Seharusnya, Sherina sudah sampai rumah dan melanjutkan aktivitasnya seperti sedia kala. Beda cerita lagi, Ratna tidak datang ke kelasnya untuk mengadakan rapat, tidak ada janji bersama teman-temannya untuk berkunjung ke suatu tempat dan mengerjakan tugas di sana.
Hari ini adalah babak perempat final kejuaraan bulu tangkis yang rutin diadakan setahun sekali. Jika tak salah mendengar, ada 12 orang yang dikirim sekolahnya untuk kompetisi ini, ikut dengan kemampuannya masing-masing.
Ekskul bulu tangkis menjadi salah satu program di luar sekolah yang menyumbangkan banyak prestasi untuk SMA Buntara. Peluang kemenangan di pertandingan kali ini besar sekali, dengan peserta yang banyak jumlahnya, piawai sekali permainannya.
Karenanya, pada siang yang baru saja menembus itu, sekolah dipulangkan lebih awal.
Mengingat semuanya, beberapa perwakilan siswa dari masing-masing kelas diarahkan untuk menonton, memberikan dukungan terbaik. Atau mungkin bebas, Sherina tak tahu mana yang benar.
Pasalnya, saat keluar dari parkiran tadi, ia melihat banyak motor yang ditaruh tak beraturan di lapangan depan. Para pemiliknya memenuhi taman dan duduk di sana, di kursi-kursi, atau beralas rumput karena tak dapat tempat. Dengan tampilan yang sudah bersih dan rapi, untuk sebentar, sayang sekali.
Dalam waktu yang cepat, Sherina tak mampu menghitung berapa jumlahnya.
Tempat kejuaraan bulu tangkis itu hanya membutuhkan waktu beberapa menit agar sampai di sana, namun, Fani mengendarai motor dengan kecepatan seperti tertinggal jauh oleh orang-orang yang lain, atau mungkin takut didahului. Sherina hanya diam memangku kemungkinan.
Betul, Sherina datang bersama Fani, perempuan yang mengaku tak pernah ada kerjaan. Tugas sekolah, pekerjaan rumah, sampai menghafal lagu sekalipun karena Fani bagian dari grup paduan suara seperti terlupakan oleh perempuan cantik itu.
Sherina diminta untuk ikut saja pada Fani. Tiket masuk, entah Fani membeli atau diberi, benda itu sudah ada di tangan Sherina sekarang. Spanduk, balon tepuk, atau yang lain, menjadi tanggung jawab Fani. Jika Sherina hanya mau tersenyum dan menonton pertandingan tanpa minat pun, Fani tak masalah juga.
Padahal, Sherina lihat Fani tak suka segala pertandingan semacam ini. Fani bukan penikmat olahraga, dengan rahasia umumnya yang suka malas-malasan, olahraga yang Fani tekuni sampai sekarang adalah berjalan kaki. Seperti ada yang tidak beres.
Jika Fani menyuruh Sherina untuk tersenyum sepanjang pertandingan, Sherina tidak bisa, tidak bisa jika hanya tersenyum menikmati pertandingan yang mendebarkan ini.
Netting yang gagal, atau smash yang dipukul keras tetapi keluar arena pertandingan, sejauh yang ia lihat, salah satu wakil sekolahnya bermain dengan sangat maksimal. Lawan yang benar-benar tidak bisa diragukan, dengan duduk di kursi yang paling dekat dengan lapangan, Sherina sadar betul keringat sebiji jagung itu silih berkunjung kedua pemain yang sedang jual beli serangan.
Kursi-kursi meninggi yang disusun rapi dan segala atmosfernya tidak dapat hilang begitu saja dari ingatan dan perasaan Sherina. Sorakan penonton dan segudang kegeraman yang terasa lambat. Tak membuat Sherina bosan sama sekali.
Sherina menyukainya.
Untuk alasan yang lain, yang lebih elegan. Reno ada di sini, laki-laki itu bermain sangat menakjubkan, mendapat teriakan bangga dari penonton yang duduk di belakang Sherina. Permainan yang bagus, variasi serangan yang apik bersama rekan satu timnya, Yudhananta. Sherina tahu dari jersey bagian belakang yang dikenakan.
Berdo'a selama mungkin, berusaha sehebat mungkin. Hasil-hasil yang memuaskan mungkin tak dapat dibendung lagi.
Untuk sebab yang lebih elegan lagi, Reno bukan satu-satunya wakil dari sekolahnya. Baru sebatas membuang sampah pada tempatnya yang dilakukan Sherina untuk menunjukkan kecintaan pada SMA Buntara, berteriak dan memberikan dukungan bukan hal yang sulit juga. Sasi menjadi salah satu orang yang harus Sherina beri dukungan paling keras, perempuan cantik itu juga berpartisipasi.
Sherina membalas senyum Reno saat tak sengaja berbagi tatap.
*
Balas-balasan asik, kemarin hari Senin tuh udah aku siapkan tinggal edit tapi ponselku lemot jadi ikutan males.
Makasih terus ya buat yang sudah baca dan memberikan komentar baik, sarange =3=
— August 07
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Kompliziert (✓)
Novela JuvenilSherina Iswari Nadindra menyukai banyak hal. Pintar, untuk masa lalunya, sebuah pengecualian. Sesuatu yang membuat hatinya menghangat, perempuan berambut panjang itu belum bisa berpikir panjang. Namanya Reno Abirahasa, tubuhnya jangkung dan besar...