambek dengan tetap berdiam tanpa berucap satu kata pun. Hal itu membuat Zuri salah tingkah.
“Siapa namanya? Bisa jadi dia emang jodoh kamu,” pendapat Zuri mencoba mentralisir keadaan.
“Namanya Aksa,” bisik May. “Jangan bilang Farhan ya, aku takut soalnya.”
“Gampang.”
Zuri terdiam tampak memikirkan sesuatu. Tampak lama ia berpikir, sampai ia menemukan jawabannya. “Biasanya kalo mimpiin orang lain, berarti orang lain tersebut kangen sama kamu.”
Mata May berubah nyalang kemudian ia berkomentar, “Heh! Dari mana dia kenal aku? Orang aku aja nggak pernah ketemu cowok itu.”
“Nanti lo bakal mimpiin dia lagi enggak, gitu aja,” putus Zuri setelah memikirkan bahwa apa pentingnya dia berdebat dengan May.
“Tapi gue jadi takut tidur, Zu,” ucap May kemudian menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Suasana menjadi hening, walau keadaan kantin ramai, meja yang mereka tempati hening setelah May mengucapkan kalimat yang mungkin membuat Zuri malas membahasnya. May membuka telapak tangannya kemudian menatap Zuri.
“Balik ke kelas yuk,” ajak May.
“Bentar, kamu bilang tadi mimpinya pas mau lamaran?” tanya Zuri. Refleks May menutupi mulut Zuri yang suaranya tidak bisa dikendalikan.
May hanya mengangguk dan memersilakan Zuri untuk berpendapat. Zuri tampak beberapa kali berpikir dan tak kunjung menemukan jawabannya. Ia sedang butuh asupan minuman!
“Beliin aku es teh dulu dong,” ucap Zuri dibumbui dengan puppy eyes-nya.
Mau tak mau May harus membelikan sahabatnya itu es teh. Ia bukannya tidak mau membelikan atau apa, ia hanya malas berjalan dari kuris menuju ke penjual es teh, itu saja.
Setelah May kembali dengan membawa es teh miliknya dan Zuri. Ia segera memalak Zuri dengan jawabannya. Ia benar-benar tidak sabar dengan jawaban Zuri.
"Jangan-jangan malam ini kalian nikah," ucap Zuri tanpa difilter terlebih dahulu.
"Mulutnya tolong dijaga ya," kesal May dengan memelototi Zuri yang sedang menyedot minumannya.
"Eh, bisa jadi loh, May. Aku jadi penasaran, emang ada beneran orangnya?" tanya Zuri.
May mendecak kemudian menjawab, "Ya mana ku tahu!"
Belum sempat Zuri menjawab lagi, bel masuk sudah berbunyi. Hal itu membuat May senang karena bel tersebut menghentikan celotehan tidak berguna milik Zuri.
Ia segera menarik tangan Zuri menuju kelas dan segera duduk di bangkunya. Ia menoleh ke arah bangku milik Farhan. May mendapati Farhan yang tengah menatao dirinya juga.
Perempuan mana yang tudak baper dan salah tingkat jika ditatap terus menerus? May mengalihkan pikirannya dengan sok-sokan membaca buku.
Farhan tertawa kecil melihat tingkah laku May yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan. Ia benar-benar menyayangi May karena tingkah lucunya. Sangat membahagiakan.
Tbc.
A/n :
Hai gais, maaf ya cuma 932 kata doang, ngga 1000 kata. Otakku udah stuck ini, suer. Tugas sekolah onlen ga rampung². Bikin pusing aja. Btw, enjoy yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MaSa : DÉJÀ VU [END]
Teen FictionKita berada di masa yang sama. Kita berada di belahan dunia yang sama pula. Kita juga berada di alam yang sama. Tetapi, engkau sangat sulit untuk menampakkan wajah di depanku? Apakah perlu aku mencarimu? Atau aku hanya perlu menunggumu? Kita hanya p...