1. Masa Sekolah

20 2 1
                                    

Suara tepuk tangan disusul dengan sahutan teriakan pengurus memecah keheningan disubuh hari, membangunkan seluruh santri yang masih terlelap tidur di kamar masing-masing. Akupun ikut terbangun dari tidurku,waktu itu pukul 03.30. Dengan mata yang masih terasa berat aku mengambil botol air kemasan yang sengaja aku taruh dibagian atas kasur ku tepat di samping kepala. Di tutup botol itu sengaja aku lubangi untuk memudahkan airnya keluar, akupun segera membasuh mukaku dengan air itu. Setelah itu aku segera mengganti pakaian dan berangkat ke masjid untuk shalat sunnah dan subuh berjamaah.
Pagi pun tiba, terdengar suara lonceng berbunyi pertanda waktu olahraga pagi sudah selesai, kala itu pukul 06.00.
Kulanjutkan aktifitasku untuk mandi dan lekas berangkat ke kelas selayaknya santri biasa.

*****

O iya. Namaku Ahmad Irwan Setiawan. Saat ini aku duduk di kelas 12 di sebuah lembaga pendidikan asrama di Jawa tengah, aku berasal dari keluarga sederhana di daerah timur Indonesia, tepatnya di ambon yang umumnya di kenal dengan kota musik. Di lihat dari asal kotaku sudah bisa di tebak bahwa aku punya kebiasaan bermain musik.

*****

Dalam suasana yang tenang aku mencoba menjelajahi jalan di suatu tempat wisata air terjun, kebetulan waktu itu tepat di hari libur, tentunya keramaian pengunjung tidak terbendung lagi. Aku datang bersama 3 orang sahabat dekatku, namanya Dani dan Haidir. Kita bersama-sama berjalan menuju puncak air terjun yang tidak jauh lagi namun sangat dipadati pengunjung. Seperti layaknya pengunjung, kita mengambil beberapa momen-momen dengan foto melalui kamera handphone.

"Woy gayanya dong, kaku amat jadi orang lu bedua." Tegur Dani kepadaku dan Haidir ketika mau mengabadikan foto. Kebetulan juga aku orangnya tidak terlalu suka untuk foto-foto atau lebih di kenal dengan selfie. Dan Dani ini
merupakan teman yang humoris.

"Ganti gaya lur,.. Senyumnya jangan lupa, jangan medit tujuh turunan lu." Lanjut Dani kepada kita berdua.

"Sini-sini gantian gua lagi yang motoin lu bedua." Kataku kepada Dani. Akupun mengambil handphone pribadiku untuk mengabadikan foto mereka. Setelah beberapa momen akhirnya mereka berpindah ke bagian atas air terjun yang memperlihatkan seluruh pemandangan wisata alam ini dari ketinggian, masya Allah betapa indahnya ciptaan Allah ini dan lebih bersyukur lagi banyak orang yang mau bersama-sama saling membantu untuk merawatnya.

Di bagian atas air terjun mereka pun bersiap-siap dengan gaya mereka masing-masing. "Wan... Siap ya, gua sama Haidir udah siap nih." Tegur Dani kepadaku. "Oke-oke, gayanya yang keren ya, jangan sok ganteng aja lu pada." Aku pun bersiap-siap mengabadikan gambar mereka, namun ketika aku bersiap mengambil foto tiba-tiba ada beberapa orang cewe yang ikut naik juga ke puncak air terjun bersama kawan-kawannya, dari kejauhan terlihat jubah dan niqob lebar dengan warna hijau daun dihiasi dengan lis hitam berkibar di tiup angin, akupun terdiam sejenak melihatnya, sungguh berbeda dengan kawan-kawannya yang memakai pakaian trand anak muda masa kini, pandanganku pun terpanah melirik nya tapi aku tidak melihat sepenuhnya karna aku takut ketahuan oleh akhwat tadi. Setelah ku perhatikan aku merasa tidak asing dengan orang itu, tapi siapa?.

"Wooyy... Bengong ae lu kaya kambing ompong, nih pipi dah cape senyum nih lu malah menghayal." Tegur Dani dengan candaan khasnya. "Astaghfirullah sory-sory, Oke nih ana foto, siap ya. " Lanjutku agak sedikit salting karna teguran tadi.

Setelah mengambil beberapa gambar kami pun melanjutkan perjalanan ke objek wisata selanjutnya yaitu sebuah Goa, sepanjang perjalanan aku masih terfikir oleh akhwat yang tadi aku lihat di puncak air terjun tadi. Fikir ku masih bertanya-tanya siapa kah dia? Aku seperti tidak asing dengan matanya dan juga tingkah lakunya, tapi siapa dia?.

Kami pun tiba di Goa tujuan kami, seperti biasa kami mengabadikan beberapa foto. Tak selang beberapa lama aku mulai merasakan ada keanehan, di tempat seperti itu aku merasa ada keramaian ntah dari mana asalnya, namun Dani dan Haidir sama sekali tidak merasakannya, jauh kami masuk ke perut Goa tiba-tiba aku merasakan kerikil kecil jatuh di atas kepalaku namun aku tidak menghiraukan nya. Dan lagi kerikil itu jatuh semakin banyak dan suara keramaian tadi semakin jelas dan kuat, suara itu memanggil-manggil namaku.

"Irwan..!! Irwan....!! Woyy...!! Buset bangun bego, baru juga jam pelajaran kedua udah tidur aja lu, memang the best player dah lu masalah tidur, liat tuh pak ustad dari tadi ngelemparin lu pake kapur pas di kepala lu. " Tegur temanku yang bernama Rizky.

Ternyata aku hanya mimpi di dalam kelas, di atas meja kelasku. Dan keributan serta kerikil yang aku rasakan di dalam Goa tadi hanyalah suara teman-temanku dan juga kapur yang di lempar ke kepalaku.

Akupun terbangun dari meditasi sementara ku tadi dan melanjutkan sesi belajar mengajar di kelasku. Di tengah pelajaran aku masih terbayang wanita di mimpiku tadi, terasa nyata dan tidak asing dengan orang itu.

Tepat 1 jam pelajaran di akhir, ternyata guru mata pelajaran nya berhalangan hadir dan di gantikan oleh guru yang lain, karna tidak berwenang menambahkan materi pelajaran akhirnya guru pengganti tadi membuka sesi tanya jawab bebas kepada anggota kelasku. Ketika itu juga aku mengeluarkan buku hard cover ku dan juga pensil mekanik yang biasanya aku bawa, akupun memulai coretan dengan menggambar wajah wanita yang kulihat tadi karna rasa penasaran yang masih terngiang-ngiang di kepalaku, sampai akhirnya sempurnalah gambaranku lengkap dengan jubah dan niqob yang di pakainya. Aku memberi tanggal di lembaran gambar itu lengkap dengan harinya dan ku simpan baik-baik gambaran tadi.

Tak terasa lonceng berbunyi, kami pun kembali ke asrama masing-masing guna menunaikan shalat dzuhur dan di lanjutkan dengan aktifitas lainnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Harapan Dalam Doa Dan KhayalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang