Sudah beberapa minggu Yassa tak pernah lagi melihat Soffi, begitupun Soffi ia sudah tak dihukum yang macam macam lagi oleh ustadzah.
Bisa dibilang kehidupannya normal seperti santri santri biasa. Kejadian mengirim kado pada ustadz Yassa pun tak ada yang mengetahuinya. Semoga seterusnya begitu, doanya didalam hati.
Tapi kegatan biasa seperti ini yang membuat soffi malah semakin rindu pada rumahnya. Ia rindu Jakarta, rindu sahabatnya bahkan rindu kenakalannya saat ia masih sekolah.
Menjahili guru, mewarnai rambut, dikejar cogan, melabrak adik kelas, rasanya sampai saat ini ia tak menyangka ia berubah drastis. Dari mulai tutur kataya ia lebih bisa menyesuaikan, sering shalat,ngaji, sabar saat semuanya serba mengantri, mencuci sendiri bahkan pekerjaan lainpun serba sendiri, ia juga mengubah haluan dari yang awalnya suka lelaki bertopi jadi suka lelaki berpeci. Candanya dalam hati.
Karena besok hari Ahad dan banyak santri yang kedatangan tamu, soffipun ingin juga dijenguk mamah, papah atau bahkan abangnya. Ia pergi ke asrama ustadzah untuk meminta menelpon keluarganya.
Setelah beberapa menit menelpon soffi merasa kecewa karena semua anggota keluarganya selalu sibuk, ia jarang dijenguk seperti santri lain.
Jika waktu penjengukan ia biasanya pergi pura pura tidur di ranjangnya, sambil menuliskan beberapa kata di buku kecil bergambar menara eiffel nya.
Sibuk terus, padahal gue cuma pengen ketemu kalian. Terus ngapain gue mesantren kalau kalian tetep sibuk, tau gini ga usah mesantren. Masih bisa main sama sahabat sahabat koplak gue, begitulah kata kata tersebut tertulis di buku harian soffi.
Soffi malas dengan hari ini, ia cemburu melihat santri lain dijenguk keluarganya, sedangkan ia. Ia lebih memilih pergi ke mesjid dan rebahan disana sambil membawa buku kecilnya, tak peduli dengan orang orang yang berlalu lalang dihadapannya.
Ketika ia sedang asyik menulis, pipit menghampiri soffi.
"Sof, ada tamu tuh. Nyariin kamu" soffi langsung duduk mendengar ucapan pipit.
"Ciri cirinya gimana pit?"
"Putih, tinggi, ganteng ah pokonya mah ganteng. Sendirian tuh di pendopo lagi nunggu kamu".
Pasti ini si kampret Kevan, udah gue usir masih aja nyamperin.
Soffi sudah yakin pasti ini dia.
"Sof, ngapain bengong. Kasian loh tamunya ganteng malah dianggurin" sebenarnya soffi malas bertemu si bedebah ini.
"Bilangin soffinya ga ada ajalah pit. Males ketemunya dia bukan keluarga aku".
Tak mempedulikan soffi, pipit langsung menariknya keluar dari mesid sampai dilihat beberapa orang
"Ga mau pipit, gue ga mau ketemu" pipit malah semakin menarik soffi dengan kasar.
"diem Sof!" Ia membentak soffi hingga soffi menuruti perkataan pipit.
Mereka melirik ke tamu tamu yang ada di pendopo, tapi soffi sudah malas biarlah pipit mencari si bedebah kevan.
"Tuh sof tamunya" pipit menunjuk seorang laki laki berkulit putih yang mengenakan kemeja warna soft yang lengannya di gulung sampai siku, dengan dipadukan celana berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku anak Kiyai - END
Novela JuvenilPROSES REVISI. Jadi kalau ada kata kata yang typo atau masukkan apapun, boleh baca sambil komen ya. Deskripsi ceritanya aku hapus, soalnya ga nyambung wkwkwk Makasi juga yang udah baca. Maapkeun kl ceritanya ga jelas wkwk Terimakaciii🤍🤍