Part 9. dua wanita cantik

13.2K 958 75
                                    

Thea meminta pulang karena merasa sudah tak ada gunanya berlama-lama di Hotel. Dan Edwin pun meng-iya-kan. Mereka bersiap untuk pulang dan saat tengah berkemas ada yang mengetuk pintu kamar mereka. Edwin yang tengah sibuk dengan kopernya meminta Thea membuka pintu.

Thea pun bangun dan membuka pintu, ia melihat dua wanita cantik tengah berdiri dengan senyuman yang hampir hilang dari wajahnya karena melihat Thea bukan Edwin.

"Hai, apa ada Edwin di dalam?" tanya wanita itu agak tak enak.

"Ada."

"Boleh kami masuk?"

"Tunggu sebentar." Thea menutup pintu yang membuat dua wanita itu langsung manyun seketika. Ketukan pintu tak Thea hiraukan sampai ia bicara pada Edwin mengenai dua wanita tersebut.

"Siapa?" tanya Edwin.

"Mungkin kenalanmu, dua wanita."

"Dua wanita? Cantik tidak, kalau jelek aku tidak mungkin kenal," jawabnya dengan cengiran.

"Cantik."

"Oh, berarti aku kenal, aku temui dulu." Edwin langsung bangun dan membuka pintu kamar. Mereka nampak berbincang dengan riang seakan lama tak bertemu dan bahkan Edwin mengajak dua wanita itu untuk masuk ke dalam kamarnya. Mereka duduk di sofa sementara Thea masih berkemas untuk pulang sore ini.

"Itu istrimu?" tanya salah satu wanita.

"Iya."

"Dia tidak marah kami masuk ke dalam kamar seperti ini?"

"Tidak, kalau marah tidak mungkin kalian bertemu denganku saat ini."

"Ah, benar juga. Tapi, agak aneh ya?"

"Aneh kenapa?"

"Seorang istri yang membiarkan suaminya bertemu dan membawa masuk dua wanita di dalam kamar hotel tempatnya tidur." Edwin melirik Thea yang nampak cuek saja mendengar obrolan mereka. Menoleh saja tidak, Edwin hanya bisa tersenyum miris melihat sikap istrinya itu.

"Istriku terlalu percaya padaku."

"Wow, yah, terserahlah, toh kami datang ke sini untuk bertemu denganmu, yang tadinya kami tidak tahu kalau kamu sudah menikah. Tapi, melihat istrimu yang cuek saja sepertinya tidak masalah jika nanti kita sering bertemu setelah ini?"

"Ide menarik, boleh juga."

Obrolan mereka terus berlanjut sampai Thea selesai berkemas. Ia melihat koper milik Edwin masih berantakan. Ia lantas menoleh ke arah Edwin yang tengah bercengkrama dengan dua wanita yang sudah hampir satu jam di dalam kamar mereka.

"Edwin, kopermu belum selesai di kemas, kita pergi 4 jam lagi, setelah ini kita masih makan siang dan cek out." Edwin yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Thea.

"Bisa tolong bereskan sekalian? Tamu ku masih butuh aku."

"Aku lelah, dan aku lapar." Thea bangun dan merapihkan kopernya sendiri lalu bersiap untuk pergi keluar mencari makan siang. Edwin yang melihat itu tentu saja langsung mengejar Thea dan menarik lengannya.

"Kamu ninggalin aku? Nggak mau makan bareng?" tanya Edwin. Thea tak menjawab hanya melirik ke arah dua wanita yang tengah menatap mereka sekarang.

Edwin yang paham langsung meminta maaf pada dua wanita itu karena ia harus pergi makan siang. Sialnya dua wanita itu justru meminta untuk ikut karena mereka berdua juga belum makan siang.

"Thea, boleh mereka ikut?" tanya Edwin.

"Silahkan, tapi, bayar sendiri kan?" tanya Thea pada dua wanita yang langsung membuat mereka kesal. Edwin terkekeh pelan mendengar pertanyaan Thea yang super sadis menurutnya.

Istri Tercuek (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang