Five

172 8 25
                                    

“Hah gimana?” tanyaku sedkit cemas.

“Kamu tidur di kasurku aku tidur di lantai aja, masih ada kasur lipat bekas camping tahun kemarin,” katanya kemudian mengambil kasur yang ada di atas lemarinya.

Aku tak enak jika dia tidur di bawah, sungguh merepotkan saja aku ini.

“Aku aja yang di bawah Jae! Kamu di atas aja, aku biasa kok tidur dibawah.”

“Nggak! Kamu itu perempuan aku laki-laki, seharusnya emang gitu.”

“Apa salahnya jadi perempuan sih? Nggak ada bedanya tau, aku dibawah aja! Nggak papa beneran.”

Jae tiba-tiba mengenggam tanganku.

“Tapi kamu beda, kamu perempuan spesial di hidup aku. Aku mau jagain kamu, always!”

“Gombal kamu!” kataku yang sudah tersadar dari moment freez ku.

“Yudah kalau kamu nggak mau aku tidur di bawah, aku bakal tidur diatas.”

“Gitu dong dari tadi!” semangatku.

Tiba-tiba Jae mengeluarkan senyum evilnya, “tapi sama kamu!”

“TIDUR LUAR SANA!” ketusku seraya mengusirnya keluar kamar.

“Ya elah becanda sayang. Iya ini aku tidur dibawah, udah sana kamu tidur.”

Sudah lima belas menit kami terlelap di pikiran masing-masing, aku masih belum bisa pergi ke alam mimpiku.

Entah kenapa aroma khas Jae yang menempel di kasur dan selimutnya membuatku sangat rindu akan dirinya yang jelas-jelas berada di ruangan yang sama denganku.

“Jae? Kamu udah tidur?”

Nihil, tak ada jawaban darinya, sepertinya ia benar-benar sudah terjun ke alam mimpinya.

Saat kutengok kebawah, Jae tidur dengan tubuh tanpa baju dan selimut.

Bukankah sangat dingin dibawah sana?

Akupun akhirnya menuruti kata hatiku untuk memberikan selimut ini padanya.

Jae tidak begitu tampan bagiku, selain itu ia hanya pria biasa yang memiliki sejuta kelebihan juga kekuragan. Bagaimanapun, ia hanya pria biasa. Lantas apa yang membuatku begitu mencintai pria biasa ini?

“Jae! Kamu punya apa sih sampai-sampai aku sejatuh hati ini sama kamu?” kataku sembari mengusap rambutnya.

Jika dipikir-pikir, mungkin aku adalah orang yang lebih dulu jatuh hati padanya daripada ia jatuh hati padaku. Sejak SMP aku sudah mengagumi pria biasa ini.

Geli rasanya, dulu SMPku sering mengundang band dari sekolah lain untuk tampil diacara sekolah kami. Dan saat itu Jae kedapatan menjadi bintang tamu HUT sekolah kami, saat itu kami berdua masih duduk di bangku kelas 2.

Setelah penampilannya, aku benar-benar tidak bisa melupakan dia dan suara indahnya.

Setiap hari kelasku heboh dengan kabar terbaru mengenainya, temanku yang memang suka bergosip tak henti-hentinya mengali informasi tentangnya. Itu yang membuatku semakin penasaran dan di setiap malam sebelum tidur aku selalu berdoa agar suatu saat bisa dekat dengannya entah menjadi siapapun itu.

Dan?

Oh Tuhan! Ternyata Engkau sungguh mengabulkan doaku itu?

“Jae, aku harap kisah kita akan berakhir dengan sangat indah,” akupun memberanikan diri untuk mengecup keningnya.

“Saranghae!”

Aku kembali ke kasur milik Jae, namun sampai sekarang aku belum bisa tidur. Aroma tubuh Jae sungguh mengangguku, ah!

Kenapa dia bisa sekhas ini? Aku ingin memeluknya sekali lagi, kemudian aku janji aku akan tertidur pulas. Tolong! Sekali saja untuk hari ini. Tidak! Untuk pagi ini.

Hujan diluar sana juga semakin deras, dan jangan lupakan suara petir yang menyambar-nyambar seolah ingin menghabisi siapa saja yang berani menampakkan wajah didepannya.

1.00 a.m
Jam sialan! Kenapa cepat sekali berputar?

Sungguh aku ingin tidur, tapi kenapa tidak bisa? Aku hanya bisa memutar-mutar badanku, mencari tempat ternyaman.

“Kenapa?” itu Jae, sepertinya ia terbangun karenaku.

“Aku nggak bisa tidur,” jujurku padanya.

Jae perlahan mendekatiku, ia duduk di pinggiran kasur kemudian membelai pelan rambutku.

“Kenapa? Rindu keluarga hm?”

Aku rindu kamu Jae! Kamu yang jelas-jelas ada didepanku, ada bersamaku, di satu ruangan denganku.

“Enggak.”

“Terus? Nggak bisa tidur di kasurku hm?”

“Hm,” gumamku mengiyakan pertanyaannya.

“Terus gimana? mau tidur dibawah?”

Aku menggelengkan kepalaku pelan.

“Aku juga nggak akan bisa tidur disana.”

“Kenapa? Kamu nggak nyaman tidur seruangan sama aku? Atau karena kamarku? Atau karena diluar hujan deras?” tanyanya bertubi-tubi.

“Nggak gitu!”

“Terus?”

“Aku nggak bisa tidur disini ataupun disana karena..” kataku tergantung.

“Kenapa hm? Bilang sama aku,” katanya lembut sembari membeli rambutku lagi.

“Ada bau kamu, aku suka bau kamu, aku..” kataku tergantung lagi.

“Hm?”

“Aku rindu sama kamu, bau ini seolah nyuruh aku buat rindu sama kamu,” kataku dengan menutup wajahku menggunakan kedua tanganku, aku malu.

“Terus gimana dong? Aku kan udah ada disini?” tanyanya seolah tak peka.

Aku bangkit dari tidurku, menyenderkan tubuhku pada dinding, kemudian menghadap orang yang sangat aku rindukan ini.

“Satu menit aja,” kataku seraya memeluknya.

“Saranghae! Jeongmal saranghae! Neomu Saranghae! Saranghae Jae! Jaehyung Park!”

[END] When You Love Someone •• [PARK JAEHYUNG]°°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang