Selamat membaca 😍
Jangan lupa tekan 🌟 sebelum membaca dan masukkan cerita ke perpustakaan kalian agar tidak ketinggalan update 🤗
[]
Kaila duduk di kursi tunggu dengan pikiran melayang pada kejadian yang barusan dia lalui dan memikirkan sebenarnya apa yang sedang dia alami barusan. Kepolisian dan beberapa pria berpakaian hitam saling berjaga. Bahkan dia melihat para wartawan berkumpul di depan rumah sakit.
Kepalanya perlahan mendongak, matanya menatap ke arah dimana Arsen baru saja keluar dari kamar rawat dan sekarang sedang berbicara dengan seseorang lalu mata mereka bertemu. Kaila mengerjap beberapa kali dan Arsen melangkah mendekatinya.
"Maaf atas kejadian yang kau alami barusan."
"Ini sesuatu yang mendadak."
"Ya. karena itu aku minta maaf. Seharusnya kau tinggal di kamar hotel." Arsen mendesah menatap ke arah lain kemudian menatap Kaila lagi. "Kita perlu bicara, berdua..." tekan Arsen.
Kaila mengangguk lalu mengikuti langkah Arsen.
Dia tahu saat dimana harus serius dan bercanda. Kaila mampu membaca emosinya sendiri dan meletakkan dirinya sendiri di tempat yang tepat. Dia yakin pria di hadapannya ini adalah orang yang sangat penting, sampai kepolisian dan wartawan terus mengikuti kami sejak tadi.
Arsen membimbingnya di sebuah ruangan kosong kemudian berbalik menatapnya sambil memberikan sesuatu, uang. "Ambil ini. Terima kasih sudah menemaniku berbelanja. Aku sudah menyiapkan sopir untuk mengantarmu. Kau bisa membeli tiket pulang dengan uang ini." wajahnya melembut.
Kaila tidak tahu kalau ternyata merasakan kesedihan saat harus berpisah dengan seseorang yang baru saja dia temui.
Kenapa?
"Ambil ini. Dan pulanglah dengan selamat..."
Kaila menunduk menatap uang yang di sodorkan Arsen, dari awal ini yang dia inginkan, bukan? Uang untuk pulang dan perlindungan. Kaila menelan ludah dan mengambil napas panjang kemudian mengambil uang itu.
"Terima kasih.." ucapnya pelan sambil mendongak, mata mereka bertemu cukup lama sampai ketukan di pintu membuat Arsen mengerjap.
"Kau tunggulah di luar." Ucap Arsen pada seseorang itu, Kaila tidak tahu dan hanya fokus menatap Arsen.
"Kenapa menatapku seperti itu? kau ingin lebih lama di sampingku?"
Kaila mencerna kalimat itu kemudian berdeham, menyimpan uang itu. "Tidak. Lebih baik aku pulang dan menikmati kebebasanku daripada di sisimu yang berbahaya."
"Oh, jadi kalau di sisiku tidak berbahaya kau mau di sisiku. Begitu, kan?"
"Bukan juga." Kening Kaila berkerut dalam, dia menyadari ucapannya sendiri. "Jangan membolak – balik ucapan..."
Arsen tiba – tiba tersenyum. Keheningan menyelimuti keduanya, kecanggungan muncul dan sepertinya Kaila ataupun Arsen masih belum mau memecah hal itu. Cukup lama mereka terdiam dalam kecanggungan, Arsen tiba – tiba mendekat.
"Aku tidak tahu."
"Apa?"
"Entahlah. Tapi sepertinya, aku harus melakukan ini..."
"Melakukan apa?"
"Ini..."
Arsen memiringkan kepalanya, memegang tengkuk Kaila dan mendaratkan bibirnya pada bibir Kaila membuat mata Kaila membelalak terkejut, tubuhnya menegang dan kaku. Beberapa kali Arsen bergerak di atas bibir Kaila seperti mendesak tapi Kaila masih saja bergeming kepalanya masih mencerna semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minister Falling In Love [Tamat]
Romans[18+] Single... Masih Muda... Mapan... Tampan... Anak Pejabat... Dan sekarang menjabat sebagai menteri termuda... Hidupnya sempurna..... Itulah gambaran tentang kehidupan seorang Arsenio Akbar Candrakanta... Tapi, siapa yang tahu, di tengah kehidupa...