FOUR

173 7 27
                                    

Maaf atas keterlambatannya ㅜ.ㅜ
.
.
.


You're just too good to be true
Can't take my eyes off you

I love you baby
And if it's quite alright
I need you baby
To warm a lonely night
I love you baby
Trust in me when I say

Oh pretty baby
Don't let me down I pray
Oh pretty baby
Now that I found you stay
And let me love you baby
Let me love you today

"Suara kamu emang selalu seindah ini ya?" tanyaku setelah Jae menyelesaikan nyanyiannya.

"Kak Yuju harus denger suara abang waktu marah-marah, wuh indahnya ngalahin keindahan drum jebol!"

Aku tertawa lepas mendengar perkataan Yejin.

"Masa sih?"

"Ke kamar sana! Ganggu aja kamu!" usir Jae pada adik semata wayangnya itu.

"Ye! Ngomong aja mau tetew sama kak Yuju kan?"

"Tetew apaan sih?" tanyaku ke mereka berdua.

"Tetew masa nggak tau sih kak? Itu lho tetew!" aku semakin tidak paham dengan perkataannya.

"Pacaran Ju! Kamu tu kebanyakan baca buku ilmiah jadi gini, nggak tau trend," kata Jae yang sedang menyenderkan gitarnya di dinding.

"Aku ke kamar ya kak, hati-hati kalo malem disini suka ada orang gila!" Yejin menekan kata gila sembari melirik abangnya kemudian pergi ke kamar dengan berlari.

"Kalau kuotanya abis jangan ngerengek ke abang!"

"Pengen deh aku punya abang kayak kamu," kataku seraya menatap langit.

Jae berpindah duduk di sampingku, saat ini kami berada di roftoop kecil yang berada di atas rumah keluarga Jae.

Tempat favoritku, sayangnya ini adalah kali pertama aku datang saat malam hari dan langit sedang mendung.

"Kenapa pengen punya abang kayak aku? Aku bisa jadi lebih dari abang buat kamu," katanya seraya mengusap pelan rambutku.

"Jae, kamu sadar nggak sih?"

"Apa?"

"Aku nggak pernah panggil kamu pake kata sayang? Sedangkan kamu selalu panggil aku sayang?"

"Terus?"

"Aku pengen banget panggil kamu sayang."

"Kenapa enggak?"

"Aku belum siap!" kataku dengan pelan, sangat pelan.

Jae hanya diam, dia diam dan mengabaikan perkataanku seolah itu tak pernah ia dengar.

"Jae?"

Dia mengambil tangan kananku, menyatukan jari-jariku dengan jari-jari lentiknya. Ia menggenggam erat tangan kananku kemudian menciumnya.

Aku merasakan tanganku basah, setelahnya aku sadar bahwa Jae sedang menangis.

"Kamu kenapa?" tanyaku sembari mengusap air matanya menggunakan tangan kiriku.

"Maaf."

"Kenapa minta maaf?"

"Aku belum bisa jadi pacar yang baik buat kamu, maaf!"

"Jangan bilang kamu nggak baik, kamu lebih dari baik. Kamu manusia terbaik yang pernah aku temui."

"I love you Mr. Park," lanjutku.

Dan kamipun mulai terlelap dalam pikiran masing-masing sembari menikmati indahnya malam tanpa bintang dan bulan ini.



Tiba-tiba pintu rooftop terbuka.

"Abang, pacarnya diajak masuk, kasihan diluar dingin mau hujan juga ini."

"Iya Bun."

Dan kamipun masuk ke dalam menuruti perkataan Bunda. Saat ini jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Oh ini ya yang namanya Yuju?"

Aku mencoba mencari tahu asal suara itu, dan ternyata itu adalah suara seorang pria yang terlihat seumuran dengan Bunda, dan dari cerita dan foto yang ku tau, ia adalah ayah Jae.

"Iya, om saya Yuju. Maaf ya om tahun lalu saya nggak bisa nemuin om," kataku sopan sembari menyalaminya.

Aku berpacaran dengan Jae baru satu tahun delapan bulan, itulah alasan kenapa aku belum pernah bertemu dengan beliau.

Ayah Jae bekerja di kapal pesiar, dan ia biasanya pulang satu tahun sekali, dan paling cepat setengah tahun.

"Panggil om Ayah saja, maaf ya baru bisa menemui kamu sekarang, ini saja saat malam seperti ini, haha," katanya.

"Iya Yah, hehe," canggungku dengan tawa.

"Sudah sering menginap disini ya?"

"Ini baru pertama kali Yah," kataku masih dengan rasa canggung saat memanggilnya Ayah.

"Besok kita ngobrol lagi ya, sekarang istirahatlah, sudah malam juga. Jangan diajak begadang pacarnya! Awas kamu kalau sampai begadang!"

Jae melontarkan tawa kepada ayahnya, entahlah aku tidak ingin tau apa maksud dibalik perbincangan ini.

"Bunda sama Ayah turun ya, oh iya bang besok Bunda sama Ayah mau ke rumah tante Sohee, kamu yang belanja bulanan ya? Minta temenin Yejin, kalau dia nggak mau kamu sama Yuju aja berdua."

Jae mengangkat tangan kanannya kemudian hormat ke arah Bundanya, "Siap Bun!"

"Night!" kata Bunda yang kemudian menyusul Ayah turun ke bawah.

"Jae!" kataku setengah tak yakin.

Jae mengangkt sebelah alisnya, "Kenapa sayang?"

"Yejin udah tidur belum ya?" tanyaku ragu.

Jae kemudian mengetuk pintu kamar adiknya itu.

"Dek! Bukain pintunya! Kak Yuju mau tidur disitu!"

Sudah lima menit kami mengetuk pintu kamar Yejin, namun nihil.

Sepertinya Yejin sudah tertidur dengan pulas, tadi dia bilang bahwa hari ini dia berlatih voli seharian, mungkin dia kelelahan.

"Aku tidur di sofa aja deh Jae, mungkin Yejin kecapekan jadi pules tidurnya," kataku kemudian duduk di sofa yang ada di ruang tengah lantai dua.

"Nggak! Banyak nyamuk disitu tu!" katanya kemudian memegang tanganku dan membawaku ke kamarnya.

"Tidur disini aja!"

[END] When You Love Someone •• [PARK JAEHYUNG]°°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang